Untuk penggemar salah satu komik buatan DC yakni Batman, mungkin tidak asing dengan salah satu musuhnya yakni Riddler. Yap! Dia terkenal sebagai penjahat yang suka memainkan teka-teki untuk membingungkan lawannya.
Lahir dengan nama Edward Nashton, ia memiliki masa lalu yang kelam dengan ayah yang kejam. Akan tetapi ia merupakan orang yang pintar dan terobsesi dengan teka-teki. Sampai-sampai ketika ia menang pada lomba teka-teki di sekolahnya, sang ayah mengatakan ia curang dan mengahajarnya.
Sampai beranjak dewasa, Nashton terus membuktikan bahwa ia bisa melakukan lebih dari apa yang sudah terjadi sebelumnya sampai-sampai menjadi kriminal dengan kemampuan komputernya. Ia-pun lalu memberikan ‘nama panggung’ nya yakni Edward Nigma atau Enigma (sebelum nantinya berganti nama menjadi Riddler).
Pada salah satu game dari Batman yang sudah saya mainkan berkali-kali yaitu Batman Arkham: Origins, saya pernah mendengar percakapan antara Batman dan Enigma melalui salah satu gawainya yakni Cryptographic Sequencer (gawai untuk melakukan peretasan, salah satunya meretas sistem milik Enigma).
Dalam percakapan tersebut ditunjukkan bahwa kejahatan yang dilakukan oleh Enigma adalah mengkoleksi data-data yang ada dimasyarakat sehingga bisa melakukan pemerasan kepada masyarakat di malam Natal. Seluruh data bahkan data dari pihak ekesekutif di kota Gotham juga dia miliki.
Itu tentu akan mengakibatkan kekacauan pada malam yang seharusnya dinantikan oleh masyarakat untuk menyambut hari raya Natal. Batman-pun harus rela mengorbankan malam untuk merayakan natal sebagai alter-ego nya Bruce Wayne, demi melawan tindakan criminal tersebut.
Enigma memang menjadi salah satu musuh pintar dari Batman karena ia mampu mencari data-data masyarakat bahkan yang ‘sembunyi’ sekalipun. Dengan kemampuan yang dimilikinya ia bisa saja mengacaukan satu kota dengan pemerasan.
Dari contoh tersebut, saya jadi ingat beberapa kebocoran data yang pernah terjadi dalam kurun waktu 1 tahun ini. Pertama ketika awal-awal pandemi Covid-19 tahun 2020, salah satu e-commerce mengalami kebocoran data pengguna.
Kasus lain, dilansir dari berbagai berita yakni kebocoran data seluruh penduduk Indonesia yang baru saja terjadi pada tahun 2021 ini membuat beberapa dari kita siap-siaga dengan kemungkinan terburuk yang terjadi.
Banyaknya sistem atau aplikasi dari luar maupun dalam negeri seperti media sosial atau e-commerce mengakibatkan kita harus-mau tidak mau memberikan data untuk keperluan registrasi.
Dari situ, keamanan data dari transaksi yang terjadi perlu diperhatikan oleh pemangku kepentingan terkait agar tidak terjadi kebocoran data yang dilakuan oleh oknum lain maupun penyedia aplikasi yang tersedia
Tersebarnya data masyarakat dikalangan tertentu juga bisa menjadi keuntungan misalnya untuk keperluan penelitian atau mempengaruhi pengambilan keputusan. Misalnya ketika seorang pengguna media sosial mencari konten yang ia senangi, pada akhirnya secara terus menerus rekomendasi berupa konten serupa.
Untuk penelitian, data masyarakat bisa juga dijadikan sebagai sampel, sebagai contoh penelitian persebaran penyakit di suatu daerah, nantinya dapat mempengaruhi pemangku kepentigan untuk bertindak. Terakhir, penyedia layanan wisata online yang dapat memberikan rekomendasi berdasarkan wisata yang diminati.
Namun, apa jadinya jika ada Enigma di tengah tersebarnya data masyarakat? Itu merupakan salah satu ancaman serius yang perlu diperhatikan. Dengan adanya oknum seperti Enigma, tentu akan menimbulkan kekacauan. Misalnya bagaimana jika tiba-tiba seseorang tanpa tahu menahu telah dijadikan jaminan pinjam uang online? Lalu bagimana jika ada yang menyebarkan informasi palsu mengenai kita ke masyarakat lain? Terakhir bagaimana jika ada yang menggelapkan dana kepada kita secara diam-diam?
Semua itu dapat terjadi jika keamanan data yang ada di kalangan masyarakat tidak diperhatikan dengan maksimal. Keamanan data tentu merupakan hal sangat-perlu-sekali diperhatikan di era digital ini.
Dari sisi masyarakat, bisa belajar bagaimana mengamankan data pribadi. Berangkat dari media sosial yang digunakan sehari-hari sebagian teradapat verifikasi dua langkah, sehingga dapat kita aktifkan. Selain itu ketika bertransaksi dengan fintech, pastikan bahwa penyedia jasa adalah lembaga yang terpercaya.
Dari sisi pemerinah, perlunya memberikan jaminan keamanan terhadap data yang dimiliki oleh masyarakat dengan maksimal. Ini karena menyangkut keseharian masyarakat yang kebanyakan melakukan berbagai kegiatan melalui platform digital. Belum lagi ada pekerjaan yang memang mengharuskan menggunakan menggunakan platform tersebut.
Karena itu dapat disimpulkan bahwa oknum seperti Enigma merupakan salah satu ancaman serius yang ada di era kemajuan teknologi ini. Dengan pemanfaatan data yang ada, mereka mampu membuat “kekacauan” di mana-mana. Pemerintah tentunya perlu memperhatikan ancaman terhadap keamanan data tersebut secara serius dari segi kebijakan maupun implementasinya. Sudah dua kejadian besar yang berpotensi “mencelakakan” masyarakat terjadi. Semoga kedepannya keamanan data di Indonesia dapat berjalan dengan maksimial sehingga mempersulit atau bahkan dapat “mematikan” “Enigma-enigma” yang ada di Indonesia.
Rujukan Terkait
- Bestari, N. P. (2021). Data Penduduk Indonesia Bocor, Ini Hasil Investigasi Kominfo. Retrieved May 28, 2021, from https://www.cnbcindonesia.com/tech/20210521135222-37-247371/data-penduduk-indonesia-bocor-ini-hasil-investigasi-kominfo
- Hafiez, F. A. (2021). Kehadiran UU PDP Membentengi Kebocoran Data Penduduk. Retrieved May 28, 2021, from https://www.medcom.id/nasional/politik/9K5QnMRK-kehadiran-uu-pdp-membentengi-kebocoran-data-penduduk
- Pebrianto, F. (2021). Kebocoran Data 279 Juta Penduduk, Dirut Mengakui Mirip Punya BPJS, Tapi .. Retrieved May 28, 2021, from https://bisnis.tempo.co/read/1465904/kebocoran-data-279-juta-penduduk-dirut-mengakui-mirip-punya-bpjs-tapi/full&view=ok
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H