Mohon tunggu...
Bloor
Bloor Mohon Tunggu... Lainnya - Masih dalam tahap mencoba menulis

Tertarik pada pusaran di sekeliling lapangan sepak bola. Belajar sejarah bukan untuk mencari kambing hitam

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kuasa Lalim Berujung Petaka Amangkurat III

20 Januari 2022   07:20 Diperbarui: 20 Januari 2022   07:25 1870
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bregada Festival Gunungan, salah-satu peninggalan budaya Mataram (Giri Wijayanto/wikimedia)

Diawali dengan berhembusnya isu selingkuhnya RA Lembah dengan putra Patih Sindureja. Amangkurat III justru mencurigai bahwa isu ini tak lain dihempuskan pamannya demi menjatuhkan reputasinya.

Segera putra Patih Sindureja, yaitu Raden Sukra yang ditengarai sebagai selingkuhan permaisurinya itu. Disusul dibawanya RA Lembah ke hadapan Pangeran Puger dan dengan semena-mena menitahkan paman-mertuanya itu mengeksekusi putrinya sendiri sebab tuduhan perselingkuhan. 

Kemudian Amangkurat III memperistri adik RA Lembah, yaitu Raden Ayu Himpun yang juga usia pernikahannya tak berumur lama.

Kelakuan lalim Amangkurat III menyulut amarah adik RA Lembah yang lain, Raden Raden Suryokusumo. Dia kemudian mengumpulkan pasukan yang tentu membuat Amangkurat III panik dan memutuskan mengurung keluarga Puger. Tapi memang sebab banyak pihak yang tak suka dengan dirinya, keluarga pamannya itu malah lolos dan pergi meminta suaka ke markas kompeni.

Akhirnya kuasa Amangkurat III berakhir setelah Puger mengikat perjanjian baru dengan VOC sekaligus menahbiskan dirinya sebagai Pakubuwono. Perlawanan Amangkurat III benar-benar berakhir setelah pasukan gabungan Pakubuwono-VOC  menggulung simpatisannya. Setelah gugurnya Untung Surapati yang sebelumnya setuju membantunya, dia ditangkap di Surabaya dan selanjutnya dibuang di Sri Lanka.

Sekaligus menemani masa pengasingannya di Sri Lanka RM Sutikna yang dikemudian hari bergelar anumerta Amangkurat Mas memboyong beberapa pusaka. 

Pakubuwono pun menduduki tahta Kartasura tanpa pusaka, membuatnya menitahkan pusaka terpenting keraton adalah Masjid Demak dan makam Sunan Kalijaga. Selain itu nantinya Pakubuwono dipusingkan tagihan biaya perang yang makin menggunung sejak masa penumpasan Trunojoyo.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun