Hari ini, kubawakan bunga lagi. Mungkin kau bosan dengan petualanganmu nun jauh disana. kau mungkin lelah dengan semuanya. sudah beberapa warsa kau tak lagi pulang ke dekapanku kembali mendekapku seperti malam itu.  Aku tak lagi tercebur dalam dunia malam kelam gemerlap itu lagi. Karena aku yakin mungkin kau kembali kesini. Mendekapku lagi.
      Oh wahai dirimu yang sampai sekarang jua aku tak tau namanu. apla arti nama jika dibandingkan dengan semua kehangatan yang pernah kau berikan selama ini. Bunga yang kubeli dari salah satu jajaran kongsi penjual bunga taman kota akirnya hanya kutaburkan ke tempat kita dulu bergumul. Untuk yang pertama dan yang terakhir kali
      "Seperti itulah putriku kisah bagaimana ibumu ini bertemu dengan ayahmu. Mungkin kau tak pernah mendapat dekapan dari dia. Tapi ibu akan terus berusaha memberi dekapan terhangat bagimu, maafkan ibumu ini nak, apabila tak bisa mengenalkan ayahmu yang bahkan namanya juga aku tak tahu". Kututup cerita masa laluku kepada Dewi putriku semata wayang dari dia. Dia yang tak pernah kembali.
                                                                                                                     Dramaga, November 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H