Mohon tunggu...
Bloor
Bloor Mohon Tunggu... Lainnya - Masih dalam tahap mencoba menulis

Tertarik pada pusaran di sekeliling lapangan sepak bola. Belajar sejarah bukan untuk mencari kambing hitam

Selanjutnya

Tutup

Balap Pilihan

Para Darah Biru di Balap Formula One

21 Desember 2021   07:26 Diperbarui: 21 Desember 2021   07:29 441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keke dan Nico Rosberg bersama Prince Albert of Monaco dalam acara eksebisi sebelum GP Monaco 2018 (dok:Speedweek)

Turun membalap di Formula One (F1) perlu biaya yang kepalang besarnya. Lihat saja Rio Haryanto yang hanya mampu membalap di separuh musim 2016 sebab seretnya kucuran dana. 

Selain seret dana, Rio sampai race pamungkasnya juga gagal menorehkan barang sebiji poin.

Disini di dunia F1 seorang driver dengan segunung uang bisa mengamankan satu seat jet darat dengan istilah pay driver.

Femonena ini sudah jauh ada bahkan sejak Niki Lauda menawarkan diri dengan sekoper uang pada Ferrari di dekade 1970an. Tapi seperti halnya seleksi alam, hanya para pay driver bertangan baja yang mampu bertahan lama dan dihormati macam Niki Lauda dan Michael Schumacher. 

Kini muncul anak miliuner macam Nicola Mazepin dan Lance Stroll yang sampai sekarang hanya dikenal sebagai pembalap kelas gurem di jajaran elit F1.

Balapan memang tak melulu tentang uang dan uang, bagaimana pun skil menggeber mesin nan canggih menjadi tuntutan utama.

Disinilah muncul pembalap-pembalap yang memang dengan tekun membangun reputasinya sedari kecil, biasanya gokart. 

Sir Lewis Hamilton pemilik tujuh piala F1 adalah satu nama, ayahnya Anthony sampai bekerja serabutan demi menyokong karir karting anaknya.

Ayah Fernando Alonso adalah pekerja tambang dan ibunya bekerja sebagai pelayan resto. 

Selanjutnya kecermelangan Alonso diendus oleh Flavio Briatore yang tak lain adalah pengusaha sekaligus orang penting di jajaran bos F1. 

Melalui Briatore dia dijadikan test driver Minardi kemudian dipromosikan ke Renault, disitulah dia merengkuh dua kali juara dunia.

Tapi ibarat pepatah buah jatuh tak jauh dari pohonnya, membalap sudah marak menjadi bisnis keluarga. Mulai bermunculan para driver yang memang berasal dari latar belakang balapan yang kental. 

Punya privilege untuk lebih awal mengenal dunia balapan tentu menjadi berkah tersendiri bagi mereka. Apalagi ditambah koneksi dari keluarga pada promotor-promotor balap dan donatur. Berikut ini beberapa pembalap darah biru yang berlaga di F1.

Jos dan Max Verstappen

Jos dan Max seusai balapan terkahir GP Abu Dhabi (Mark Thompson/Getty Images)
Jos dan Max seusai balapan terkahir GP Abu Dhabi (Mark Thompson/Getty Images)

Selain mengukuhkan diri sebagai dunia duni F1 tahun ini, Max sekaligus mendongkel posisi ayahnya sendiri sebagai pembalap Belanda tesukses di F1. 

Sepanjang karir balapnya Jos memang tak bisa dibilang gemerlap juga. Semenjak membalap bersama Benetton di 1994, Jos hanya mengukuhkan dua kali podium dan tak lagi mengulanginya hingga pensiun di 2003.

Sekarang Jos tak lain adalah manajer dari anaknya sendiri, Max. Tentu saja menjadi juara dunia dan tercatat sebagai pembalap termuda yang menang race (18 di GP Spanyol 2016) sudah melegitimasi superioritas Max atas ayahnya. 

Selain ayahnya yang pembalap F1, ibu Max adalah pembalap karting dunianya makin lekat dengan adu geber diatas aspal setelah menjalin hubungan dengan Kelly Piquet yang tak lain putri juara dunia tiga kali, Nelson Piquet.

