Mohon tunggu...
Reza Mahdi
Reza Mahdi Mohon Tunggu... Freelancer - LibExcellent; Mahasiswa S1 Ilmu Perpustakaan Universitas Negeri Malang

Penyuka budaya, riset dibidang ilmu perpustakaan dan informasi ~~

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

Menuju Society 5.0 ditengah Covid-19: Apakah Indonesia Siap?

11 Juni 2020   18:50 Diperbarui: 12 Juni 2020   20:22 916
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Zaman akan terus berkembang dengan munculnya beragam hal baru baik itu dari segi teknologi maupun pemikiran yang terus lahir dari setiap individu yang ada di masyarakat. Society 5.0 atau masyarakat 5.0 merupakan salah satu konsep di mana teknologi menjadi keseharian manusia dalam melakukan pekerjaan atau aktivitas kesehariannya. Tentu teknologi seperti big data, artificial intelligence, internet of things (IoT), cloud computing, dan lain-lain yang diperkenalkan saat revolusi industri 4.0. Namun di sini, manusia sebagai pusat dari semua kegiatan yang berbasis teknologi tersebut, sehingga tidak ada teknologi yang menggantikan pekerjaan manusia.

Tujuan dari society 5.0 ini adalah untuk membuat tercapainya kemajuan finansial dan sosial masyarakat dengan manusia sebagai pusatnya, di mana individu dapat menghargai dinamis dan menyenangkannya tingkatan kehidupan (Onday, 2019). Konsep society 5.0 ini awalnya muncul di Jepang dalam membangun sumber daya manusia di sana, sehingga kedepannya Jepang merupakan negara yang siap memperkenalkan konsep tersebut kepada dunia. Kemampuan beradaptasi, kelincahan, mobilitas, dan reaktivitas terus ditingkatkan untuk melihat pada perubahan yang terjadi, dengan terus menambah pengetahuan dan keterampilan pada masyarakat tersebut (Salgues, 2018).

Baru-baru ini ditengah pandemi Covid-19 ini, banyak berita yang mengabarkan bahwa menurut Menteri Komunikasi dan Informatika, bapak Jhonny G Plate, Indonesia sudah berisap menuju digital society 5.0. Ini dikarenakan menurutnya percepatan transformasi digital terjadi di Indonesia saat pandemi Covid-19 dan tinggal memperkuat regulasi untuk memenuhi syarat memasuki era transformasi digital. Sebagian besar kalangan akademisi maupun praktisi seperti pengusaha yang melek dengan istilah tersebut. Patut diapresiasi bagi beberapa yang sudah 'melek' akan konsep tersebut, namun bagaimana dengan masyarakat yang lainnya?

Banyak dari kita yang masih belum mengenal teknologi-teknologi yang diperkenalkan pada industri 4.0 tersebut, hanya sebatas mereka bisa menggunakan internet dan gadget (komputer/smartphone). Kemudian kemiskinan merupakan salah satu masalah besar yang dihadapi di Indonesia yang di tahun 2019 total kemiskinan sekitar 25,14 juta jiwa atau 9,41 persen (survey BPS), ditambah lagi prediksi menambahnya angka kemiskinan di tengah Covid-19 ini. Tentu hal tersebut terjadi akibat banyak masyarakat yang terdisrupsi oleh Covid-19 (baca: Covid-19: Antara Disrupsi atau Peluang) semisal kehilangan pekerjaan dan tidak punya pengetahuan teknologi yang memadai, sehingga menganggur.

Untuk jenis masyarakat yang sudah bisa menggunkan teknologi, informasi, dan komunikasi apakah banyak dari mereka yang sudah sadar pentingnya data atau big data bagi kehidupan? Sebenarnya masyarakat kita sudah cukup baik dalam menggunakan teknologi untuk aktivitas kesehariannya, misalnya peningkatan penggunaan e-commerce dalam waktu 4 bulan ini (Maret-Juni) ketika terdapat regulasi yang menyuruh masyarkat #dirumahaja karena Covid-19. Contoh lain, di antara tahun 2019 - 2020, sebanyak 160 miliar masyarakat Indonesia menggunakan media sosial untuk kesehariannya, misalnya membuka toko online, membuat konten yang menjadi pekerjaan mereka, atau bersenang-senang. Namun, dibalik itu semua, tentu banyak data yang menyebar di masyarakat sehingga perlu adanya proteksi yang baik, karena kebocoran data itu sangat membahayakan.

Saya jadi ingat ketika terjanya kebocoran data dari salah satu e-commerce ternama yaitu Tokopedia, yakni 91 juta akun dan 7 juta akun pedagang bocor. Data-data yang bocor, mulai dari nama lengkap, tanggal lahir, nomor ponsel, lokasi, hingga jenis kelamin. Data-data yang bocor, mulai dari nama lengkap, tanggal lahir, nomor ponsel, lokasi, hingga jenis kelamin. Tentu hal itu dapat memunculkan kejahatan karena data-data yang tersebar bisa jadi dapat digunakan oleh orang yang tidak berkepentingan. Staf ahli Kominfo Bidang Hukum, Henri Subiakto, mengatakan bahwa potensi kejahatan siber bisa meningkat sekarang ini dikarenakan banyaknya platform online yang kita gunakan semasa Covid-19.

