Ketika di saat bersamaan Barcelona hingga kini gagal menegosiasikan masa depan Oussama Dembele, mereka di kutub berseberangan mampu membajak Pierre-Emerick Aubameyang secara cuma-cuma dari Arsenal.Â
Begitu pula di waktu yang tak terlalu lama setelah Barcelona lagi-lagi mempersilakan Coutinho keluar Camp Nou secara pinjaman. Pelik pula Arsenal sepanjang jendela musim dingin gagal mendatangkan sesiapapun, menemani kompatriotnya asal Manchester yang sama-sama nihil amunisi baru.
Sepak bola sedang menghadapi era transformasi dengan makin membesarnya kuasa player power. Pemain makin punya daya tawar untuk menentukan masa depannya sendiri, tak hanya untuk menentukan ketika mau pergi, tapi juga menentukan masih mau bertahan hingga kapan.Â
Aubameyang mempu membuat Arsenal menyerah akan deal peminjaman yang seharusnya sudah mati dan melepasnya tanpa biaya ke Barcelona. Sedangkan Dembele ogah menandatangi kontrak baru yang ia dan agennya rasa mereduksi haknya dan sekaligus emoh dilego di transfer kemarin.
Aubameyang makin menambah panjang catatan tak mengenakkan para kapten Arsenal. Sebelum Aubameyang sudah ada berderet nama-nama kapten yang bias dibilang tak langgeng mengenakan ban kapten dan bahkan terlibat hubungan panas dengan manajemen. Mungkin hanya Tony Adams dan Patrick Vieira yang di mata para Gooners benar-benar pantas disebut kapten.
Dia seperti mengulangi langkah ekstrim yang dilakukan Laurent Koscielny untuk memuluskan langkahnya keluar Emirates. Kala itu Koscielny tak ragu mengkir dari panggilang tur pramusim demi dikabulkan untuk pindah ke Bordeaux padahal kontraknya sisa satu musim dan berposisi kapten sepeninggal Mertesacker. Akhirnya Koscielny benar-benar cabut meninggalkan kesa buruk di hati para fans.
Pun ketika kemarin di deadline day transfer. Memang sudah tak masuk rencana Arteta dan sering tersandung catatan indisipliner, melego Aubameyang memang jadi salah-satu misi Arsenal di transfer kemarin. Sayangnya negosiasi berjalan alot untuk kesepakatan peminjaman oleh Barcelona. Tak patah arang, Aubameyang secara pribadi dengan private jet terbang ke Katalan demi memperjuangkan jalan keluarnya.
Arsenal mengambil keputusan mengakhiri kontrak Aubameyang enam bulan lebih cepat dan memperilakannya menuju Barcelona. Sayangnya Arsenal gagal pula menambal lubang di lini serang sepeninggal sang kapten. Nama Dusan Vlahovic lebih memilih ke Juventus dan tak ada kesepakatan untuk nama-nama yang kerap dirumorkan macam Aleksander Isaak dan ditolaknya skema pertukaran dengan Dembele.
Berbeda dengan Aubameyang yang sukses keluar dari klub lamanya, Dembele juga sukses tak ditendang dari Barcelona. Laporta gagal menegosiasikan pemain yang datang dengan nilai 140 juta itu sekaligus pula gagal menendangnya keluar. Dembele dan agen meminta kenaikan nilai kontrak yang logisnya memang tak bakal dikabulkan Laporta mengingat injury prone Dembele yang bikin dia terlampau sering absen.
Laporta terang-terangan mengakui ada beberapa tawaran masuk untuk memboyong Dembele, termasuk satu dari Inggris. Tapi dengan kuasanya pula Dembele memutuskan tak bakal kemana-mana di transfer musim dingin. Memilih menghabiskan sisa kontrak enam bulannya dan bakal pergi dengan status bebas transfer. Tentu risiko yang ia terima adalah kemungkinan tak bakal dimainkannya dirinya oleh Xavi sembari kontraknya berakhir.
Tindak tanduk Aubameyang maupun Dembela memang seringkali memantik kegeraman para fans. Apalagi pemain pindah secara gratis masih begitu jarang di sepak bola. Berbeda dengan di basket atau sepak bola Amarika Serikat lainnya yang sudah sagat lumrah pemain dating dan pergi tanpa biaya transfer.
Tapi kasus mereka berdua memberi kita contoh tentang makin membesarnya player power di sepak bola. Entah nanti di kemudian hari apakah efek yang ditimbulkan lebih banyak positifnya atau malah berakibat buruk.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H