Pertama, Omar Dani melalui bukunya dan buku purnawirawan AURI menyatakan Angkatan Udara berinisiatif melatih sukarelawan front perjuangan karena menggagap Angkatan darat tidak serius membantu perang  melawan malaysia.  Pendapat  ini  dikuatkan  oleh buku kesaksian Soebandrio, mantan wakil perdana  menteri, orang kedua Indonesia, orang pertama Intelijen  BPI.  Hal Senada juga dinyatakan Tempo dalam artikel rahasia-rahasia Jenderal  Ali Moertopo yang kemudian menjadi orang pertama Intelijen selama kekuasaan presiden Suharto.Â
 Kedua, Syam ketua biro khusus PKI melalui kesaksian dalam sidang mahkamah militer luar biasa menyatakan PKI memanfaatkan pelatihan milisi sukarelawan perang malaysia sebagai bentuk pelatihan kader PKI agar dapat meniru Mao dari PKC dalam merebut kekuasaan negara Cina. Hal Senada juga dinyatakan Tempo dalam artikel tokoh bangsa dari haluan kiri garis keras alias radikal soal Nyoto, Syam dan Aidit.  Teori Aidit yang dipresentasikan kepada PKC Cina dan  PKU Soviet bahwa  30 persen  dukungan  cukup untuk berkuasa dan pernyataan Soebandrio soal sumbangan 1,5 senjata kepada Indonesia secara cuma-cuma serta penolakan 4 Angkatan kepada gagasan Angkatan ke 5 yangoleh Aidit diusahakan menjadi kaum Tani dan Buruh  bersenjata seperti PKC  Cina  menguatkan kebenaran ini.
Kenapa Salah?
Pertama, AURI Omar Dani melalui bukunya dan buku purnawirawan AURI menyatakan lapangan terjun Lubang Buaya  milik TNI AU berada jauh dari Desa Lubang Buaya Tempat  pelatihan sukarelawan  perang Malaysia. Jadi ada  2 nama tempat  lubang buaya, nama lapangan terjun kini jadi lapangan golf dan desa lubang buaya kini jadi museum lubang buaya. Kedua, masih menurut Omar Dani dan AURI bahwa RPKAD kini kopasus dan Yon 454/Raider yang  ditugaskan  ke desa lubang  buaya  malah  nyasar dan  perang dilapangan  terjun yang dekat halim.
Hampir Terjadi Perang Saudara TNI AU dan TNI AD
Komodor Udara Leo Wattimena mengirim perintah kepada Kolonel Sudarman, Komandan Wing Ops 002 PAU Abdurachman Saleh. Isi perintahnya adalah untuk mengirimkan dua P-51 Mustang, dua pembom B-25 Mitchel dan sebuah Catalina. Maksudnya untuk menghadapi RPKAD dan Kostrad yang akan masuk ke Halim untuk menjaga fasilitas Negara. Aksi TNI AU ini menadapat reaksi berbeda TNI AD. Â
TNI AD menganggap TNI AU mendukung G 30 S seperti 4 pernyataan Omar Dani paska tragedi 1965. Apes  memang maksud Omar Dani menenangkan keadaan dan anggap tragedi 1965 hanya masalah internal TNI AD dianggap  tidak  peka serta pernyataan perang. TNI AD khwatir  TNI  AU melakukan  pemboman  kepada TNI  AD maka  Kolonel  Sarwo  Edhie pun menyerang halim yang anehnya  malah dihadang  Yon 454 TNI AD yang ingin mempertahankan Bandara Halim. Rumit? memang ibarat ngajak perang satu kota tapi di lokasi malah ketemu teman satu kecamatan sekota yang memihak lainya.
Ketika Hercules yang membawa Omar Dani dan Leo Wattimena baru mengudara, diperoleh hubungan komunikasi dengan Laksamana Muda Udara Sri Moeljono Herlambang, waktu itu menjabat Menteri Negara diperbantukan pada Presiden, yang tengah dalam perjalanan kembali dari Medan dengan Jetstar. Men/Pangau meminta Herlambang membantu mengamankan Halim. Mendekati Halim, Jetstar itu bahkan ditembaki beberapa kali oleh artileri pertahanan udara Angkatan Darat. Namun pesawat akhirnya lolos dan selamat mendarat di Halim.
Setelah mendapat laporan dari Deputi Operasi Men/Pangau Komodor Udara Dewanto bahwa RPKAD akan menyerang Halim, Laksda Herlambang memerintahkan agar pasukan yang mempertahankan pangkalan menyandang senjatanya sebagai isyarat bahwa mereka tidak menghendaki konflik.Â
Perkembangan ini membuat Komodor Udara Dewanto memutuskan untuk mengetahui situasi yang ada di sekitar Halim dan di Jakarta. Dengan ditemani ajudan Kapten Udara Willy Kundimang, Dewanto menerbangkan Cessna L-180. Di lapangan parkir timur Senayan mereka melihat konsentrasi truk dan armoured personnel carrier. Ketika Dewanto kembali ke Halim, ternyata RPKAD sudah masuk. Mereka menduduki hanggar Skadron 31, Skadron 2, Skadron 17, menara lalu lintas udara dan fasilitas pangkalan lainnya. Akhirnya Dewanto menengahi perang RPKAD dan Yon 454 Para.
Versi sejarah TNI AD agak berbeda, perang TNI AD dan TNI AU gagal atas jasa Sarwo Edhie dan RPKAD kini kopassus berhasil masuk halim dengan memmbuat Yon Inf, Kavaleri dan Artileri biasa perang dengan Yon 454 bawahan Letkol Untung. Jasa mereka pelucutan senjata  api TNI AU dan pengempesan ban mobil serta pesawat kecuali senjata pangkat Jenderal untuk TNI AU setara komodor sampai marsekal.Â
Kebenaranya?