Melalui lukisan itu Gus Mus menyampaikan tentang hakikat zikir yang meurut beliau masih banyak yang hanya sebatas 'daging' saja dan lupa akan jiwa. Hal ini adalah cerminan dimana banyaknya pejabat-pejabat yang tertangkap korupsi meski sudah haji, berarti hajinya masih sebatas daging saja. Bahkan dalam menyikapi sebuah lukisan saja, orang-orang juga ada yang lebih memakai dagingnya dibanding jiwanya.
Dalam Gus Jakfar dan Ngelmu Sigar Raga terlihat jelas Gus Mus memperlihatkan kejadian-kejadian disitu di sekitarnya yang akar rumput masih lumrah. Ketika lukisan kontroversialnya naik pun, sedang gencar-gencarnya pencekalan Inul dimana-mana, Gus Mus pun menuangkan keresahannya lewat lukisan.
Tak heran memang Gus Mus pernah dijuluki satu rumah dengan ribuan pintu. Orang dapat memasuki pintu Gus Mus sebagai kiai pesantren, Gus Mus sebagai ahli fiqih, Gus Mus sebagai pengurus NU, Gus Mus sebagai pelukis, atau bahkan Gus Mus sebagai mantan poltisi praktis. Tapi saya sudah nyaman mengenal Gus Mus lewat pintu sastranya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H