Keadaan sangat pelik terjadi di Grup D Liga 2. Pemuncak klasemen, Kalteng Putra dan juru kunci PSBS Biak hanya terpaut 2 poin saja. Enam penghuni Grup D akan saling tikam bergantian di Stadion Batakan. Mitra Kukar dan Persiba akan main duluan pada 1 desember pukul 15.15 WIB, disusul Sulut United yang menantang Kalteng Putra di pukul 18.15 WIB, dan mirisnya laga Persewar melawan PSBS baru dilangsungkan keesokan harinya.
Tentu saja bilamana Kalteng Putra menang dan Persiba/Kukar menang besar, laga Persewar yang sudah kehilangan urgensinya bisa dijual. Sebab ada PSBS yang sedang berjuang keluar dari degradasi. Kita harus menaruh kecurigaan akan terjadinya match fixing, karena tak lama ini ada Perserang yang terang-terangan memecat beberapa pemainnya sebab menerima suap.
Pinsip Liga Jalan Dulu
Kedua hal yang muncul belakangan ini menunjukkan kualitas liga kita belum kemana-mana. Tak bertambah baik barang sejengkal saja, ya mungkin para pejabat yang berwenang bisa berkilah ini semua sebab kondisi pandemi. Pejabat tak pandai berkilah bakal terlihat seperti Karna kehilangan Konta Wijayadanu.
Penyakit inkonsistensi sepertinya masih betah hinggap di tubuh PSSI dan kroni-kroninya. Alasan liga jalan dulu tak lain adalah alasan menganulir profesionalisme mereka. Seenak saja mengubah jadwal liga meski dengan alasan mulia demi timnas dan menekan penyebaran covid-19. Seolah sejak awal mereka memang tak sepeduli itu dengan prestasi timnas ketika di awal merumuskan jadwal.
Belum lagi ditambah alasan mengalihkan seri tiga yang sedianya dilaksakan di Jawa Timur kembali ke Jateng dan DIY. Ketika itu mereka berkilah banyaknya tim asal Jatim berpotensi menimbulkan kerumunan dan gesekan akar rumput. Secara tak langsung mereka menelanjangi dirinya sendiri yang tak siap menangani suporter dan kurangnya dukungan pihak kepolisian. Liga tahun ini tak ubahnya liga setengah hati.
Daftar akan semakin panjang jika ditambah kejadian-kejadian lain. Persiraja yang pelatihnya tak mengantogi lisensi yang ditentukan, kualitas wasit yang masih bobrok, tak seriusnya PSSI menuntaskan kasus match fixing Perserang, hingga dokter tim yang hanya mengangkat-angkat perut pemainnya ketika tumbang.
Apa yang PSSI kurang dapatkan untuk memajukan liga lokal?. Ketumnya saja purnawirawan polisi, presiden secara eksplisit menyuruh Menporanya membenahi sepak bola, hingga menteri BUMN yang pro kepada olahraga (dan mantan pemilik Inter). Harusnya izin dan kucuran dana akan lebih deras dan lancar. Penyelenggaran liga tahun ini sepertinya hanya demi menggugurkan kewajiban PSSI dan PT LIB saja.
Jangan bicarakan transparansi dulu, mereka nanti makin kelihatan boroknya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H