Apakah PSSI muntab dengan skema naturalisasi di AFF 2018?, jawabannya jelas tidak. Entah apa yang menjadi pertimbangan PSSI untuk menendang Luis Milla seusai gelaran Asian Games 2018. Nama Alberto 'Beto' Goncalves punggawa naturalisasi paling anyar di skuad, meskipun sebelumnya sudah ikutan di Asian Games 2018.
Kali ini dalam asuhan Shin Tae-Yong sepertinya tren ini masih akan berlanjut. Secara terbuka STY meminta nama-nama untuk diproses oleh PSSI. Sejauh ini sudah terdengar nama Jordy Amat yang katanya tinggal selangkah lagi gabung laskar garuda demi Piala AFF akhir tahun nanti. Juga ada Marc Klok dan Spasojevic yang masih menunggu dipanggil.
Menyikapi Naturalisasi
Sebenarnya praktik naturalisasi ini sudah tak lagi asing di sepak bola modern, namun sepertinya apa yang dilakukan disini tak berbuah apa-apa. Indonesia sebelum 2010 sudah pernah tiga kali tembus final AFF, setelah masa naturalisasi tetap saja Indonesia masih mentok di runner-up.
Jelas disini akarnya adalah PSSI yang tak becus merawat persepakbolaan secara menyeluruh. Singapura nyatanya mampu menyabet tiga gelar setelah memutuskan memakai skema naturalisasi. Seakan PSSI seperti hanya asal menyontek pekerjaan rumah tapi hanya setengah-setangah. Bahkan naturalisasi ekstrim ala Filipina di kemudian hari mempu membuatnya yang dulu dihajar 12-1 oleh Indonesia di 2002 balik menghajar Indonesia 4-0 di 2014.
Seusai Cristian Gonzales malah banyak naturalisasi yang terkesan ngawur. Sebagai catatan Gonzales secara sukarela mengajukan pindah menjadi WNI setelah beristri perempuan Indonesia dan telah lima tahun berturut-turut tak pulang.
Sedangkan di era setelahnya lebih banyak pemain yang dinaturalisasi dengan alasan-alasan tertentu. Sebut saja angkatan Ruben Wuarbanaran, Diego Michiels, hingga Raphael Maitimo yang jangankan menaikkan level timnas. Adanya malah mereka yang ketularan level permainan Indonesia.
Malahan sekarang banyak klub-klub dan orang-orang berkepentingannya yang memanfaatkan naturalisasi untuk kepentingan klub. Melalui naturalisasi tentu klub bisa menghemat slot pemain asingnya. Sebut saja Herman Dzumafo, Fabiano Beltrame, Guy Junior, sampai OK John tak pernah sekalipun mengecap caps timnas. Entah apa urgensinya memberikan WNI kepada mereka.
Seperti yang pernah diutarakan pandit sepak bola Zen Rahmat Sugita, naturalisasi adalah lambang gagalnya PSSI membina pemain yang siap dipakai untuk timnas di level internasional. Piala AFF tahun ini belum berjalan, tapi kita patut memantau bagaimana hasilnya. Pasalnya jika STY yang sudah memperkuat pasukannya dengan pemain naturalisasi masih gagal membawa pulang trofi, catatan kegagalan skema naturalisasi semakin panjang.
Selain itu kita juga patut menoleh kepada bola basket yang mulai meniru langkah sepak bola untuk naturalisasi pemainnya demi pamor Piala FIBA Asia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H