Oleh karena itu, keamanan siber menjadi masalah dalam melangkah menuju ke society 5.0. Tidak semua mengerti mengenai data, namun penjagaan data terutama data pribadi sangat penting, melihat society 5.0 hidup dipusaran teknologi yang terus berevolusi. Masyarakat yang mengerti mengenai data tentu membantu mereka yang tidak mengerti soal data, terutama bagaimana mereka mengamankan data mereka.

Okey, itu tadi dari masalah data, kemudian teknologi lain seperti IoT dan AI yang sekarang ini sudah banyak diterapkan di banyak instansi atau institusi pendidikan. Seperti halnya Go-Jek atau Grab yang menggunakan AI untuk mendeteksi potensi banyaknya aktivitas yang dilakukan oleh pengguna aplikasi. Lalu, IoT yakni internet yang menjadi keseharian bagi masyarakat dalam menjalankan pekerjaanya, semisal e-commerce tadi.

Ini tentu juga menjadi masalah, melihat tidak semua koneksi internet di Indonesia stabil/cepat, mengakibatkan susah untuk mengaplikasikan IoT. Kemudian AI yang apakah juga penting bagi seluruh lapisan masyarakat. Banyak masyarakat kita yang kurang atau tidak mementingkan hal tersebut, karena ketika mereka dapat menghasilkan uang tanpa teknologi tersebut mengapa memplajarinya.

Perkembangan masyarakat dari 1.0 sampai 4.0 (sumber: http://society5.internity.in/society_5.0.pdf)
Perkembangan masyarakat dari 1.0 sampai 4.0 (sumber: http://society5.internity.in/society_5.0.pdf)

Nah, maka dari itu, ini merupakan tugas dari generasi penerus seperti milenial (Y) dan generasi Z untuk terus berinovasi dan mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang jika mereka mampu. Teknologi yang telah dipelajari, diaplikasikan untuk membangun daerah -- daerah yang masih minim teknologi. Minimal, jadikan suatu daerah society 4.0 yakni kegiatan masyarakat yang telah terautomasi dari analog ke digital (masyarakat informasi). Di sini peran dari literasi teknologi tentu besar.

Sebagai contoh, ditengah Covid-19 ini banyak dari masyarakat kita yang ingin mempelajari tentang teknologi misalnya e-commerce atau penggunaan Zoom Meeting untuk berkomunikasi. Mereka sudah punya gadget namun minim pengetahuan akan itu, sehingga masyarakat yang bisa berperan dalam literasi teknologi tersebut bagi mereka, sehingga mereka nantinya bisa berdaya.

Dari sisi pemerintah, regulasi terus ditingkatkan, serta akses internet yang baik bagi masyarakat terpencil, dan tentu literasinya juga. Bagi mereka yang mengerti penggunaan big data ataupun AI, bisa digunakan untuk menganalisa potensi -- potensi yang ada di masyarakat sehingga dapat membantu mereka. Misalnya, pemetaan persebaran daerah Covid-19 dengan big data dan AI, sehingga daerah yang berpotensi besar terkena virus tersebut dibutuhkan literasi kesehatan dengan baik.

Nah jadi, di era ini dibutuhkan kolaborasi yang besar karena melihat perkembangan teknologi, sosial, dan budaya yang terus terjadi, sehingga bersama dapat membangun peradaban dengan baik. Kolaborasi ini dilakukan tidak hanya antar pemerintahan, namun organisasi swasta dan LSM juga berperan dalam kolaborasi tersebut.

Jadi, sebenernya kita sudah siap belum sih menuju ke society 5.0? Melihat dari penjelasan sebelumnya, beberapa golongan dari masyarakat kita memang sudah siap, namun banyak dari mereka yang belum. Maka dari itu, minimal kita yang sudah tanggap dan mahir dengan segala kemajuan teknologi, membantu dalam mewujudkan society 4.0 terlebih dahulu bagi mereka yang masih gagap dalam teknologi. Apalagi di pandemi Covid-19 ini mengharuskan kita untuk menggunakan teknologi untuk beraktivitas, jadi peran literasi teknologi ini sangat besar.

Demikian semoga kita dapat bekerja sama dan saling membantu terutama ditengah pandemi Covid-19 yang terjadi sekarang ini, sehingga perlahan digital society 5.0 dapat terwujud. Mohon maaf atas segala kekurangan dalam tulisan ini, semoga bermanfaat untuk kita semua

Rujukan

Onday, O. (2019). Japan's Society 5.0 - Going Beyond Industry 4.0. Business and Economics Journal, 10(2). https://doi.org/10.4172/2151-6219.1000389

Salgues, B. (2018). Society 5.0: Industry of the Future, Technologies, Methods and Tools. London: ISTE.

https://katadata.co.id/berita/2020/05/05/sebanyak-12-juta-orang-indonesia-berpotensi-jatuh-miskin-akibat-corona

https://www.bps.go.id/publication/2019/11/28/27d78d49bc6aa22bd3672b59/indikator-kesejahteraan-rakyat-2019.html

https://republika.co.id/berita/pwmveb282/siapkah-indonesia-menuju-industri-50-part1

https://www.kompasiana.com/baejura8985/5ceaebfbaa3ccd6fec3c6a2d/seberapa-siap-indonesia-menuju-society-5-0

https://www.kompasiana.com/teguhmi/5ceb81883ba7f73d7d3902f2/aktivitas-masyarakat-society-5-0

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun