Mohon tunggu...
Reza Nurrohman
Reza Nurrohman Mohon Tunggu... Wiraswasta -

manusia yang terus bertumbuh. tidur dan makan adalah hal yang lebih menyenangkan sebenarnya namun berkerja merupakan kewajiban saya

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menyikapi Respon Muhammadiyah Atas Kasus Dugaan Korupsi Alat Kesehatan Alias Askes Amien Rais

7 Juni 2017   19:54 Diperbarui: 9 Juni 2017   18:30 1265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seakan sejalan dengan Ketua Muhammadiyah Haedar Nashir, kita juga patut mengapresiasi tindakan dari mantan Ketua Muhammadiyah yaitu Syafii Maarif yang seolah menggantikan posisi Gus Dur alias Abdurahman Wahid untuk aktif menggalang kepedulian dan kerjasama antar pemeluk agama yang berbeda. Posisi beberapa kader muhammadiyah yang menjadi menteri kabinet Presiden Jokowi yang menahan diri untuk tidak berkomentar banyak terkait hal ini juga patut kita puji. Harus kita akui secara tidak langsung ikut menurunkan tensi politik saat ini. 

Melihat Kembali Sejarah Politik Muhammadiyah

Perlu kita ingat dan catat kalau warga muhammadiyah itu sangat heterogen secara teologis, sosiologi dan politis. Selebar perbedaan antara Bung Karno sang presiden Indonesia pertama dan Buya Hamka sang pendiri sekaligus ketua MUI pertama. Kalau kita buka arsip atau buku serta koran lama sering kita dapati bahwa tokoh PNI dan tokoh Masyumi ini sering berbeda pandangan walaupun sama-sama Muhammadiyah. Sejauh pula perbedaanya dengan Soeharto yang walaupun kental aroma kejawenya tidak bisa disangkal merupakan lulusan HIS Muhammadiyah.

Dalam era reformasi saudara-saudara tentu paham bahwa pengkritik keras Amien Rais semasa menjabat tokoh pemerintah lewat MPR yaitu Arbi Sanit juga pernah menjadi Majlis Hikmah Muhammadiyah. Sepintas ketika Joko Widodo menjabat presiden lalu ada tokoh-tokoh muhammadiyah yang mengkritik pemerintah kemudian orang-orang awam memposisikan Muhammadiyah sebagai anti demokrasi dan PDIP sebagai partai penguasa padahal orang-orang Muhammadiyah tentu paham bahwa ada juga keluarga Muhammadiyah yang berada dengan penguasa seperti Hendropriyono, Mochtar Bukhori dan Herry Achmadi.

Kalau saudara-saudari belum percaya bahwa Muhammadiyah itu walau diluar kelihatanya seragam padahal didalamnya beragam silahhkan buka penelitian ilmiah. Berdasarkan disertasi tokoh Nahdatul Ulama yaitu Abdul Munir Mulkhan yang berjudul Gerakan Pemurnian Islam di Pedesaan (Kasus Muhammadiyah) beliau menemukan empat varian Muhammadiyah yaitu kelompok al-ikhlas (islam murni yang puritan), kelompok kiai dahlan (islam murni yang toleran), kelompok Munu (islam tradisionalis) dan kelompok Munas (islam nasionalis). 

Dalam konteks politik yang memanaskan beberapa tokoh muhammadiyah ini sebaiknya kita ingat ketika Gus Dur alias Abdurahman Wahid mengganti posisi Bambang Sudibyo dalam pemerintahan. Ketika itu tidak sedikit yang memuji tindakan Muhammadiyah yang menahan diri untuk berhasil menempatkan Bambang Sudibyo sebagai individu bukan sebagai kader ataupun simpatisan muhammadiyah sehingga tak ada geger politik seperti sekarang ini.

Penutup

Saya rasa semua keluarga besar muhammadiyah harus kembali berpegang teguh pada pandangan politik Muhammadiyah dalam pedoman hidup islami warga muhammadiyah pada halaman 36-39.

Ada enam pokok tuntutan dan pedoman yang sangat romantis dan moralis. 

Besar harapan saya agar semua menahan diri agar proses hukum berjalan sampai meja hijau alias pengadilan dimana nanti akan terbukti kebenaranya. 

Magelang 7 Juni 2017

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun