Seiring berkembangnya zaman teknologi juga semakin berkembang, hal ini tentunya mempengaruhi segala aspek kehidupan termasuk perkembangan media. Dahulu media masih berbasis analog, kini media telah hadir dalam bentuk digital yang lebih canggih dan praktis.
Namun apakah media digital dianggap lebih unggul dari pada media analog? Kira-kira apa saja perbedaan antara kedua media tersebut? mari simak ulasan berikut ini !
Dalam media digital, pembaca tidak hanya membaca konten online tetapi juga dapat berinteraksi dengan memberikan komentar. Berbeda dengan media cetak, media digital tidak bersifat statis dan satu arah, melainkan dua arah dan menghasikan hubungan timbal balik. Contoh lain dari bentuk interaksi digital ialah hypertext yang memungkinkan pembaca terhubung ke situs lain jika mengkliknya.
Meskipun penulisan digital dilakukan melalui media komputer, tetapi tetap harus disajikan dengan jelas, ringkas, lengkap, dan benar. Siapapun yang memiliki komputer dan koneksi internet dapat melakukan penulisan digital, sehingga saat ini banyak konten yang bertebaran tetapi belum tentu isinya dapat dipertanggungjawabkan.
Perbedaan Media Analog dan Media digital
Menurut Carrol (2010), perbedaan media analog dan media digital adalah :Â
1. Kedekatan : tidak hanya menyangkut kedekatan secara geografis tetapi afiliasi, profesi, dan minat audience. Media digital mampu menyajikan multimedia yang dilengkapi dengan foto, video, audio, game, dan grafik. Sedangkan pada media analog dominan menyajikan  teks dan kurang dari segi visual.Â
2. Kredibilitas : Kredibilitas seorang penulis digital dapat ditilik melalui cara dia mengkomunikasikan pesan, memfilter pesan, dan sebagai penerjemah. Kredibilitas di media digital cenderung menjadi masalah karena siapa saja bisa menjadi penulis. Berbeda dengan media analog yang terbatas oleh orang-orang tertentu dan biasanya dinaungi oleh sebuah organisasi, misalnya institusi media.
3. Bias : Tulisan digital bisa saja menjadi bias karena bercampur dengan opini dan perspektif penulis. Sehingga tulisan yang dihasilkan tidak dapat sepenuhnya dijadikan sebagai acuan, hal ini merujuk pada aspek kredibilitas.
4. Identifikasi : dalam tulisan digital perlu adanya identifikasi pembaca/ audience agar tulisan yang dihasilkan dapat memperoleh kepercayaan (trust).Â
5. Transparansi : Penulis bersikap terbuka dengan berbagai pilihan dan bias pribadi, juga siap untuk mengakui kesalahan yang dilakukan.
6. Akuntabilitas : penulis mematuhi Kode Etik Jurnalistik dalam tulisannya, hal ini sebagai bentuk pertanggungjawaban penulis dan bentuk akuntabilitas yang dimiliki.
Peran Penulis dalam Media Digital
Menurut Carrol (2010), ada 3 peran penulis dalam media digital, antara lain :Â
* Komunikator pesan : Â agar maksud pesan dapat tersampaikan dengan tepat, penulis digital harus mampu menyampaikan pesan secara terampil, provokatif, lucu, menarik, dan mendalam.
* Pengatur informasi : Penulis yang baik sebaiknya mempu mengatur dan memfilter informasi apa yang akan disampaikan ke pembaca, mengkategorikan mana  informasi yang penting dan mana yang kurang penting.
* Penerjemah: Penulis harus mampu memilih media yang tepat untuk mendistribusikan pesannya dengan mengetahui kelebihan dan kelemahan media yang digunakan.
Itulah perbedaan dari media analog maupun digital. Diantara keduanya memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing, tergantung kita sebagai audience yang harusnya mampu memilah dan memilih mana informasi yang bisa dipercaya mana yang perlu dipertanyakan kebenarannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H