Mohon tunggu...
Reza Salman Alfaris
Reza Salman Alfaris Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Padjadjaran

Gemar membaca sastra dan mencipta puisi. Belajar linguistik dan sastra secara mendalam dalam dunia perkuliahan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kereta Cepat Jakarta-Bandung: Untung atau Buntung?

23 Desember 2022   22:18 Diperbarui: 23 Desember 2022   23:06 458
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemerintah saat ini sedang fokus menjalankan tugasnya dalam pembangunan agar tidak ada proyek yang mangrak, salah satunya dengan melanjutkan pembangunan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung. Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung merupakan pembangunan transportasi massal yang berguna untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat melalui berbagai kemudahan seperti; penggunaan teknologi kereta api super canggih berkecepatan tinggi, kenyamanan, dan tak lupa memperhatikan aspek terpenting yaitu keselamatan dan keamanan.

Perlu diketahui bahwa pembangunan proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) merupakan Proyek Strategis Nasional (PSN). Total investasi KCJB adalah sebesar 6,07 miliar Dolar Amerika Serikat (AS) atau setara Rp85,41 triliun. KCJB memiliki panjang trase 142,3 kilometer dengan tipe struktur elevated sepanjang 82,7 kilometer dan sisanya berupa 13 tunnel dan subgrade. Kereta Cepat Jakarta-Bandung ini memiliki empat stasiun perhentian di sepanjang lintasan, yaitu Stasiun Halim (Jakarta), Stasiun Karawang, Stasiun Padalarang, dan Stasiun Tegalluar (Bandung).

Proyek KCJB sempat molor dari target awal operasi, yaitu pada tahun 2019. Sejumlah faktor mulai dari pandemi covid-19 sampai dengan tantangan konstruksi menyebabkan proyek ini molor hingga pertengahan tahun 2023. Proyek yang molor menyebabkan masalah lain seperti pembengkakan biaya atau cost overrun, yang saat ini masih menunggu suntikan dana dari pemerintah cair. Suntikan dana yang dimaksud adalah berupa Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar Rp 3,2 triliun. 

Dikutip dari cnbcindonesia.com, Dirut PT KAI (Persero), Didiek Hartantyo, mengatakan bahwa jika PMN diberikan maksimal pada Desember tahun ini, dapat yakin tidak ada penambahan cost overrun lagi. Dengan demikian, proyek akan selesai pada pertengahan tahun 2023. Namun, jika tidak terdapat kepastian terhadap pendanaan cost overrun maka akan berpengaruh pada kondisi cash flow para kontraktor untuk dapat menyelesaikan proyek pada Juni 2023. Ini berarti, proses pembangunan dapat kembali mengalami perlambatan atau terhenti.

Saat ini progres pembangunan KCJB sudah mencapai 80,4%, yang ditargetkan pada pertengahan 2023 masyarakat sudah bisa menempuh perjalanan Jakarta-Bandung hanya 36 menit dari 3 jam dengan kereta ini. Pembengkakan biaya berdasarkan review Badan Pengawas Keuangan Pembangunan (BPKP) yang menghitung hasil asersi 1 dan 2 mencapai US$ 1,44 miliar atau mencapai Rp 21,4 triliun (Rp 14.800/US$). Menurut Didiek, karena keterbatasan keuangan dari sponsor Indonesia, telah tercapai kesepakatan dengan pihak China National Development and Reform Commission (NDRC) supaya struktur pendanaan cost overrun dilakukan dengan skema 25% ekuitas dan 75% dari pinjaman.

Hal ini secara tidak langsung mengancam perekonomian Indonesia, khususnya dalam pengembalian modal proyek KCJB. Dikutip dari finance.detik.com, Didiek memperkirakan Kereta Cepat Jakarta-Bandung diperkirakan baru balik modal dalam 38 tahun setelah beroperasi. Kereta cepat sendiri ditargetkan beroperasi pada Juni 2023, dengan perhitungan artinya Indonesia baru bisa balik modal sekitar tahun 2061. Namun, Direktur Eksekutif Indef, Tauhid Ahmad, memperkirakan perhitungan ini bisa meleset. Proyek ini bisa saja balik modal di atas 40 tahun.

Mengejutkan bukan? Akan lebih mengejutkan lagi apabila kita melihat daya saing KCJB dengan transportasi massal lain. Berdasarkan rekomendasi Kementerian Perhubungan, harga tiket KCJB adalah Rp 250 ribu. Namun, Kereta Cepat Jakarta-Bandung diprediksi akan punya banyak saingan. 

Apalagi rute Jakarta-Bandung memiliki banyak pilihan transportasi. Tauhid menambahkan bahwa Kereta Cepat Jakarta-Bandung kurang meyakinkan. Dia akan berkompetisi dengan pengguna jalan tol. Secara efisiensi misalnya, satu keluarga bisa 3-4 orang lebih efisien memakai mobil pribadi. Belum lagi masalah tarif yang dinilai Tauhid lebih tinggi dibanding pesaing lainnya. Misalnya dengan kereta Argo Parahyangan yang dibanderol antara Rp 95 ribu - Rp 135 ribu.

Tauhid memprediksi jumlah penumpang yang bolak-balik dari Jakarta-Bandung maupun sebaliknya akan jarang. Apalagi letak stasiun Kereta Cepat Jakarta Bandung bukan berada di pusat kota. Selain itu, perjalanan dari Jakarta menuju Bandung atau sebaliknya juga bisa ditempuh menggunakan kendaraan pribadi, bus atau travel.

Dengan demikian, proyek KCJB memiliki keuntungan yang bermanfaat. Selain mengurangi kemacetan, KCJB mampu mengurangi emisi karbon dan polusi dari kendaraan pribadi yang menggunakan energi fosil. Pengurangan penggunaan energi fosil perlu dilakukan karena sumber energi ini akan terus berkurang dan tidak mustahil akan habis dari muka bumi dalam beberapa tahun ke depan. Di sisi lain, suplai energi berbasis fosil juga terdampak oleh perang Rusia-Ukraina yang tidak hanya menghamabt pasokan tetapi juga memicu lonjakan harga energi global. Ini juga memicu negara-negara produsen untuk membatasi impor dan mengutamakan pasokan untuk kebutuhan dalam negeri.

Namun selain banyaknya manfaat KCJB, risiko kebuntungan proyek ini sangat tinggi. Hal yang ditakutkan adalah pembengkakan biaya berkelanjutan dan dapat menyebabkan proyek mangkrak.  Ancaman-ancaman yang disebutkan di atas patut diwaspadai oleh pemerintah, khususnya PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) selaku perusahaan milik BUMN yang bertanggung jawab. Untung atau buntung? Hal tersebut hanya dapat terjawab oleh keseriusan pemerintah dalam proyek ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun