MASJID Nurul Jannah, terletak persis ditengah komplek Griya Palem Kencana (GPK), Talang Kelapa, Palembang. Usianya belum genap tiga tahun semenjak dilakukan peletakan batu pertama pada 30 Oktober 2015 silam. Meskipun demikian, patut disyukuri masjid dengan bangunan utama 9x9 m sudah bisa digunakan untuk shalat dan kegiatan keagamaan lainnya. Ini merupakan tahun kedua warga yang tinggal di RT 99 RW08 dan penduduk sekitarnya bertaraweh berjamaah.
Dibandingkan tahun sebelumnya, jamaah jauh lebih nyaman berada di masjid. Rumah ibadah yang dibangun secara swadaya warga, dermawan dan tanpa bantuan dari anggaran negara ini telah dilengkapi 4x1,5 PK pendingin ruangan. Selain itu bangunan utamanya sudah dipasang dinding kaca. Tidak hanya itu, masjid dengan konsep minimalis ini, pula dilengkapi dengan kamar mandi dan tempat wudhu akhwat dan ikhwan. Sedangkan untuk kenyamanan jamaah yang mengurusi masjid, panitia juga telah membangun kamar dan dapur untuk marbot serta tak ketinggalan ada ruang kantor yang juga dilengkapi pendingin ruangan.
Masjid Nurul Jannah sudah cukup lama menjadi angan-angan warga setempat. Bahkan Yulius, seorang warga berinisiatif menyewa konsultan untuk membuat gambar sekalian detail bahan dan perkiraan dana yang dibutuhkan. Namun meskipun siteplan sudah ada, rencana tetaplah tinggal rencana karena mimpi itu sulit diwujudkan dengan alasan minimnya dana. Maklum dibutuhkan dana sekitar Rp1,2 miliar untuk menuntaskan proyek akhirat ini. Obrolan ringan terus dihangatkan pada setiap konkow-konkow warga dan disela-sela hajatan warga misalnya. Hingga satu saat, warga bersepakat untuk membentuk panitia pembangunan yang dinakhodai oleh Widi Asmono, Toni Efendi, M. Paisal, Hisyam, Mahlar, Sulaiman (alm), HM Sanan, Selamat Sunarlis serta segenap warga.
Kendala Dan Solusi
Pembangunan tidak selalu mulus sesuai dengan keinginan. Bahkan sempat beberapa waktu kegiatan dihentikan karena kas di rekening pembangunan sedang kosong. Pada waktu bersamaan hutang di toko bangunan sudah mencapai puluhan juta. Sebagai salah satu momen yang sempat direkam itu terjadi pada awal tahun lalu. Ketika itu, panitia berencana membangun dua kamar mandi dan tempat wudhu untuk ibu-ibu dan bapak-bapak. Panitia sempat “panik” karena khawatir jamaah taraweh harus berwudhu di rumah karena dimasjid belum ada sarana penunjangnya. Namun ketakutan itu sirna karena semenjak beberapa pekan sebelum ramadhan tiba, fasilitas penunjang itu sudah selesai.
Dari momen diatas, sekali lagi saya harus katakan bahwa memanfaatkan jaringan keluarga, kerabat, profesi dan kolega jauh lebih efektif. Meminta bantuan dari pemerintah tidak dilarang namun sejauh ini belum panitia lakukan karena berbagai alasan. Akan tetapi dalam waktu yang akan datang bukan tidak mungkin hal itu dilakukan demi kebaikkan bersama.
Tugas Berikutnya
Saat ini bangunan utama masjid bisa dibilang hampir selesai. Bangunan berwana krem, coklat muda dan putih di sebagian sisi itu, tinggal melakukan pengerjaan yang lebih ringan. Minggu pagi, 28 Mei 2017 ini, terlihat semua dinding berserta pintu kacanya sudah berhasil dipasang. Hanya saja pemasangan kaca masih menyisahkan hutang hingga sekitar Rp30an juta. Sehingga uluran tangan dari dermawan masih tetap dinantikan.
Tulisan ini merupakan pendapat pribadi berdasarkan pengalaman, pengamatan dan informasi yang didapat dari sesama panitia. Mohon maaf bila tidak semua panitia, warga dan jamaah disebut dalam tulisan ini karena berbagai keterbatasan. (pharliza@gmail.com)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H