Memang draft akan selalu ada tiap tahunnya, tapi pemain yang datang tak akan pernah sama. Terkadang satu draft class begitu sesak diisi oleh para pemain muda bertalenta, tapi tak menutup kemungkinan hampir tak ada yang bersinar dalam satu draft class secara bersamaan.
Biasanya penghakiman kualitas suatu draft class adalah berapa banyak pemain-pemainnya yang masuk All-Star. Selain itu dapat dihitung dengan perhargaan-penghargaan individual lainnya, macam MVP maupun defensive player of the year. Lihat saja draft class 1996 yang disesaki oleh nama-nama seperti Kobe Bryant, Allen Iverson dan Ray Allen.
Kalau tentang mana tahun terbaik, masih banyak yang berbeda pendapat. Selain 1996, ada draft tahun 1984 yang diisi Michael Jordan dan Hakeem Olajuwon serta 2003 yang digawangi LeBron James, Dwyane Wade, dan Carmelo Melo. Tapi sepertinya semua bersepakat bahwa draft tahun 2000, pembuka milenium baru sebagai yang terburuk.
Sebuah kolom menarik buatan jurnalis senior David Schoenfield pernah dimuat di ESPN. Disana Schoenfield secara menarik menilai semua draft NBA sejak pertama kali diterapkannya sistem lottery di musim 1985. Dalam sistem nilai alfabetikal, Schoenfield secara sadis hanya memberi nilai FÂ pada draft class 2000.
Schoenfield beralasan saking buruknya draft tahun itu, hanya ada tiga dari total seluruh pemain yang dipilih. Mereka adalah Kenyon Martin (#1), Jamaal Magloire (#19), dan Michael Redd (#43). Bahkan Rookie of The Year kala itu, Mike Miller tak pernah sekalipun terpilih dalam tim All-Star. Paling pol dia dapat Sixth Man of The Year di 2006 ketika mencatatkan rataan poin 18,5 per game. Tapi Miller beruntung tergabung di Heat ketika mereka menang dua kali cincin.
Biasanya ada istilah draft bust untuk menyebut pemain yang dipilih di urutan atas tapi tak mempu menjawab ekspektasinya. Sedangkan pemain yang dipillih di bawahnya bermain lebih baik. Contoh draft bust yang sering dipakai adalah Kwame Brown yang dipilih pertama di 2001 oleh tak lain Michael Jordan sendiri, sepanjang karirnya Brown tak pernah lolos dari kritikan.
Tapi di draft class 2000 bisa dibilang tak ada yang bust. Sebab tak ada pembandingnya dalam sesama pemain tahun itu. Maka tak heran Sports Illustrated menempatkan keseluruhan draft pick sebagai bust, tak main-main. Terlepas ada pemain berkarir panjang macam Jamal Crawford yang musim lalu masih sempat bermain meskipun cuma 8 menit.
Tak ada selain LA Clippers yang lebih dirugikan oleh draft class 2000 ini. Tak tanggung-tanggung, mereka mendapat tiga pemain draft pick 2000 ronde pertama. Mereka memilih Darius Miles di no 3 dan Quentin Richardson di no 18 ditambah Keyon Dooling (#10) setelah melakukan trade dengan Orlando Magic.
Nahasnya meski sempat membuat hype pada awalnya, core baru Clippers ini tak bertahan lama. Miles meski menjanjikan di awal dua musimnya sebagai pemain Clippers hanya berujung trade ke Orlando Magic. Richardson dan Dooling bertahan lebih lama sampai 2004 hanya untuk dilepas secara cuma-cuma via free agency.
Tahta draft 2000 sebagai yang terburuk sempat digoyahkan setelah kemunculan draft class 2013. Permainan Anthony Bennett sang pick no 1 yang lebih dari kata buruk, serta pemain macam Alex Len (#5) dan Ben McLemore (#7) hanya menunjukkan hasil medioker. Tapi untungnya wajah draft class 2013 terselamatkan di kemudian hari.
Trengginasnya Giannis Antetokounmpo, Rudy Gobert, dan Victor Oladipo di kemudian hari membuktikan generasi mereka jauh dari kata buruk. Belum lagi pemain-pemain seperti Steven Adams, Kentavious Caldwell-Pope, dan CJ McCollum juga tak bisa dibilang buruk. Beda dengan seniornya dari tahun 2000 itu, simply mereka buruk saja.
Banyak faktor kenapa pemain-pemain debutan ini gagal bersinar setelah masuk NBA. Diantaranya tim tak jeli memilih siapa pemain yang cocok untuk gaya bermain mereka. Kemudian ada lagi faktor cedera yang sudah jamak memakan korban diantara para rookie tiap tahunnya. Serta ada pula faktor turunan dari lockout yang terjadi di musim 1998/99.
Sederhananya lockout 1998 adalah aksi mogok kerja oleh para pemain dan owner tim NBA. Menuntut retrukturisasi aturan gaji secara garis besar. Hasilnya upah minimum dinaikkan dan besarannya dapat naik seiring lamanya pemain berada di liga.
Tak pelak draft 1999 dipenuhi oleh para pemain yang memburu kesempatan untuk masuk liga lebih awal. Apalagi masa itu lulusan SMA boleh langsung menyatakan kesediannya masuk draft. Efeknya tahun 2000 menyisakan hanya nama Kenyon Martin yang benar-benar dianggap potensial dan siap untuk NBA kala itu.
Apapun faktornya yang memengaruhi jebloknya performa generasi draft 2000, mereka bakal akan terus dikenang sebagai yang terburuk dan teladan untuk tak mengulangi hal yang sama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H