Mohon tunggu...
Bloor
Bloor Mohon Tunggu... Lainnya - Masih dalam tahap mencoba menulis

Tertarik pada pusaran di sekeliling lapangan sepak bola. Belajar sejarah bukan untuk mencari kambing hitam

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Selamanya Steve McClaren Akan Diingat sebagai A Wally with A Brolly

8 Agustus 2021   23:11 Diperbarui: 8 Agustus 2021   23:31 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Headline harian Daily Mail keeseokan harinya (dok: Daily Mail)

Inggris pernah dianugerahi generasi pemain sepak bola yang begitu mengkilap di awal milenium ketiga. Tapi punya talenta mentereng dengan implementasi di lapangan demi trofi bergengsi adalah hal berbeda. Sungguh dosa teramat besar membiarkan 11 insan sepak bola terbaik di Inggris hanya seperti amatiran ketika sama-sama membela panji tiga singa. Bahkan ada aib tak terlupakan ketika mereka gagal untuk ikutan Euro 2008.

Adalah si mantan tangan kanan Sir Alex Ferguson yang sekaligus menyandang sebutan manajer tersukses bagi Middlesbrough, Steve Mclaren aktor utamanya. Bayangkan saja, tim semenjana asal utara itu mampu ia antar menjadi Juara Piala Liga 2005 dan di musim setelahnya malah mencapai final Piala UEFA, meski kalah di hadapan Sevilla. The FA kepincut rentetan kejutan McClaren hingga menahbiskannya sebagai juru mudi baru Inggris seusai Piala Dunia 2006 menggantikan Eriksson.

Tapi hanya sampai disitu saja publik Inggris tersenyum. Nyatanya McClaren sama sekali tak mampu menangani tim 'emas' Inggris. Bukannya memberi prestasi, McClarean malah mencoreng arang di muka publik Inggris. Di bawah rintik hujan mendung Wembley, Inggris yang hanya perlu seri lawan Kroasia demi lolos ke Euro 2008 justru kalah 2-3. Saking kesalnya, media Daily Mail memajang foto McClaren yang berdiri di samping lapangan sambil memakai payung sebagai halaman muka dan menjulukinya A wally with a brolly (Si bodoh dengan payungnya).

Headline harian Daily Mail keeseokan harinya (dok: Daily Mail)
Headline harian Daily Mail keeseokan harinya (dok: Daily Mail)

Kenapa malah dibanding segenap kepayahan timnas Inggris berlaga di lapangan dan segala insight taktik pilihan McClaren, dia malah dihujat sebab memakai payung?. Ini tak lepas dari betapa Inggris sangat aneh dalam sekat bangsawan-jelatanya.

Sampai sekarang Inggris atau UK (United Kingdom) secara keseluruhan masih punya dewan khusus para tuan tanah/bangsawan, yaitu House of Lords disamping ada majelis 'rendah' House of Common. Sangat feodalistik disamping Inggris mempunyai salah-satu sistem jaminan kesehatan universal terbaik di dunia melalui NHS-nya. Di sisi lain masih mengagungkan kelas dan pada sisi lain sangat pro wong cilik.

Akhirnya masyarakat Inggris terutama para penghuni di London Raya itu punya standar begitu tinggi atas asas kesopansantunan. Etika begitu dijunjung dalam keseharian sampai kita juga familiar dengan peribahasa Inggris kuno Manners maketh man lewat propaganda waralaba The Kingsman, film dengan pesona gentlemanship yang begitu kental. Kira-kira hal itu lah yang bikin publik Inggris jijik ketika McClaren memilih 'berteduh' di bawah lindungan payungnya ketika para pemain di depannya sedang menerjang badai.

Seperti halnya suatu serdadu, timnas Inggris selalu direpresentasikan sebagai pasukan singa siap tempur demi harga diri bangsa. Ingat ketika insiden Beckham dengan Simeone berujung kartu merah di Piala Dunia 1998?, media Inggris langsung ramai-ramai mengeroyok Beckham sebagai biang kekalahan sebab kegagalannya mengontrol emosi. Jelas tempramental bagi publik Inggris tak mendapat tempat dalam etika mereka.

Kembali ke McClaren dengan payungnya. Inggris bukan lah negara yang dianugerahi oleh cuaca secerah Indonesia atau negara-negara eropa mediterania. Hal yang sangat wajar ketika menengadah ke langit Britania, kita hanya melihat gulungan mendung yang gloomy. Potret paling umum kota-kota dan sudut pabrik yang selalu berkabut, muram, dan basah. Memakai payung jelas hal wajar bila cuaca sedang buruk, namun tak begitu bagi McClaren di malam jahanam tersebut.

Akibat polahnya memakai payung di tepi lapangan, McClaren dianggap mempertontonkan kebodohan dan hal tak etis. Ketika 11 pemainnya berjuang di bawah guyuran hujan muram London, dirinya malah enak-enak saja memakai payung sambil memegang kopi panas. Seolah tak ikut sama rasa berjuang dengan anak buahnya, apalagi laga berakhir dengan kekalahan di hadapan 88.000 penonton.

Mungkin takut jadi A Wally with a brolly kedua, manajer Inggris selanjutnya tak pernah lagi tertangkap kamera memakai payung di tepi lapangan. Bahkan para manajer di Liga Inggris pun begitu, entah mungkin ada tapi saya yang luput. Lihat saja Pep Guardiola ini, membiarkan kepala plontosnya makin licin akibat diguyur hujan.

Mungkin Pep takut kutukan McClaren (Matthew Peters/Getty Images)
Mungkin Pep takut kutukan McClaren (Matthew Peters/Getty Images)

Bagaimana pun meski setelah itu sukses menukangi Twente dan meraih juara Eredivisie, foto ikoniknya memakai payung tak lekang oleh waktu. Setiap kali ia kembali menemui kegagalan demi kegagalan pasca karirnya di Twente, lagi-lagi foto ikonik itu muncul. Tapi suka atau tidak jauh setelah itu salah-satu anak didik terbaiknya di Middlesbrough menjadi manajer timnas Inggris dan sejauh ini sukses menempatkan Inggris tak lagi sebagai bahan lelucon di turnamen besar. Ya dia adalah Gareth Southgate.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun