Mohon tunggu...
Bloor
Bloor Mohon Tunggu... Lainnya - Masih dalam tahap mencoba menulis

Tertarik pada pusaran di sekeliling lapangan sepak bola. Belajar sejarah bukan untuk mencari kambing hitam

Selanjutnya

Tutup

Bola

Tak Usah Menjagokan Tim Manapun di Euro 2020

29 Juni 2021   14:25 Diperbarui: 29 Juni 2021   14:33 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tak main-main, Yann Sommer berlatih bak Neo The Matrix khusus untuk menghadapi adu pinalti (dok:AFP)

Belanda keok di tangan Republik Ceko dan Prancis dipulangkan oleh Swiss. Keduanya menjadi unggulan yang harus tersingkir lebih dulu dari EURO 2020 oleh tim yang lebih underdog. Siapa juga yang menyangka skuad mewah Didier Deschamps malah terjungkal di babak 16 besar lewat skeman adu pinalti. Disana ada Kylian Mbappe calon pemain terbaik dunia masa mendatang, Paul Pogba sang orkestrator, N'Golo Kante yang ada dimana-mana, sampai ditunjang kembalinya Karim Benzema dari pengasingannya sejak 2016. Nama Kylian Mbappe seolah menjadi pesakitan setelah gagal sekalipun menyarangkan gol, bahkan di adu pinalti lawan Swiss.

Sebelumnya juga penikmat sepak bola sudah dihibur oleh Republik Ceko. Melawan juara grup dengan nilai sempurna, Belanda, mereka menang meyakinkan dua gol nirbalas. Sebenarnya Belanda menguasai tempo sampai kejadian Donyen Malen membuang peluang emas dan dibalas serangan balik kilat Republik Ceko. Matthijs de Ligt yang sempoyongan mengejar Schick malah melibas bola memakai tangannya, de Ligt diusir. Frank de Boer nyatanya tak mampu meracik taktik hanya dengan 10 pemain, dua gol bersarang dan Laskar Oranye undur diri.

Bagi saya yang tidak punya jago negara mana pun di EURO kali ini merasa kejadian macam ini adalah berkah. Entah apa namanya tapi memang bila ada pertandingan sepak bola dan yang bertanding bukan Timnas Indonesia atau Manchester United, otomatis saya akan memihak tim underdog. Kalau timnas sih memang belakangan ini selalu underdog siapa pun lawannya. Mentalitas nothing to lose dan perasaan puas menggulingkan eshtablising power adalah kepuasan tersendiri.

Kalah adalah kewajaran dan kalau menang berarti pesta. Siapa pula yang tak terhibur drama di kedua laga itu, kekalahan Belanda membuktikan kalau titah Mourinho bahwa Frank de Boer adalah pelatih kacangan dan hal yang bisa menjegal Prancis tak lain ialah diri mereka sendiri. Patrick Schick dan Granit Xhaka seolah kesetanan dan bermain trengginas, sedangkan de Ligt dan Mbappe jadi buah bibir akibat kacaunya permainan mereka. Sepak bola juga tentang membakar passion, rasa tak keder melawan siapa saja.

Sudah sewajarnya bagi kita yang negaranya tak iktut-ikutan EURO ini memperlakukan gelaran ini sebagai sarana hiburan saja. Cara terbaiknya tak lain memihak setiap tim underdog pada laga-laga tersisa. Apa tidak pusing nanti jajaran Aleksander Cefferin ketika final malah memperemukan Republik Ceko dengan Swiss bukannya nama besar macam Jerman atau Italia, pemegang hak siar pun kelimpungan terancam turunnya rating. Tapi di sisi lain para pendukung tim underdog berpesta, merayakan sekali lagi tumbangnya para raksasa.

Bukan yang Kuat yang Menang, tapi yang Menanglah yang Kuat. -Franz Beckenbauer

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun