Besok di Sirkuit Ricardo Tormo, Valencia dunia balap roda dua bakal melepas salah-satu legenda terbesarnya, Valentino Rossi. Menggeber motor sejak mentas di kelas 125cc pada 1996, selama 25 tahun Rossi membentangkan karirnya. Semenjak kenaikannya di level teratas MotoGP pulalah dirinya didapuk sebagai wajah global dunia balap roda dua.
Rossi punya lebih dari skil membalap kelas atas untuk menjadi ikon MotoGP. Dia punya kharisma di luar sirkuit dan luwes di depan paparazzi. Saking besarnya dampak Rossi bagi MotoGP, banyak anak-anak generasi saya atau pun di atas saya menyebut 'menonton Rossi' sebagai subtitusi kalimat menonton MotoGP.Â
Belum lagi celetukan-celetukan tongkrongan untuk menyebut teman yang ngebut sebagai Rossi wannabe.
Padahal dulu di masa saya kecil (2000an) ada beberapa nama macam Gibernau, Biaggi, hingga Capirosi yang bisa dibilang saling bersaing. Tapi di mata kami no 46 sudah menyilaukan penafsiran kami tentang siapa pembalap terbaik.Â
Tak heran stiker no 46 khas Rossi dan tulisan The Doctor adalah stiker paling lumrah di motor bapak-bapak tukang ojek.
Ada satu hal mengganggu pandangan ketika saya meilhat stastistik Rossi selama karirnya di dunia balap. Total 9 juara dunia (7 kelas MotoGP) dan 199 podium di kelas MotoGP, jelas ini angka yang ganjil.Â
Bolehlah kita bilang angka 9 juara dunia sudah mentok, kesempatan terakhirnya ada di 2015. Ketika itu harapan musnah seketika setelah Rossi dianggap bersalah atas jatuhnya Marc Marquez di GP Sepang dan dihukum start di grid buncit GP terakhir di Valencia.Â
Akhirnya arak-arakan Jorge Lorenzo yang ditemani Pedrosa dan Marquez mememangi balapan sekaligus juara musim itu.
Tapi kalau tentang podiumnya yang ke 200?. Tentu siapa pun ingin Rossi mendapatkan perpisahan paling pantas bagi The Doctor. Sepertinya naik podium untuk terakhir kalinya bakal menjadi hal sempurna bagi pria 42 tahun asal Urbano itu sekaligus menyempurnakan rekornya.
Tak ada hal lain yang dirayakan di seri terakhir ini. Fabio Quartararo sudah menyegel juara dunia, begitu pula dengan Bagnaia dan Joan Mir di tempat kedua dan ketiga. Bisa dibilang hanya perpisahan Rossi saja yang bakal diingat dari Ricardo Tormo akhir pekan ini.Â
Mengatur supaya Rossi dapat podium tentu bisa dibilang akhir manis bagi kita penonton casual. Tapi mungkin tidak bagi mereka yang menggeber motornya di atas aspal.
Quartararo sang juara baru angkat bicara dan menganggap The Doctor tak bakalan suka dengan cara seperti itu demi podium ke-200nya.Â
Hal yang diamini oleh Bagnaia yang merupakan lulusan tim VR46 milik Rossi, baginya Rossi adalah pembalap yang sangat kompetitif dan jelas sulit mewujudkan usulan membiarkan Rossi lewat. Malah Bagnaia dan Joan Mir mengusulkan adanya lap of honour setelah balapan usai untuk penghormatan pembalap terakhir dari era 500cc tersebut.
Bagaimana dengan Rossi sendiri. semenjak GP Andalusia 2020 dirinya memang tak pernah meraih podium lagi. Bahkan seringkali tercecer di urutan belasan. Sirkuit Ricardo Tormo juga bukanlah arena yang bersahabat bagi dirinya, terakhir kali ia juara di musim 2004 dan podium di 2014.
"Di satu sisi saya sedih akan pensiun, tapi di sisi lain saya sudah melalui musim sulit yang panjang. Balapan terakhir akan digelar di Valencia, di lintasan yang sulit bagi saya, tapi saya akan berusaha mencetak poin," ucap Rossi dikutip dari GP One.
Agaknya memang mencetak poin menjadi hal yang paling realistis baginya sekarang. Berandai-andai memang manis dan berharap keajaiban datang mengantarkan The Doctor ke altar terakhirnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H