Mohon tunggu...
reza novra
reza novra Mohon Tunggu... Musisi dan Pekerja Grafis -

Musisi dan Pekerja Grafis. wordpress: http://rezanov.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kapten Rezanov

15 Desember 2015   10:17 Diperbarui: 15 Desember 2015   15:03 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Laut Jawa, 14 Januari 1974

-Diatas Cessna 180-

21:30 Akhirnya aku punya kesempatan menulis juga. Aku bisa berada di tengah laut jawa ini bisa dibilang karena terpaksa. Baru saja beberapa mil terbang, mendadak mataku mengantuk luar biasa. Langsung saja kudaratkan pesawat amfibi mungilku ini. Wajar saja, selama dua hari dua malam aku diselundupkan melalui truk sapi bersama sapi-sapi yang dibawa dari Blitar ke Banten. Selama itu pula aku nyaris tidak tidur. Karena beberapa kali dalam perjalanan truk ini mengalami pemeriksaan. Aku harus sedikit mengendurkan urat syarafku yang tegang. Untunglah malam ini angin laut bertiup lembut. Terima kasih untuk kawan Indonesiaku, Sudiwantoro yang membantu membawaku sampai ke pesisir pantai Banten. Juga untuk Mbok Minah, ibunya yang memberiku sekeranjang lemper untuk bekal perjalananku. Semoga suatu saat nanti kita bisa berjumpa dan bercengkerama bersama lagi. Sungguh budi baik kalian tak akan aku lupa selama-lamanya.

Sudi –begitu aku menyebutnya- saat berpisah tadi masih bertanya haruskah aku pergi sekarang? Ya. Aku harus pergi sekarang. Polisi dan tentara tengah sibuk mengamankan mahasiswa yang berdemo di Halim Perdana Kusuma. Aku sudah memperhitungkan ini jauh hari. Aku merasa ini kesempatanku satu-satunya.

Sampai aku menyalakan mesin Cessna 180 Sudi masih bertanya kepadaku setengah berteriak, haruskah aku pergi dari Indonesia? Ya, aku jawab begitu. Bukan karena aku benci. Tapi mungkin karena kondisi di Indonesia saat ini yang tidak mengizinkanku untuk tinggal lebih lama lagi. Entah kenapa, rasa cemas yang hebat mulai menyelimuti diriku selama setahun terakhir ini. Aku tak tahu apakah ini hanya perasaanku saja atau memang benar terjadi….Tapi aku percaya pada perasaanku.

aku merasa akhir-akhir ini setiap gerak-gerikku selalu diawasi. Menjelang peristiwa gerakan 30 September beberapa tahun yang lalu itu aku mulai merasa tidak nyaman. Gesekan dan benturan kerap terjadi antara masyarakat yang kontra dan pro komunisme. Kamerad-kameradku yang lain sudah kembali ke Moskow lebih dulu sebelum kejadian itu. Tapi aku tak ikut pulang, dan benar terjadi penangkapan terhadap simpatisan Partai yang dipimpin D.N Aidit itu. Aku menyembunyikan diriku di suatu desa di Blora. Berbekal seadanya dan kemampuan yang kumiliki, selama empat tahun aku berusaha untuk survive ditengah hutan. Sampai akhirnya Sudi menyelamatkanku ketika aku tengah dikejar-kejar militer setempat di dalam hutan. Mereka menemukanku mungkin karena informasi dari warga sekitar yang melihatku. Ketika keadaan mulai agak tenang, barulah aku berani menampakkan diriku lagi di kota lain.

Aku tak ingin kembali lagi ke Moskow. Aku suka disini. Lima belas tahun lebih kutinggalkan Moskow sejak Krushchev mengirimku dan puluhan kamerad lainnya ke negeri ini untuk melatih militernya. Ah, tapi kini naluriku mengatakan aku harus pergi dari negeri yang indah ini.

Kalau begitu aku akan pergi yang jauh sekalian. Melihat dunia! Cita-citaku sedari kecil. Petunjukku satu-satunya hanyalah catatan Laksamana Richard E. Byrd saat ia menjelajah ke Kutub Utara. Ia menemukan negeri yang hangat disana. Mungkin sama hangatnya seperti di Indonesia. Aku akan kesana!

Rasa-rasanya tulisanku ini semakin melantur. Aku akan pergi tidur setelah sebatang Keretek yang nikmat ini. Besok pagi-pagi sekali aku akan terbang lagi.

Kau tahu, radioku masih bisa menangkap gelombang RRI dari tengah laut sini. Indah sekali malam ini. Langit gelap bertabur bintang. Lalu ditemani alunan musik keroncong yang merdu ditengah tenangnya samudera. Entah kapan bisa kembali lagi kesini.

Bengawan Solo dan bunyi desir ombak lautan mengantarku pergi tidur…

 

….Musim kemarau

Tak b’rapa airmu

Di musim hujan

Air meluap sampai jauh….

 

 (Bersambung)

[caption caption="rezanov"][/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun