Mohon tunggu...
Reza Muara
Reza Muara Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

maju atau di bungkam

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bukan Kesalahan Fatal (LEKRA)

29 Juni 2022   14:47 Diperbarui: 29 Juni 2022   15:03 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masalah tersebut terkenal dengan sebutan 'Peristiwa Manikebu' (manifes kebudayaan) yang di anggap perdebatan di antara penganut realism sosialis dan pendukung humanisme universal. Sebagian lain juga menganggap sebagai penindasan lekra, atau Lembaga lain yang menganut paham lain pada masa itu.

Di tengah konflik tersebut, sebagai Gerakan alternatif para budayawan dan seniman. Pada tanggal 28 Maret 1962, NU mendirikan dan membentuk Lesbumi yang di pelopori oleh Djamaludin Malik, Usmar Ismail, dan Asrul Sani di Gedung pemuda Jakarta. Hal yang membedakan Lesbumi dan Lekra ialah, kentalnya religious dalam membuat seni dan budayanya. Hal ini untuk menghindari kubu Lekra dan Manifes Kebudayaan

Tokoh tokoh lekra yang menjadi tonggak dalam sebuah kesenian, cerdas dan sangat idealis tak heran jika lekra menjadi lembaga kebudayaan yang sangat fenomenal akan isi dan makna-makna yang di curahkan, untuk kemajuan politik terutama dan kemajuan bangsa Indonesia dalam ruang lingkup kebudayaan, antara lain para tokoh lekra ialah D.N Aidit dan Njoto sebagai pemimpin PKI, Pramoedya Ananta Toer, Putu Oka Sukanta, Klara Akustia, dan masih banyak lagi,

Para tokoh lekra pada saat manifestsi kebudayaan (manikebu) di cetuskan dan di selenggarakan, menjadi suasana konflik, lekra berpendapat bahwa manikebu itu sendiri kurang asosiatif, hingga tokoh lekra yang bernama Bakri Siregar menyatakan bahwa manifestasi kebudayaan hendaknya menguburkan lawan dan kawan revolusi,

Dimana pada saat itu banyak sekali propaganda dan pergolakan dengan banyaknya pertentangan para sastrawan untuk manikebu, lekra juga mempengaruhi Soekarno untuk menghadapi manifestasi kebudayaan yang makin meluas dukungan nya.

Seiring berkembangnya waktu, pada Akhirnya manifestasi kebudayaan terpaksa dilarang, "karena manifestsi politik republik sebagai pancara pancasila telah menjadu garis besaar haluan Negara dan tidak mungkin di damping dengan manifesto lainya, apalagi manifesto ini bersifat ragu-ragu" ucap Soekarno pada tanggal 08 Mei 1964,

Pada tahun 1965, tepatnya  tanggal 30 september, PKI melancarkan penculikan Dewan Jendral, atau lebih disingkat G30S/PKI, setelah itu Negara terjadi konflik yang amat menderu, akibat peristiwa tersebut.

Setelah terjadinya peristiwa nahas tersebut, selang beberapa bulan kemudian, para gerliyawan sastra lekra kini semakin menciut karena jatuhnya peristiwa G30S/PKI,  para sastrawan lekra semuanya di penjara oleh rezim Orde Baru bertahun-tahun dan tanpa di adili sekalipun, begitu pula dengan sastrawan di belanda, di larang pulang di Indonesia  karena adanya larangan dari Pemerintah Soeharto untuk kembali ke Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun