Â
Asap putih tebal membumbung tinggi terlihat dari kejauhan, terlihat disana beberapa petani membakar jerami dari sisa panen tanaman padi mereka. Selain menimbulkan polusi udara, tak jarang pada lahan sawah yang lokasinya di pinggir jalan, asap pembakaran mengganggu pengguna jalan jika tersapu angin.
Membakar jerami sisa panen seolah-olah telah menjadi suatu kebiasaan beberapa petani padi. Bukan hanya di Indonesia, ternyata kebiasaan ini juga dilalukan oleh negara penghasil padi lainnya seperti China, Thailand dan Vietnam. Kebanyakan petani beranggapan bahwa unsur hara pada abu jerami padi lebih cepat masuk ke tanah dan terserap oleh tanaman berikutnya daripada hanya jerami yang dibenamkan. Namun, anggapan ini kurang tepat karena pembakaran jerami menyebabkan berkurangnya kandungan unsur hara dari jerami. Â
Sebenarnya, jerami merupakan salah satu sumber silika (Si)kalium (K) pada lahan sawah selain pupuk anorganik. Di mana jerami memiliki kandungan Si, K, P2O5, dan N. Jika jerami tersebut dibakar, maka akan mengurangi kandungan hara secara kuantitatif yang terkandung pada jerami padi tersebut.Â
Selain itu, hilangnya unsur hara tanah tanpa diiringi pengembalian unsur-unsur hara yang hilang mengakibatkan penurunan tingkat kesuburan tanah dan berdampak pada penurunan produktivitas tanaman. Maka pada lahan sawah, sebaiknya jerami padi hanya dibenamkan tanpa perlu dibakar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H