Tak dimainkannya laga terakhir secara bersamaan membuat Mitra Kukar dirugikan. Kalah lawan Persiba ditambah kalah head-to-head lawan PSBS menetapkan status degradasi Mitra Kukar. PSBS sendiri hanya bermain imbang keesokan harinya melawan Persewar.
Sang Patron Terjerat Korupsi
Performa menukiknya Mitra Kukar sejak 2017 sebenarnya bukan tanpa penyebab. Bertepatan dengan 2017 adalah diciduknya Bupati Kukar, Rita Widyasari. Sebagai mantan peserta Galatama, hubungan Mitra Kukar dengan pemda sangat erat. Secara resmi pemda Kukar lah yang membeli Mitra dari Sulaiman di masa dana APBD masih halal untuk klub sepak bola. Dibawah kepemimpinan Rita sebagai bupati lah, Mitra Kukar promosi dan menikmati masa-masa terbaiknya.
Rita juga dikenal royal untuk mengguyur tim dengan bonus-bonus. Bahkan dirinya meraih penghargaan dari SIWO PWI Pusat sebagai bupati peduli olahraga di 2017 dan masuk panitia SEA Games 2017. Sayangnya hanya berselang bulan dia malah berganti kostum ke ropi oranye KPK akibat pidana pencucian uang.
Ditetapkannya Rita menjadi tersangka jelas memengaruhi Mitra Kukar. Rita tak lain mejabat sebagai pembina klub dan memenuhi jajaran manajamen dengan kerabatnya. Roni Fauzan, manajer klub kala itu tak lain adalah sepupu Rita. Ada juga Endri Erawan, ipar dari Rita yang juga CEO klub. Sekarang Endri malah menjabat manajer Timnas, exco PSSI, komisaris PT LIB dan sekaligus anggota komite kompetisi AFC menggantikan Ratu Tisha.
Tampaknya memang kehilangan sang patron benar-benar memukul Naga Mekes. Bahkan tangan Endra di PT LIB pun tak mampu memberikan jadwal matchday terakhir yang fair bagi timnya. Mitra Kukar gagal beranjak dari sosok kepala daerah pengayom mereka. Meskipun besar kemungkinan guyuran dana dari Rita tak lain adalah usaha pencucian uangnya.
Bayangkan saja, membiayai tim di liga teratas yang tak murah, tak dari uang pribadi, dan sekaligus mendapat image sebagai pemimpin daerah pro prestasi olahraga. Semoga kejatuhan Mitra Kukar ke Liga 3 tak berlangsung lama, nama Mitra terlalu besar hanya untuk bermain di level amatiran. Sangat berbanding terbalik dari cita-cita Agustinus Wenas menjadikan NIAC Mitra klub profesional sepenuhnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H