Mohon tunggu...
Reza Nurrohman
Reza Nurrohman Mohon Tunggu... Wiraswasta -

manusia yang terus bertumbuh. tidur dan makan adalah hal yang lebih menyenangkan sebenarnya namun berkerja merupakan kewajiban saya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pintu Alexis Tutup Cinta Pasangan Kompasianer Redup

2 November 2017   19:37 Diperbarui: 2 November 2017   20:13 790
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Gubernur Anies Sandi membuat kebijakan kontroversial dengan menutup Alexis dan membuat data pekerja Alexis terbongkar, secara tidak langsung hal ini membuat pasangan rumah tangga sekaligus   pasangan kompasianer Gato dan Pebri berada pada ujung tanduk. Gato tak menyangka sang istri Pebri  ternyata nyambi jadi pekerja  Alexis, mereka akhirnya memutuskan berpisah.

Perceraian mereka putuskan  sebagai solusi terbaik demi ketenangan masing-masing dan anak-anak mereka. Apalagi setelah Gato tahu  ternyata selama ini Pebri sudah tidak memiliki cinta untuknya. Sementara ini satu-satunya yang membuat Pebri bertahan dan berperan sebagai istri Gato adalah kelima anak mereka.

Perkara berikutnya yang timbul adalah soal hak asuh anak.  Gato dengan keras menginginkan kelima anak mereka hidup bersamanya. Gato juga beralasan  bahwa nantinya  Pebri akan   selalu  diijinkan  untuk  menemui buah  hati  mereka. Selain  itu, Gato menganggap Pebri abai  mengurus anak.  Buah hati sering ditinggal pergi dengan alasan  mencari  inspirasi menulis  kompasiana dengan wawancara orang-orang sekitar kota yang  ternyata kerja di Alexis dan yang jadi sumber reportase tulisanya ialah pelangganya.

Di  lain pihak, jiwa keibuan Pebri tidak bisa dipungkiri. Pebri juga  bersikeras ingin merawat kelima anak mereka. Argumenya selama ini yang  membuat Pebri bertahan sama Gato ya anak, kok. Tak heran, pertengkaran pun datang kembali.

"Mas, aku lho yang mengandung  kelima anak ini sembilan bulan. Bertaruh nyawa."

"Dik, kamu kira aku selama ini juga tidak berkorban  apa-apa? Aku bertaruh nyawanya malah hampir setiap hari dengan pekerjaan ojek  sambil  cari tambahan uang  nulis  di  kompasiana."

Konflik mereka tak berujung solusi. Akhirnya mereka  sama-sama bersepakat akan menerima  apapun hasil keputusan pengadilan nanti  soal hak asuh anak-anak mereka.

Gato yang takut akan kalah di persidangan kemudian curhat kepada  Iskandar, COO kompasiana yang ikut berperan dalam memberikan data pekerja Alexis kepada Gato untuk dijadikan bahan penulisan kompasiana. Gato mengajak Iskandar pergi ke sebuah kucingan alias warung kaki lima. Namanya juga laki-laki, apapun perasaan emosi hatinya, kopi tetap jadi solusi.

"Aku khawatir nanti kalah di persidangan dalam memperebutkan hak asuh anak, Mas," kata Gato.

"Yah, itu lumrah. Wajar." Jawab Iskandar bijak menenangkan kompasianer Gato.

"Kira-kira nanti aku bisa menang tidak ya Mas?"

"Menurutku nanti kamu yang menang," kata Iskandar pelan sambil menepuk punggung Gato.

"Hmm, Terima kasih perhatianmu Mas," kata Gato sambil menyeruput kopi di depannya. "Dari mana Mas yakin aku bisa menang?"

"Dari sebab perceraian kalian. Kamu dan Pebri cerai karena dia  ketahuan bekerja di Alexis, itu bukti bahwa dia bukan wanita baik-baik, Alasan itu pasti akan menjadi pertimbangan hakim untuk  menentukan hak asuh anak-anakmu."

Setelah mendengar jawaban yang bijak dari Iskandar, wajah Gato pun berseri-seri. Segala kegalauanya tentang kekalahan di persidangan hilang  sudah.

Gato pulang ke rumah dengan bahagia. Dengan optimis ia sabar menunggu hari  persidangan cerai sekaligus sidang penentuan hak asuh anak minggu depan.

Jadwal persidangan yang dinantikan akhirnya datang juga.  Di  persidangan, Gato tampil percaya diri, Pebri pun begitu. Mereka berdua  sama-sama percaya akan mendapatkan hak asuh anak mereka.

Gato mendapat kesempatan pertama untuk menngungkapkan kenapa ia harus diutamakan dalam mendapatkan hak asuh anak.

"Pak Hakim, saya jelas lebih afdol dan dapat menjamin masa depan  anak-anak saya. Pekerjaan saya jelas sebagai tukang ojek. Penghasilan saya lebih dari cukup karena sering jadi juara menulis kompasiana.  Lagi pula, istri saya jelas-jelas bekerja di Alexis sehingga rumah tangga  kami hancur. Kurang apalagi."

Gato mengakhiri pembelaannya dengan penuh percaya diri setelah sebelumnya membaca  sekian lembar alasan-alasan lain yang memperkokoh agar hak asuh anak ada  padanya.

Kini giliran Pebri yang berbicara.

"Pak Hakim, saya mau to the point atau langsung ke pokok permasalahan. Yang benar kelima anak  ini adalah anak saya. Keluar dari badan saya. Sekarang coba tanya Gato, apa dia tahu benar anaknya? Saya bingung, Gato itu kok bisa-bisanya yakin punya  anak dari saya. Biasanya baru disentuh saja sudah keluar alias ejakulasi dini."

Pebri pun menjulurkan lidahnya. Gato kaget setengah mati. Hakim Kevin dan COO Kompasiana Iskandar beserta orang-orang  lain yang hadir puas tertawa terbahak-bahak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun