Kompetisi olahraga di Amerika Serikat mempunyai sebuah ciri khas diterapkan di semua liganya, draft pick termasuk NBA. Tak seperti di banyak negara yang biasanya pemain akan dilatih di akademi-akademi kepunyaan klub dan selanjutnya dipromosikan ke tim junior dan akhirnya utama. Adanya liga mahasiswa (NCAA) yang masif disana dan sistem liga yang tertutup, draft pick tak ubahnya cara operator liga menaikkan kualitas tim-tim gurem.
Secara gampangnya tim dengan rekor menang-kalah terburuk bakal punya kesempatan besar mendapat posisi draft tinggi. Mereka berkesempatan mengambil pemain terbaik dari liga mahasiswa. Tapi karena biasanya pick no 1 diambil oleh tim terbapuk, seringkali malah mereka tak mampu meraih kesuksesan.
Mungkin harus benar-benar seorang prodigy macam LeBron James yang kala itu benar-benar mampu menaikkan martabat Cleveland Cavaliers. Tapi sehebat apapun LeBron, dia baru juara sembilan musim setelahnya dan juaranya juga bersama Miami Heat, bukan Cavaliers. Mari kita tengok nasib lima draft pick no 1 sejak 2016, tapi kita kecualikan dulu Cade Cunningham si no 1 musim ini.
- Ben Simmons (2016, Philadelphia 76ers)
Agak unik untuk membicarakan awal karir Simmons. Dia sudah terlebih dulu cedera ketika latihan di preseason dan tak main sepanjang musim 2016-17. Kemudian dia main bagus di musim depannya dan menang Rookie of Year. Hal yang agak loophole sebab dia bukan didraft musim itu, tapi memang secara aktual baru debut.
Selanjutnya Simmons tiga kali masuk All-Star dan dua kali masuk All-Defensive. Tapi sepertinya keadannya malah memburuk musim ini. Banyak dikritisi pada ketidakmampuannya menembak tiga angka membuatnya tak kerasan di Philadelphia 76ers. Dramanya masih berlanjutnya dengan masih ogahnya 76ers melepas Simmons, sampai sekarang Simmons sama sekali belum berlaga.
- Markelle Fultz (2017, Philadelphia 76ers)
Dua musim beruntun 76ers menjadi tim pertama dalam draft pick dan kali ini mereka mengambil guard University of Washington, Markelle Fultz. Namun sayangnya dibanding mencapai titik terbaiknya, Fultz lebih banyak berkutat dengan cedera. Sejak awal dia terus diganggu oleh masalah di bahunya. Dua musim, akhirnya 76ers menyerah dan menukarnya ke Orlando Magic.
Sempat menemukan momentumnya di musim pertamanya di Orlando dengan rataan 12,1 poin dari 72 kali bertanding, nahasnya Fultz kembali dihantam cedera musim lalu. Kali ini cedera di ACLnya dan mengakhiri musim 2020/21 lebih cepat, padahal baru saja meneken perpanjangan kontrak. Sampai sekarang Fultz belum melantai lagi di arena bola basket.
- Deandre Ayton (2018, Phoenix Suns)
Demi Deandre Ayton, Phoenix Suns melewatkan kesempatannya mendatangkan Luka Doncic dan Trae Young di draft NBA 2018. Ketika dua nama itu sudah pernah masuk tim All-Star, Ayton belum pernah masuk pembicaraan daftar All-NBA. Meskipun hampir saja dia mendapat cincin mendahului Doncic dan Young musim lalu.
Sampai sekarang Ayton masih memperkuat Suns dan termasuk sebagai role player menyokong duo Chris Paul dan Devin Booker. Tiap musimnya Ayton mampu mencatatkan rataan poin dan rebound mencapai dua digit. Sempat bermasalah di musim-musim sebelumnya, sepertinya Ayton siap memburu momentum kebangkitannya.
- Zion Williamson (2019, New Orleans Pelicans)
Setelah melepas Anthony Davis (pick no 1 2012) ke LA Lakers dengan ditukar beberapa pemain dan slot draft sekaligus. New Orleans Pelicans mendapatkan jatah pick no1 untuk mengambil bintang Duke University, Zion Williamson. Sebagai pemain yang sangat dominan dengan postur tubuhnya yang besar membuatnya sering disamakan dengan legenda Shaquille O'Neal.
Segera Zion selalu jadi andalan Pelicans dan dua musim selalu mencatatkan poin rataan di atas 20. Zion masuk daftar All-Star pada musim 2020-21, bahkan menjadi starting line-up setelah Joel Embiid terkena protokol covid-19. Sayangnya tubuh Zion tak dapat mengimbangi gaya bermainnya yang sangat diamis. Dia seringkali dilanda cedera kaki, Zion dianggap gagal menjaga masa lemak tubuhnya dan terakhir dia masih dilanda cedera kaki lagi sebelum musim ini dimulai.
- Anthony Edwards (2020, Minnesota Timberwolves)
Menyingkirkan nama-nama macam Jamal Wiseman dan Lamelo Ball, Minnesota Timberwolves memilih Edwards dan langsung menjadi salah satu tumpuan tim untuk musim lalu. Tak beruntung terpilih sebagai Rookie of the Year, tak membuat sumbangsih Edwards pada Minnesota terbilang kerdil. Rataan 19,3 poin per laga dan tak pernah sekalipun absen sepanjang musim.
Perannya musim makin vital dalam gameplay Minnesota dan sejauh ini sudah membubukan 22 point per game. Selain itu Edwards sudah menjadi starting line up tetap bagi Minnesota dan semakin baik dalam hal rebound. Patut ditunggu apakah dia mampu melaju setidaknya sampai play-off musim ini.
Memang menjadi pemain dengan predikat draft pick no 1 tak menjadi jaminan jalan mulus mendapat kesuksesan. Sebabnya mereka harus rela masuk ke tim yang sedang dalam kondisi buruk dan seringkali kurang support dari kualitas roster yang ada. Tak semua seberuntung Tim Duncan yang didraft San Antonio Spurs di 1997, Popovich dan Spurs kemudian membangun tim di sekelilingnya. Hasilnya Spurs langsung juara musim depannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H