Pep Guardiola bahkan heran kenapa Inggris yang masa itu materi pemainnya bisa diadu dengan generasi emas Spanyol di masa setelahnya malah tak meraih sebiji trofi pun.
Terkadang juga malah negara dapat meraih kejayaannya setelah ditinggal generasi emasnya. Hal yang sudah dibuktikan Portugal di Euro 2016. Bagi penikmat sepak bola, generasi awal 2000an dimana masih ada nama beken macam Deco, Rui Costa, Luis Figo dan Cristiano Ronaldo muda adalah masa emas-emasnya talenta Portugal.Â
Sayangnya kalah di final Euro 2004 yang diselenggarakan di rumah mereka sendiri oleh Yunani yang diberkati oleh dewa-dewa Olimpusnya. Malah dengan skuad pas-pasan Euro 2016, mereka mampu juara meski lolos ke fase knock-out via peringkat tiga terbaik.
Mungkin Spanyol lah negara yang benar-benar memaksimalkan potensi generasi emasnya antara 2008 sampai 2012. Dua kali Euro dan satu Piala Dunia jelas menunjukkan Spanyol adalah adiraja sepak bola internasional kala itu.Â
Menjadikan pemain-pemain Barcelona sebagai backbone tim dan mengadopsi tiki-taka yang sedang gemilang mengantar Spanyol yang sebelumnya hanya penggembira turnamen menjadi pemain superiordi turnamen-turnamen selanjutnya. Jelas mereka bukan semut yang digajahkan.
Bagaimana dengan di Indonesia sendiri?. Seringkali frasa generasi emas ini merujuk ke timnas masa awal dekade 2000 dimana timnas diperkuat para alumni program primavera di Italia. Nama-nama macam Bambang Pamungkas dan Kurniawan Dwi Julianto sebagai penyerang, Bima Sakti di lini tengah, Aples Tecuari dan Yeyen Tumena di belakang dan kiper alm. Kurnia Sandi.Â
Hasilnya Indonesia rutin masuk Piala Asia meski hanya sebatas fase grup dan hattrick juara dua Piala AFF (Piala Tiger). Akhirnya sampai generasi ini berakhir, Indonesia tak pernah sekalipun menenteng trofi. Mungkin terkecuali Piala Kemerdekaan 2008 yang diingat Indonesia juara di turnamen bikinannya sendiri dan lawannya WO di final.
Generasi emas Inggris adalah produk kompetisi kelas atas di Liga Primer dan terakhir Prancis punya Clairefontaine sebagai lembaga produsen pemain-pemain top.
Terakhir, generasi emas bukanlah tujuan akhir serangkaian pembangunan sepak bola di suatu negara. Selanjutnya adalah mempertahankan standar emas ini ke masa mendatang, bisa saja Belgia memang tak lagi punya generasi emas tapi sebab tetap mempertahan standarnya mengangkat trofi hanya tinggal menunggu waktu.Â
Indonesia sejak awal 2010an sudah dihinggapi hype atas talenta-talenta mudanya, sayang entah mengapa prestasi seketika anjlok di level senior. Generasi emas memang tak dilahirkan, tapi memang dibangun.