Nahdlatul Ulama tak pelak menjadi salah satu organisasi terbesar di Indonesia dan bahkan di dunia muslim. Ketika mengadakan hajatan muktamar barang tentu seluruh mata tertuju pada segala tindak tanduk NU dalam beberapa hari.Â
Menunggu siapa nama yang bakal menahkodai NU setidaknya lima tahun kedepannya dan tak kelewatan memotret segala percik friksi yang terjadi di lokasi. Tak sekadar ajang suksesi pemilihan saja, muktamar juga tempat saling silaturahmi.
Sebagai penderek kiai macam saya sudah pasti tak punya kepentingan apapun untuk datang ke lokasi. Agenda utama bernama sidang pleno yang dikhususkan bagi peserta resmi jelas tak mengizinkan peserta liar ikut serta. Tapi bukan muktamar NU namanya bila sepi dari para rombongan liar atau romli. Berikut ini beberapa keseruan yang ada di arena muktamar selain agenda pemilihan ketua yang membosankan itu.
Bahtsul Masail
Agenda khas tiap hajatan NU yang sebenarnya tak khusus hanya di muktamar saja. Bahtsul Masail (BM) harfiahnya pembahasan masalah-masalah tak lain mirip Indonesia Lawyers Club (ILC) tapi isinya ulama dan ahli hukum fiqih. Disana para alim ini berkumpul seraya saling berargumen tentang beberapa masalah yang disuguhkan oleh panitia. Sekarang ada tiga majelis BM sekaligus di muktamar, melingkupi Waqiiyah (aktual), Maudhuiyah (tematik), dan Qanuniyah (perundang-undangan).
Pada penyelenggaraan tahun ini majelis Waqiiyah mengambil masalah tentang peranan hisab dan intersex. Berbeda dengan Maudhuiyah yang fokus pada persoalaan reforma agraria dan persoalan pertanahan. Begitu pula dengan Qanuniyah yang kini mengalihkan fokusnya pada RUU perlindungan pekerja rumah tangga dan R-KUHP.
Sangat menarik menyimak para alim saling adu argumen dengan berbagai dalil dan qoul ulama salaf. Disinilah juga kiai chos seperti KH Afifudin Muhajir atau bahkan KH Makruf Amin kadang turun kandang untuk menengahi perdebatan antar kubu. Menyimak para ahli beradu argumen bisa membuat kita semakin yakin betapa masih bodohnya diri sendiri.
Agenda Umum
Diluar pengurus reguler NU punya beberapa lembaga seperti Lakpesdam (lembaga pengembangan sumber daya manusia). Pada muktamar kali ini ada pameran dari komunitas pemerhati kitab-kitab kuno susunan ulama nusantara. Selain itu ada juga suguhan dari Lesbumi (lembaga seni budaya muslim indonesia) Yogyakarta yang mengadakan pameran karya seni yang diisi berbagai kalangan.
Ada pula kegiatan bedah kitab yang kali ini membedah kitab 100 Hujjah Aswaja dan Tuhfatul Qosi wad Dani. Komunitas Nahdlatut Turots juga ikut mengadakan seminar untuk ikut menyemarakkan kegiatan preservasi kitab-kitab ulama nusantara.Â
Pada muktamar 2015 di Jombang sempat juga ada kegiatan berupa Musyawarah Kaum Muda NU yang dihadiri mbah Maimoen Zubair. Tak lupa pula bazar-bazar yang berderet menyambut di arena muktamar.
Sekadar Berkumpul dan Memburu Barokah Kiai