Mohon tunggu...
Reza Muflihendri W
Reza Muflihendri W Mohon Tunggu... Freelancer - Fresh Graduate

Man Jadda Wa Jadda

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Laskar Filial: Laskar Pelangi dari Dusun Semokan Ruak, Lombok Utara

7 September 2019   18:00 Diperbarui: 8 September 2019   22:05 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selasa (05/08/2019), jam menunjukkan pukul 07.05 WITA ketika seekor ayam jantan berkokok dengan gagahnya. Di sebuah halaman bangunan sekolah kecil dekat kaki Gunung Rinjani, sebanyak 22 anak yang terbagi kedalam grup perempuan dan laki-laki sedang menunggu. Mereka adalah anak-anak laskar Pelangi dari SD Filial Dsn. Semokan Ruak, Kec. Bayan, Kab. Lombok Utara, NTB. 

Wajah mereka dipenuhi rasa ingin tahu yang besar pagi itu. Beberapa dari mereka saling menyikut tangan, beberapa lagi bertanya, kira-kira begini pertanyaannya "Kapan kakak-kakak itu keluar untuk memberi kejutan yang sudah dijanjikan sore hari kemarin?". 

Kakak-kakak yang dimaksud merupakan relawan dari komunitas Kita Untuk Indonesia (@kitauntukina) yang baru tiba ke dusun Semokan 2 hari lalu. Mereka telah berjanji untuk membuatkan anak-anak SD Filial ini seperangkat kostum istimewa yang akan digunakan untuk lomba gerak jalan. Ya, gerak jalan! Sebuah acara yang hanya diadakan setahun sekali di kantor Kec. Bayan, sebagai salah satu acara dalam rangka merayakan hari ulang tahun negeri tercinta, Indonesia.

Kakak-kakak yang ditunggu akhirnya muncul dari dalam ruangan. Mereka tersenyum dengan tangan mereka membawa kejutan di belakang punggung. Sejurus kemudian, kakak-kakak tadi mengeluarkan rangkaian anyaman tali dan daun kering yang telah diubah menjadi sebuah hiasan. Hiasan inilah yang akan digunakan sebagai pelengkap seragam untuk para laskar kecil Filial berlaga di kecamatan nanti.

 Dengan cekatan, seragam putih merah yang mulai menguning putih dan luntur merahnya itu berubah menjadi seragam yang lebih gagah layaknya pasukan siap perang suku Dayak. Tak berselang lama setelah semua seragam itu dipasangkan, tampak gigi-gigi putih yang terlihat dibalik senyum anak-anak dan para kakak relawan. Dalam benak, terpintas kata "Saatnya beraksi!". 

Dua kelompok pasukan Dayak tersebut kemudian kembali berbaris rapi. Untuk menuju lokasi lomba di kecamatan, mereka harus berjalan menuruni jalan setapak berdebu khas pegunungan selama kurang lebih setengah jam, dilanjutkan kemudian dengan menaiki mobil bak terbuka selama kurang lebih 45 menit. 

Maklum saja, dusun Semokan Ruak tempat mereka tinggal ini memang belum memiliki akses jalan yang cukup untuk dilalui mobil, sehingga apabila warga ingin turun ke bawah untuk pergi ke pasar atau ada keperluan di kecamatan, akses mereka hanyalah motor yang sudah dimodifikasi khusus atau jalan kaki.

Bergegas, mobil bak kecil tersebut langsung tancap gas berjalan dari jalanan tanah berbatu hingga ke jalanan aspal berlubang. Diatasnya tampak gerombolan 22 laskar cilik didampingi 5 kakak relawan, dibelakangnya tampak dua orang guru honorer SD Filial mengendarai motor menjaga sambil mengiringi dari belakang. 

Di bak itu, anak-anak terlihat riang gembira, banyak dari mereka yang baru pertama kali naik mobil. Sebagian besar anak laki-laki yang begitu bersemangat terus-menerus menyanyikan lagu kebangsaan di sepanjang perjalanan, sedangkan anak perempuan lebih banyak diam menikmati jalan sambil sesekali bersenandung jika ada irama yang pas untuk mereka nyanyikan. Sebuah pengalaman baru yang luar biasa.

Tak lama berselang, dari kejauhan terlihat kerumunan anak-anak dari berbagai macam sekolah se-Kabupaten yang juga turut serta dalam lomba gerak jalan. Pakaian mereka terlihat lebih berseragam dan rapi, kebanyakan memakai seragam baju olahraga sekolah, selebihnya ada yang memakai baju ala Paskibraka, setelan Pramuka lengkap, atau baju-baju baru yang sengaja dipersiapkan sekolahnya untuk lomba gerak jalan ini. 

