Dalam semua statistik memang Indonesia tadi kalah di tiap lini. Jumlah operan, akurasi umpan, hingga penguasaan bola semua di tangan Vietnam. Tapi lagi-lagi memang pilihan bermain pragmatis STY menuai hasil memuaskan. Sejak pertangahan babak kedua sebenarnya Vietnam sudah mulai buntu dan pressingnya tak seketat di babak pertama. Sayangnya serangan balik Indonesia tak klinis dan malah banyak berakhir salah umpan.
Masuknya Evan Dimas di babak kedua memang sedikit banyak memperbaiki aliran bola Indonesia. Tapi barisan para bek Vietnam tak terlena sebab keasikan menonton teman-temannya menyerang. Ezra Walian sebagai ujung tombak kehilangan suplai dan tak dapat momentum. Witan dan Irfan Jaya yang menyisir dari sisi lapangan juga sering gagal memanfaatkan serangan balik cepat.
Dalam aspek bertahan skema STY sudah paten di pertandingan tadi. Kelemahannya memang dalam aspek penyerangan, transisi dari 5-4-1 ke 4-5-1 ataupun 3-4-3 masih buntu di lini tengah dan berujung stastisnya Ezra di depan. Bisa dibilang Indonesia dan Vietnam saling buntu di lini serang.
Kini tinggal kita berharap hasil positif ketika kita berhadapan dengan Malaysia minggu nanti. Indonesia sering kena apes kalau melawan harimau malaya dan laga selalu berjalan sengit dan keras. Terakhir kita kalah di Bukit Jalil dua tahun lalu dalam lanjutan kualifikasi Piala Dunia 2022 lewat dua gol Safawi Rashid. Ketika itu Timnas secara darurat ditangani Yeyen Tumena setelah Simon McMenemi dipecat.
Tak ada yang tak mungkin bila keadaan terus positif seperti ini Indonesia bisa membawa pulang trofi dari Piala AFF 2020 yang lama didamba.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H