Mohon tunggu...
Bloor
Bloor Mohon Tunggu... Lainnya - Masih dalam tahap mencoba menulis

Tertarik pada pusaran di sekeliling lapangan sepak bola. Belajar sejarah bukan untuk mencari kambing hitam

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Keseruan di Muktamar Nahdlatul Ulama Selain Sidang Pleno

24 Desember 2021   09:29 Diperbarui: 24 Desember 2021   11:23 471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lokasi Muktamar 34  Nahdlatul Ulama di Lampung (Kenny Kurnia Putra/JPNN.com)

Inilah sebenarnya kenapa muktamar selalu dibanjiri oleh para rombongan liar yang tak diundang. Datang saja sekadar meramaikan, kemudian dapat kenalan warga NU lain dari berbagai daerah dan berakhir jadi teman akrab. Warung-warung dan sudut arena muktamar selalu ramai dengan majelis-majelis kecil macam ini yang biasanya ditemani kopi hitam dan hembusan kretek.

Saling bertukar kabar perkembangan NU di daerahnya masing-masing hingga membicarakan desas-desus sumir semua ada. Bahkan tak jarang para peserta resmi muktamar dan petugas banser seringkali malah ikutan nimbrung karena suntuk dengan sidang pleno.

Seringkali juga mereka bersama-sama melakukan ziarah ke makam ulama-ulama setempat, hal yang sangat diburu kemarin di muktamar 2015 yang mana Jombang sekaligus menjadi makam dari banyak kiai-kiai besar.

Tapi para penumpang gelap ini bakal sama-sama akan berdiri sambil memasang sikap ngapurancang dan bersiap ketika ada kiai yang datang. Semua jamaah NU punya pandangan yang sama tentang sowan ke kiai, sama-sama memburu barokahnya meski hanya sekadar mencium tangan. Tak heran momen muktamar yang mengumpulkan segenap ulama dari penjuru Indonesia adalah momen emas.

Kapan lagi bisa sekalian bertemu Habib Luthfi bin Yahya, kemudian Abuya Muhtadi, disusul TGH Turmudzi di satu tempat dan rentang yang berdekatan

Tak perlu repot-repot menempuh perjalanan jauh demi bertamu ke satu kiai, dalam muktamar yang berlangsung hanya beberapa hari ini puluhan kiai bisa ditemui dalam sehari. 

Sekadar mendekat dan minta salim kemudian dibalas uluran tangan dan kadang minta didoakan. Sesederhana itu menyenangkan hati kecil orang-orang yang sedang ngalap barokah. Meski bukan peserta yang diundang oleh pengurus besar, mereka lah aset utama jamiyah ini.

Penyelenggaran muktamar selalu dinamis mengejar zaman. Sekarang saja molor setahun akibat pandemi dan waktunya yang dimepetkan. Tapi akan selalu asik untuk ikut meramaikan jalannya muktamar sekaligus urun doa pada hajat besar lima tahunan wadah para alim ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun