Mohon tunggu...
M.Elba Reza Koclak
M.Elba Reza Koclak Mohon Tunggu... -

Ketua Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (MPM)Univ.Azzahra Jak-Tim . dari kampus kumuh penghasil para pembesar,kelak..!!!\r\n\r\nklinik menulis Univ.Azzahra

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Aku Belajar Arti Shalat dari Orang yang Sedang Sakau..

8 Januari 2012   12:53 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:10 2479
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak orang yang mengenal dan menganut sebuah agama, namun belum tentu dia memahami agama itu secara harfiah (luas). Ada yang mengaku menjadi orang yang paham betul tentang agama,tapi pada kenyataannya dia tidak menunjukkan tingkah laku seperti apa yang dia bicarakan kepada orang banyak dari agama yang dia pahami.

Atau adakah orang yang merasa bangga dengan agamanya sehingga dia membela agama itu sampai ajal menjemputnya pada saat sekarang ini.? Jawabannya mungkin akan samar dan menimbulkan keraguan yang pada akhirnya akan menjurus pada tindakan yang mudharat (tindakan yang negatif).

Rasanya tak pantas kita membicarakan tentang pemahaman seseorang terhadap sebuah agama hanya dilihat dari sebuah status,saat berdiskusi atau berkhutbah di depan orang banyak, terkecuali dia telah mampu membuktikan semua pembicaraan tersebut terdapat dalam kitab (Al-Qur'an), perkataan para Rasul (Al-Hadits) atau pendapat para khalifah/para alim ulama (Ijtima').

Aku tak akan membicarakan mereka yang telah mendapat "pengakuan" dari sebagian orang sebagai pemuka/pembesar agama. Aku juga tidak akan menyinggung terhadap orang-orang yang di "judge" tidak mengerti atau bahkan tidak memiliki agama (atheisme), karena rasanya diri sendiri saja belum bisa memahami agama secara harfiah (luas) dan mendalam.

Namun kali ini kembali aku menemukan sebuah pembelajaran dari kaum marginal (kaum yang terpinggirkan) tentang pentingnya shalat sebagai "KEBUTUHAN". Pelajaran apa yang aku dapatkan ketika menemui sebuah contoh kehidupan yang dilakukan oleh para kaum marginal berkaitan dengan shalat.??

Ya..aku belajar menjadikan shalat sebagai "kebutuhan" ketika melihat salah seorang kaum marginal yang sedang "SAKAU". Pasti anda tahu dan mungkin pernah melihat orang-orang yang sakau, ya..sakau adalah sebuah keadaan seseorang sebagai pecandu narkoba (dalam bentuk pil koplo,shabu atau heroin) berada di antara "HIDUP & MATI".

Dalam keadaan seperti ini ciri-ciri mereka (orang-orang yang sakau) cendurung meraskan badan yang dingin,jantung berdetak kencang,wajah pucat,aliran darah meningkat dan sel darah putih menurun tajam yang mengakibatkan daya tahan tubuh menurun drastis sampai otak tak bekerja dengan baik dengan hanya memiliki tingkat kesadaran dibawah 30%.

Namun coba lihat apa yang mereka (orang-orang sakau) lakukan ketika mengalami hal seperti ini.? PASTI..mereka melakukan berbagai macam cara untuk menyelamatkan dirinya keluar dari rasa sakit akibat zat adiktif yang memasuki darah mereka hingga berujung pada kematian.

Mereka menjual barang-barang berharga, rela bekerja apa pun, mencuri, merampok bahkan sampai ada yang menjual diri dan kehormatannya hanya demi mendapatkan barang haram tersebut. Narkoba jenis (yang membuat sakau) ini memang memiliki tingkat ketergantungan yang tinggi karena langsung menyerang sistem peredaran darah dan saraf pusat, jadi wajar saja harganya lumayan tinggi.

Selain kelangkaan barang tersebut, namun tingkat permintaan cukup tinggi yang akhirnya mengakibatkan barang tersebt di cari banyak orang sebagai 'KEBUTUHAN" bagi para pemakainya. Ini lah kehebatan manusia, ketika sebuah hasrat duniawi tidak dapat terpenuhi di karenakan kemampuan yang terbatas, mereka rela melakukan segala cara untuk bisa memiliki apa yang menjadi keinginannya termasuk memiliki barang haram seperti NARKOBA.

Dari fenomena ini aku mengambil sebuah pelajaran berharga. Pelajaran yang ku kaitkan dengan shalat yang aku kerjakan sampai saat ini. Aku memposisikan diri ku seperti orang yang "sakau", agar ketika aku shalat sama artinya aku sedang memakai barang-barang haram (narkoba) agar akau tidak mengalami keadaan yang berada di antara hidup dan mati (dalam keadaan sakau).

Namun jika sampai pada keadaan sakau, aku akan melakukan apa pun untuk terus membeli barang-barang (narkoba yang ku ganti dengan shalat) agar aku selamat dari keadaan hidup dan mati yang sangat menyakitkan dan pasti belum siap untuk menerimanya. Sebab dari kesakauan ini lah aku sadar, bahwa shalat adalah sebuah kebutuhan bagi ku agar aku tidak "SAKAU".

Ini lah pelajaran yang bisa di ambil dari kaum marginal (kaum yang terpinggirkan), "AKU BELAJAR ARTI SHALAT DARI ORANG YANG SEDANG SAKAU".

Masih banyak pelajaran lain dari kaum marginal. Tunggu tulisan selanjutnya. Semoga dari sini anda dapat sedikit pembelajaran dari apa yang tersirat oleh kaum marginal.

*To Be Continue..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun