Mohon tunggu...
Reza Nurrohman
Reza Nurrohman Mohon Tunggu... Wiraswasta -

manusia yang terus bertumbuh. tidur dan makan adalah hal yang lebih menyenangkan sebenarnya namun berkerja merupakan kewajiban saya

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Edy Rahmayadi Sebaiknya Belajar dari AHY dan TB Hasanudin

8 Oktober 2017   17:19 Diperbarui: 8 Oktober 2017   17:29 5171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya merasa janggal apabila Edy Rahmayadi, Pangkostrad, Ketua Umum PSSI, Kemudian Bakal Calon Gubernur Sumatera Utara. Hemat  saya sebagai orang awam posisi seorang jendral angkatan darat bintang tiga memegang pimpinan kostrad yang memiliki pasukan, memegang  ketua umum PSSI itu belum layak menjadi gubernur sumatera utara. 

Tengok saja sejarah panjang jenderal yang punya bintang dimasa lalu sepanjang pengetahuan saya tidak ada yang memegang jabatan gubernur jauh dari sekitar ring 1 kepulauan Jawa. Singkat kata untuk ukuran bintang tiga dan kostrad yang levelnya sudah nasional bukan regional dengan jejak rekam alumni yang jadi menteri, dpr atau presiden  (Suharto) tindakanya dapat dikatakan menurunkan level sendiri. Yah maju ke politik itu pilihan namun ada baiknya belajar dari AHY dan TB Hasanudin.

Agus Harimurti Yudhoyono

Rekam jejak pria yang akrab disapa AHY ini memang hampir sempurna. Lahir dari keluarga terhormat dan terpandang keturunan Jenderal dan birokrat besar tanah air. Secara finansial dan fisik dapat dikatakan sangat tampan sehingga terkenal bayak fans wanita. Sejak kecil sampai remaja dari sd sampai akademi militer selalu meraih nilai sempurna dan ranking bahkan catat rekor SMA Taruna Nusantara dan Akademi Militer yang belum dipecahkan sampai sekarang. 

Wanita yang menjadi pasanganhidupnya juga bukan sembarangan yaitu wanita cantik annisa pohan. Penugasanya lengkap sampai ke luar negeri bahkan kuliahnya di universitas Harvard dapat ipk 4 alias sempurna. Satu-satunya kelemahanya yang muncul ke publik ialah ijin umroh saat pasukanya perang sebagai kontingen garuda diluar negeri.

Catatan politiknya memang gagal ketika menjadi calon gubernur Jakarta. Ada beberapa hal dari AHY yang dapat  dicontoh Edy Rahmayadi. Pertama, AHY ketika jadi cagub langsung segera mundur dan mengurus syarat-syarat pencalonan. Kedua, AHY segera mecari pasangan duet untuk maju sehingga publik cepat tahu Agus-Silvi.

 Ketiga, AHY segera mencari konsultan politik dari akademisi seperti rocky gerung. Keempat, AHY segera membuat basis sosial media untuk menggiring dukungan generasi milenial. Kelima, AHY lupa adaptasi militer ke sipil sehingga memang gayanya masih formal dapat dimaklumi soalnya waktu pencalonan dan pengunduruan dirinya pendek. Keenam, AHY ikhlas mundur dari TNI meskipun peluang Jenderal besar. 

Ketujuh, sebaiknya Edy melepas simbol mirip militer sehingga tidak terulang kasus AHY yang gaya pakaian dan kampanye masih sedikit kaku bahasanya masih bahasa formal yang khas tentara dan akademisi bukan bahasa sehari-hari yang lebih merakyat. AHY langsung pindah dari TNI ke politik tanpa jabatan dobel meskipun gagal namun masih bis anyalon lagi nanti. Mungkin Edy tidak mau belajar dari AHY yang hanya mayor maka saya akan mencarikan tokoh lain seorang jenderal yang kini di PDI dan DPR.

Tubagus Hasanudin  

kalau memang AHY terkesan luar biasa masa mudanya beda dengan TB Hasanudin yang seperti rakyat kebanyakan. Dari penelusuran saya sedikit dari masa muda hasanudin yang menonjol kecuali bakat olahraga dan keturunan bangsawan sunda dengan gelar tubagusnya. Pengalaman pendidikan umumnya juga normal dan universitasnya biasa. Karir militernya pun standar Jenderal darat yaitu lulusan akademi militer, korps infanteri, komandan pasukan, instruktur pasukan dan komandan teritorial serta sekolah komando.

Catatan politiknya memang luar biasa sampai sekarang langganan jadi legislatif atau dpr terutama komisi 1 soal hankam dan dari pdi tidak ada catatan pindah partai secara tidak langsung selalu sukses. Ada beberapa hal dari TB Hasanudin yang dapat dicontoh Edy Rahmayadi. Pertama, jauh sebelum pemilu sudah lepas baju TNI. Kedua, fokus mencari dukungan partai kepada kubu nasionalis. Ketiga, tidak memasang harga politik harus jadi legislatif atau eksekutif. Terakhir sama seperti AHY, TB hasanudin dari TNI ke politik g ada jabatan dobel lain.

Catatan Kritis Edy Rahmayadi

Ijinkan saya membandingkan AHY, TB hasanudin dengan Edy Rahmayadi. Pertama, Edy masih belum mundur dari TNI namun sudah deklarasi sebagai bakal calon gubernur selain itu seperti wakil dan dewan tak mau terutama lwat media. Kedua, Edy masih belum mundur dari ketua PSSI namun sudah banyak iklan di media sebagai ketua PSSI masa jabatanya masih sampai 2020. Ketiga, masa depan Edy di TNI masih cerah pangkat bintang tiga sebentar lagi bisa jadi bintang penuh empat. Keempat, masa depan Edy di pemerintahan juga masih cerah kalau gagal jadi panglima atau kasad kan bisa pindah ke badan setara menteri dapat bintang empat seperti Budy Gunawan atau jadi dubes. 

Kelima, Edy tidak konsisten memilih partai semua dilamar Edy tidak peduli latar belakang partainya nasionalis atau agama. Keenam, Edy tidak jelas posisinya apakah akan tetap memegang jabatan ganda seperti sekarang PSSI dan TNI atau jangan-jangan nanti jadi PSSI dan gubernur kalau jadi. Ketujuh, pasangan Edy juga belum jelas siapa setidaknya dari sekarang uda umumkan ke publik. Ada baiknya Edy segera menentukan sikap jangan seperti sekarang terkesan mau main aman saja. 

Kalau mau beneran jadi sipil segeralah pensiun agar bisa memimpin PSSI atau Sumut dengan baik masa peralihan militer ke sipil juga penting agar tidak ada gap atau kesenjangan budaya atau cultural shock juga alias kaget soalnya sipil beda dengan militer. Terakhir dan yang paling penting sebaiknya pertimbangkan wakil dari suku batak dan beragama kristen karena latar belakang Edy muslim dan melayu agar cocok sama budaya Sumut.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun