Akibatnya Goiko mendapat sanksi 18 pertandingan meski akhirnya direduksi. Sebelum pertandingan Menotti bilang ke pers mengenai Goiko, jika dia (pelatih Bilbao) lebih memilih memasang banteng, permainan akan lebih baik. Nama Goiko tak pernah baik di mata para Cules. Menotti selanjutnya menjuluki cara main Goiko sebagai Anti-football, lebih jauh lagi ada yang mencurigainya bagian separatis Basque.
Meski dibenci oleh para katalan, Goiko sangat dicintai oleh pendukung Bilbao. Dia masih terus bermain di Bilbao sampai 1987 kemudian pindah ke Atletico Madrid dan mengakhiri karirnya disana pada 1990. Dia pun ikut membela Spanyol di Euro 1984 dan Piala Dunia 1986.
Meski sangat terkenal akan tekel horornya waktu berhadapan, nyatanya mereka malah minum kopi bersama ketika Maradona kembali ke Spanyol untuk membela Sevilla. Goiko pun sampai sekarang menyimpan sepatu yang ia pakai ketika menekel Maradona ketika 1984.
Mungkin bagi sebagian orang Goiko tak ubahnya penjahat yang tak segan mengakhiri karir pemain lawannya. Tapi pemain macam Goiko inilah yang tak segan membawa beban sebagai public enemy demi kejayaan timnya. Sepertinya tak akan ada lagi pemain sepertinya di sepak bola modern ini dimana pemain sangat memikirkan citranya. Berjuluk 'Jagal' bukanlah pilihan bagus untuk citra.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H