The Schumachers

Ketika Ralf mengasapi kakaknya di Kanada (dok: motor1.com)
Ketika Ralf mengasapi kakaknya di Kanada (dok: motor1.com)

Dinasti balap keluarga Schumacher di F1 dimulai ketika Michael debut di tim Jordan-Ford dan kemudian juara bersama Benetton. Selamanya Michael bakal dikenang sebagai salah satu pembalap paling sukses dalam sejarah F1. 

Torehan tujuh kali juara dengan lima diantara secara beruntun agaknya bakal sudah diulang generasi setelahnya. Apalagi dengan gagalnya Hamilton tahun ini memilin gelar kelima secara beruntun.

Sedangkan sang adik, Ralf sepanjang karirnya tak lebih dari bayang-bayang sang kakak. Hanya enam kali menang dengan 27 podium balapan termasuk beberapa momen ketika mereka berbagi podium. 

Kini estafet di tangan anak Michael, Mick Schumacher yang membalap bersama Mazepin di tim Haas. Sayangnya sampai musim 2021 kelar, mantan juara Formula 2 itu tak sebiji pun mencatatkan poin.

Keke dan Niko Rosberg

Keke dan Nico Rosberg bersama Prince Albert of Monaco dalam acara eksebisi sebelum GP Monaco 2018 (dok:Speedweek)
Keke dan Nico Rosberg bersama Prince Albert of Monaco dalam acara eksebisi sebelum GP Monaco 2018 (dok:Speedweek)

Jika di pasangan ayah-anak Verstappen hanya sang anak yang juara, ada keluarga Rosberg yang punya ayah-anak juara ketika Nico Rosberg menggondol juara di musim 2016. 

Datangnya Hamilton di Mercedes 2013 sedari awal memantik persaingan internalnya dengan Hamilton yang sudah berstatus juara dunia. 

Melalui persaingan ketat dengan Hamilton sepanjang musim, akhirnya Nico menyegel juara dengan selisih lima poin atas Hamilton. Sesudah itu Nico dengan elegan mengumumkan pensiunnya dari F1.

Hal yang lebih unik ditorehkan sang ayah ketika juara di musim 1982. Keke Rosberg menjadi juara dengan hanya sekali saja memenangi balapan, yaitu di GP Swiss. Memang musim 18982 bukanlah musim yang baik, ada 11 nama berbeda yang memenangi seri balapan. Sampai sekarang cacatan Keke tak lagi terulang.

Dinasti Fittipaldi

Enzo dan kakeknya, Emerson di 2018 (XPB/Press Association Images )
Enzo dan kakeknya, Emerson di 2018 (XPB/Press Association Images )

Kisah dinasti pembalap asal Brazil, Fittipaldi mengakar sejak Emerson debut bersama Team Lotus di 1970. Kemudian Emerson juga menjadi Fittipaldi tersukses di F1 dengan raihan dua kali juara dunia (1972 dan 1974). Ketika juara di 1972 Emerson mencatatkan rekor sebagai juara dunia termuda (25 tahun) yang kemudian rekornya dipecahkan Alonso di 2005.

Sang kakak, Wilson sempat ikut membalap di tahun 1972 bersama Brabham tapi hanya bertahan dua musim. Selanjutnya Wilson malah bikin sendiri bersama Emerson memanfaatkan hype kemenangannya di 1974 disokong oleh perusahaan raksasa Copersucar. Jadinya kemudian Emerson dan Wilson membalap untuk timnya sendiri Fittipaldi Automotive.

Jejak balapan dilanjutnya putra Wilson, Christian. Sempat tiga musim berlaga pada 1992-1994 di F1 sebenarnya karir Christian tak buruk-buruk amat meski terbilang medioker. 

Selanjutnya dia lebih sukses ketika terjun di ajang-ajang bala Amerika Serikat. Kini Fiitipaldi yang masih bertarung di aspal panas ada Pietro dan Enzo, cucu Emerson.

Pietro pernah membalap untuk Haas di 2020 sebagai pengganti Grosjean di GP Sakhir dan GP Abu Dhabi. Hingga kini lulusan akademi driver Ferrari ini masih menjadi pembalap cadangan untuk Haas dan reguler membalap di IndyCar Series. Sedangkan Enzo yang termuda masih menapaki karir di FIA Formula 2.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Balap Selengkapnya
Lihat Balap Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun