Mohon tunggu...
Bloor
Bloor Mohon Tunggu... Lainnya - Masih dalam tahap mencoba menulis

Tertarik pada pusaran di sekeliling lapangan sepak bola. Belajar sejarah bukan untuk mencari kambing hitam

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Keseruan di Muktamar Nahdlatul Ulama Selain Sidang Pleno

24 Desember 2021   09:29 Diperbarui: 24 Desember 2021   11:23 471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lokasi Muktamar 34  Nahdlatul Ulama di Lampung (Kenny Kurnia Putra/JPNN.com)

Nahdlatul Ulama tak pelak menjadi salah satu organisasi terbesar di Indonesia dan bahkan di dunia muslim. Ketika mengadakan hajatan muktamar barang tentu seluruh mata tertuju pada segala tindak tanduk NU dalam beberapa hari. 

Menunggu siapa nama yang bakal menahkodai NU setidaknya lima tahun kedepannya dan tak kelewatan memotret segala percik friksi yang terjadi di lokasi. Tak sekadar ajang suksesi pemilihan saja, muktamar juga tempat saling silaturahmi.

Sebagai penderek kiai macam saya sudah pasti tak punya kepentingan apapun untuk datang ke lokasi. Agenda utama bernama sidang pleno yang dikhususkan bagi peserta resmi jelas tak mengizinkan peserta liar ikut serta. Tapi bukan muktamar NU namanya bila sepi dari para rombongan liar atau romli. Berikut ini beberapa keseruan yang ada di arena muktamar selain agenda pemilihan ketua yang membosankan itu.

Bahtsul Masail

Agenda khas tiap hajatan NU yang sebenarnya tak khusus hanya di muktamar saja. Bahtsul Masail (BM) harfiahnya pembahasan masalah-masalah tak lain mirip Indonesia Lawyers Club (ILC) tapi isinya ulama dan ahli hukum fiqih. Disana para alim ini berkumpul seraya saling berargumen tentang beberapa masalah yang disuguhkan oleh panitia. Sekarang ada tiga majelis BM sekaligus di muktamar, melingkupi Waqiiyah (aktual), Maudhuiyah (tematik), dan Qanuniyah (perundang-undangan).

Pada penyelenggaraan tahun ini majelis Waqiiyah mengambil masalah tentang peranan hisab dan intersex. Berbeda dengan Maudhuiyah yang fokus pada persoalaan reforma agraria dan persoalan pertanahan. Begitu pula dengan Qanuniyah yang kini mengalihkan fokusnya pada RUU perlindungan pekerja rumah tangga dan R-KUHP.

Sangat menarik menyimak para alim saling adu argumen dengan berbagai dalil dan qoul ulama salaf. Disinilah juga kiai chos seperti KH Afifudin Muhajir atau bahkan KH Makruf Amin kadang turun kandang untuk menengahi perdebatan antar kubu. Menyimak para ahli beradu argumen bisa membuat kita semakin yakin betapa masih bodohnya diri sendiri.

Agenda Umum

Diluar pengurus reguler NU punya beberapa lembaga seperti Lakpesdam (lembaga pengembangan sumber daya manusia). Pada muktamar kali ini ada pameran dari komunitas pemerhati kitab-kitab kuno susunan ulama nusantara. Selain itu ada juga suguhan dari Lesbumi (lembaga seni budaya muslim indonesia) Yogyakarta yang mengadakan pameran karya seni yang diisi berbagai kalangan.

Ada pula kegiatan bedah kitab yang kali ini membedah kitab 100 Hujjah Aswaja dan Tuhfatul Qosi wad Dani. Komunitas Nahdlatut Turots juga ikut mengadakan seminar untuk ikut menyemarakkan kegiatan preservasi kitab-kitab ulama nusantara. 

Pada muktamar 2015 di Jombang sempat juga ada kegiatan berupa Musyawarah Kaum Muda NU yang dihadiri mbah Maimoen Zubair. Tak lupa pula bazar-bazar yang berderet menyambut di arena muktamar.

Sekadar Berkumpul dan Memburu Barokah Kiai

Pengasuh Ponpes Lirboyo, KH Kafabihi Mahrus datang sambil membonceng istri Nyai Hj Azzah Nur Laila (dok: NU Online)
Pengasuh Ponpes Lirboyo, KH Kafabihi Mahrus datang sambil membonceng istri Nyai Hj Azzah Nur Laila (dok: NU Online)

Inilah sebenarnya kenapa muktamar selalu dibanjiri oleh para rombongan liar yang tak diundang. Datang saja sekadar meramaikan, kemudian dapat kenalan warga NU lain dari berbagai daerah dan berakhir jadi teman akrab. Warung-warung dan sudut arena muktamar selalu ramai dengan majelis-majelis kecil macam ini yang biasanya ditemani kopi hitam dan hembusan kretek.

Saling bertukar kabar perkembangan NU di daerahnya masing-masing hingga membicarakan desas-desus sumir semua ada. Bahkan tak jarang para peserta resmi muktamar dan petugas banser seringkali malah ikutan nimbrung karena suntuk dengan sidang pleno.

Seringkali juga mereka bersama-sama melakukan ziarah ke makam ulama-ulama setempat, hal yang sangat diburu kemarin di muktamar 2015 yang mana Jombang sekaligus menjadi makam dari banyak kiai-kiai besar.

Tapi para penumpang gelap ini bakal sama-sama akan berdiri sambil memasang sikap ngapurancang dan bersiap ketika ada kiai yang datang. Semua jamaah NU punya pandangan yang sama tentang sowan ke kiai, sama-sama memburu barokahnya meski hanya sekadar mencium tangan. Tak heran momen muktamar yang mengumpulkan segenap ulama dari penjuru Indonesia adalah momen emas.

Kapan lagi bisa sekalian bertemu Habib Luthfi bin Yahya, kemudian Abuya Muhtadi, disusul TGH Turmudzi di satu tempat dan rentang yang berdekatan

Tak perlu repot-repot menempuh perjalanan jauh demi bertamu ke satu kiai, dalam muktamar yang berlangsung hanya beberapa hari ini puluhan kiai bisa ditemui dalam sehari. 

Sekadar mendekat dan minta salim kemudian dibalas uluran tangan dan kadang minta didoakan. Sesederhana itu menyenangkan hati kecil orang-orang yang sedang ngalap barokah. Meski bukan peserta yang diundang oleh pengurus besar, mereka lah aset utama jamiyah ini.

Penyelenggaran muktamar selalu dinamis mengejar zaman. Sekarang saja molor setahun akibat pandemi dan waktunya yang dimepetkan. Tapi akan selalu asik untuk ikut meramaikan jalannya muktamar sekaligus urun doa pada hajat besar lima tahunan wadah para alim ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun