Turbulensi kepelatihan di era sepak bola bisa sangat cepat. Tekanan besar dari klub dan suporter begitu mendesak atas hasil bagus dan permainan indah secara instan. Sekarang saja di Liga 1 musim 2021/22 sudah belasan pelatih yang harus secara prematur mengakhiri musim sebelum pekan 38. Salah satu nama yang kini sedang duduk di kursi panas pemecatan tak lain allenatore Persija Jakarta, Angelo Alessio.
Alessio menggantikan coach Sudirman yang sebenarnya mampu mengantarkan Persija juara kompetisi pra-musim Piala Menpora. Pasal tak memenuhinya kualifikasi minimum untuk posisi pelatih kepala di Liga 1. Datangnya Alessio tentu diharapkan mampu memberikan gelar ke-12 di Liga Indonesia.
Sebenarnya meskipun saya bukan penggemar Persija, sedari awal saya sudah merasa musykil dengan penunjukan Alessio. Datangnya Alessio begitu mepet dengan jalannya Liga 1 musim ini yang jelas bakal memengaruhi persiapan tim. Pelatih bagaimana pun perlu mengenal tim dan mengimplementasikan taktik miliknya.
Benar saja Alessio sudah kena kendala sejak awal sebab visanya yang tertahan akibat pandemi. Setelah itu Alessio tak punya waktu lagi untuk belanja pemain untuk menambal lubang-lubang di timnya. Persija pun terseok-seok di paruh awal Liga 1 dan terlempar dari papan atas, lima besar klasemen.
Tak heran ia meminta manajemen untuk mendatangkan beberapa nama di jendela transfer tengah musim. Datanglah lima pemain sekaligus untuk memperkuat Persija, mulai dari Makan Konate hingga Samuel Simanjuntak. Diharapkannya Persija bisa melesak ke papan atas dengan amunisi barunya.
Tuntutan WajarÂ
Namun harapan The Jak masih jauh panggang dari api. Persija malah mengawali paruh kedua dengan mengecewakan, tiga kali main masing-masing sekali menang, seri, dan kalah. Lebih bikin kecewa lagi mereka gagal menang dari dua tim yang malah sedang struggling di zona degradasi. Kalah lawan Persipura dan seri dengan Persela.
Sebenarnya juga tuntutan The Jak agar segera dilakukan pergantian di posisi head-coach tak berlebihan. Kini Persija jatuh di posisi 8 yang seharusnya tak pantas diduduki oleh tim besar yang mengoleksi banyak trofi liga.Â
Jarak poin dengan posisi pertama masih cuma 11 angka yang rasanya masih dapat dikejar apabila segera dibuat keputusan radikal, minimal merangsek ke lima besar.
Memang secara rekam jejak juga Angelo Alessio mentereng tapi juga semu di saat bersamaan. Prestasi terbaiknya yang sering digembar-gemborkan adalah asisten Antonio Conte di tiga kesempatan, Timnas Italia, Juventus, dan Chelsea. Tapi logika ilmu Conte dan tangan dinginnya bakal menurun ke Alessio nyatanya tak terbukti.
Asisten Jago Bukan Jaminan Pelatih Top
Sudah banyak juga contoh asisten dari pelatih top yang malah melempem ketika naik pangkat. Misalnya Carlos Queiroz yang lama menemani Sir Alex Ferguson yang hanya jadi medioker di Real Madrid. Begitu pula ketika Rui Faria yang lama jadi tangan Jose Mourinho, pengalaman pelatihnya mentok di Al-Duhail.