Namun harapan itu sampai sekarang susah dipenuhi. Sejak pre-season Lakers tidak menunjukkan permainan yang ciamik terutama dalam defense padahal Frank Vogel adalah coach dengan pendekatan defense.
Masalah utama Lakers musim lalu adalah kondisi ketika bermain tanpa LeBron. Maka dari itu didatangkan lah Westbrook yang dianggap dapat melakukan playmaking ketika LeBron tak main atau sekadar ngasoh di bench.Â
Tapi sejauh ini belum terlihat Westbrook mampu mengangkat performa tim tanpa LeBron. Dia masih gemar stats padding dan terus mencoba menembak tiga angka yang kebanyakan sia-sia serta mengoleksi turn over.
Lakers yang begitu digdaya di musim 2020 dalam pertahanannya seolah kehilangan tajinya di musim ini.Â
Diisi oleh sekumpulan veteran sepertinya membuat mereka sering kedodoran di babak kedua terutama di quarter keempat. Hal yang sangat terekspos ketika kalah melawan Celtics 130-107, mereka membiarkan Celtics mencetak 37 poin di Q4 saja dan inferior dalam rebound.
Akan menjadi percuma punya amunisi offense yang menakutkan tapi pertahanan yang mudah diacak-acak. Sepanjang musim ini Lakers baru sekali tak kemasukan poin di atas 100, lawan Houston.Â
Sepertinya kehilangan role player macam Caruso begitu berdampak dalam pertahanan. Ya, memang susah menjadikan Carmelo terus mengejar bola dan marking ketat di musim ke 18nya bermain.
Prahara Lakers tak berhenti disitu saja. Badai cedera silih berganti menghantam satu-persatu pemainnya. Bahkan Kendrick Nunn belum debut resmi dengan seragam Lakers pun dengan Ariza.Â
Alhasil Westbrook dan Davis menjadi andalan Vogel dalam beberapa game, ditambah Carmelo dan Howard yang tak bisa lagi bermain dengan minute play tinggi.
Tapi seperti yang disinggung di paragraf awal, tak semua tim dibangun untuk rekor fantastis di musim reguler.Â
Bagaimana pun penentuan juara ada di play-off dan lagipula musim masih jauh dari kata selesai. Ada catatan positif juga dari beberapa game Lakers yang sudah lewat, mereka memenangi semua pertandingan yang berakhir ovetime.