Melihat hal tersebut, anak-anak SD Filial terdiam. Lagu-lagu yang tadinya mereka nyanyikan seketika hilang tak terdengar. Ketika ditanya mengapa, alasan mereka hampir sama. "Kak, aku malu.." jawab mereka menunduk. Para relawan yang mendengarnya pun kaget, dibalik semua itu, mereka tau jika rasa malu tersebut datang karena seragam yang dikenakan anak-anak SD Filial memang yang paling berbeda dibanding sekolah lain. 

Tapi, demi lomba yang harus tetap berjalan, mau tak mau para relawan harus meyakinkan para laskar agar menjadi berani dan percaya diri. Bahwa seragam yang mereka kenakan bahkan jauh lebih punya keunikan dan ciri khas yang tidak dimiliki anak-anak sekolah lain. Dengan dorongan dan motivasi, perlahan anak-anak pun kembali bersemangat memulai lomba gerak jalan. 

Penampilan Laskar Filial saat Gerak Jalan./dokpri
Penampilan Laskar Filial saat Gerak Jalan./dokpri
Grup perempuan mendapat giliran jalan lebih dulu dibanding grup laki-laki. Dengan menyanyikan yel-yel yang dibuat selama latihan beberapa hari sebelumnya, semangat anak-anak menjadi lebih besar untuk maju. "Mana MULUT mu, HAAA... mana GIGI mu, HIII... TERTAWA, ha-ha-ha... HUHA HUHA HUHA", begitulah cuplikan teriakan yang terus digaungkan selama gerak jalan berlangsung. Sepanjang jalan, tak jarang warga yang keluar untuk menonton lomba, berkomentar terhadap seragam yang dikenakan para laskar, kebanyakan respon mereka seperti, "Mantap anak-anak Dayak!" atau "Keren Pak Guru muridmu!". 

Hal yang sama juga terjadi ketika anak-anak berjalan melintasi depan gedung SMP dan SMA di wilayah tersebut, banyak murid-murid disana yang sengaja keluar, menunggu di depan pagar sekolahnya demi melihat anak-anak SD berlomba. Ada hal lain yang mungkin cuma dirasakan anak-anak SD Filial saat itu, yaitu ketika sedang berjalan dihadapan murid-murid tadi, mereka diteriaki sekaligus diberikan tepuk tangan yang amat sangat meriah, para relawan yang mendampingi pun sontak kaget. 

Tak disangka jika respon mereka bisa sepositif ini, hal ini yang kemudian dijadikan pelecut semangat bagi laskar Filial. Muka pucat karena panas dan haus karena dahaga, seketika terlupakan diganti wajah-wajah yang kembali ceria dan bersemangat. Hal ini tentunya menjadi modal yang bagus, mengingat rute gerak jalan yang terbilang cukup panjang bagi anak sekolah dasar (4.5 Km). 

Kesan itulah yang kemudian berlanjut hingga perlombaan selesai, tepat sebelum adzan Dhuhur berkumandang. Wajah-wajah kecil itu berusaha menutupi rasa lelah nya dengan terus tersenyum. Setidaknya siang itu kami punya persediaan air dan makanan yang cukup untuk mengganti perjuangan anak-anak ini.

Walaupun hasil perlombaan belum diumumkan sampai sekarang, ada keyakinan didiri kami para relawan. Bahwa apapun hasil lomba hari ini, menang atau kalah, laskar Filial telah membuktikan bahwa keterbatasan mereka bukanlah suatu halangan. Sebuah ide untuk membuat kostum Dayak yang baru terfikir setelah menonton film Laskar Pelangi dari novel karya Andrea Hirata adalah contohnya. 

Sejujurnya kami ingin mereka punya seragam yang lebih layak saat itu, namun apalah daya keterbatasan kami para relawan. Dari mereka kami banyak belajar dan begitupun juga anak-anak laskar Filial, pengalaman naik mobil pertama kali dan pengalaman lainnya yang bahkan tidak pernah mereka bayangkan sebelumnya. 

Mereka belajar bagaimana menciptakan keberanian dalam diri mereka, bagaimana cara kerjasama yang baik, bagaimana cara untuk kembali bersemangat, bagaimana cara membuat kakak-kakak relawan tetap tersenyum saat lelah, saat-saat ketika mereka pun sama lelahnya bahkan lebih lelah daripada kami, cara mereka untuk pantang berkata menyerah, walaupun malu diawal, anak-anak ini berhasil untuk menyelesaikan sesuatu yang telah mereka mulai. 

Dan mulai hari itu pula, timbul keyakinan dalam benak kami, para relawan, untuk warga yang baru kami temui selama 2 hari kebelakang, bahwa "masa depan dusun Semokan Ruak kedepan akan jauh lebih baik lagi dengan anak-anak pemberani, anak-anak laskar Filial di dalamnya".

Guru, Relawan, Laskar Filial dan Bak Terbuka./dokpri
Guru, Relawan, Laskar Filial dan Bak Terbuka./dokpri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun