Jakarta, tahun 2008
Saya dan beberapa teman mengikuti kursus bahasa inggris untuk kelas intensif di satu lembaga pendidikan di jakarta. Lembaga tersebut menghadirkan seoarang native speaker berasal dari lembaga bahasa yang cukup punya nama di jakarta. Sang native speaker tersebut seorang pria muda berasal dari amerika (maaf namanya lupa). Tentu kami senang mendapat guru bahasa inggris dari amerika karena berharap bisa praktis dengan lebih baik lagi.
Hari pertama pak guru bahasa inggris itu datang, memperkenalkan diri, mengajar seperti layaknya seorang guru bahasa inggris ( dengan buku pedoman dari lembaga tempatnya mengajar yang sesuai dengan level peserta ). Pada beberapa kali pertemuan kegiatan belajar mengajar, para peserta merasa si mister seperti “kurang menguasai” materi yang diajarkan. Tentu saja si mister fasih berbahasa inggris tapi metode atau cara penyampaian kepada para peserta dianggap kurang pas, pertanyaan yang diajukan peserta kurang dijawab secara memuaskan, secara umum itu yang dirasakan para peserta diklat. Tidak tahu persis apakah karena kurang berpengalaman atau memang latar belakang pendidikan si mister bukan dari sejenis perguruan tinggi untuk mengajar bahasa inggris (bukan karena semata memahami bahasa inggris).
Pada hari-hari selanjutnya si mister mengajar agak mengejutkan buat saya, si mister menyinggung soal tragedi 11 september 2011. Si mister mengatakan bahwa tragedi 11 september 2011 adalah sesuatu yang direkayasa. Yang masih saya ingat kalimat si mister diantaranya adalah seperti ini : peristiwa sebelas september digaungkan ke seluruh dunia, gambar WTC meledak terlihat di televisi sangat sempurna, ditayangkan berulang-ulang, seperti sebuah pendulum yang selalu ditampakkan di semua televisi dunia kepada semua orang sehingga orang yakin dan terbentuk opini bahwa itu adalah perbuatan teroris, padahal pelaku pemboman sebenarnya tidak diangkat kepermukaan secara meluas, kok bisa si teroris yang berwajah seperti orang arab tersebut tidak tewas padahal pesawatnya disebut menabrak gedung WTC , pesawat si teroris yang menabrak gedung yang terbuat dari besi baja dapat hancur namun tubuh si teroris yang hanya terbuat daging dan tulang tidak tewas dan KTPnya ditemukan oleh polisi, mengapa pesawat lewat di pentagon tidak ketahuan.. bla… bla…bla .. Si mister dengan begitu semangat panjang lebar membeberkan “rasa tidak percaya dan rasa herannya” terhadap tragedi 11 september 2001 kepada para peserta kursus.
Para peserta kursus bengong. Bengong nyaris tidak percaya, bahwa ada seorang warga amerika yang menjadi guru bahasa inggris di jakarta seperti tidak percaya bahwa tragedi 11 september 2001 yang dikatakan oleh pemerintahnya adalah perbuatan teroris yang dikaitkan dengan osama bin laden dan alqaeda. Saya mencari-cari sebab mengapa si mister mengajar bahasa inggris namun menyerempet dengan urusan tragedi 11 september 2011, yang pada kenyataannya memang sampai saat ini masih menjadi kontroversi. Waktu itu saya sempat bertanya kepadanya : bagaimana anda tahu bahwa itu adalah rekayasa ? Pak guru itu menjawab :” di amerika sendiri tidak semua masyarakat percaya bahwa tragedi 11 september 2001 seperti versi yang dikatakan pemerintah, ada bukti-buti yang logis dikedepankan oleh masyarakat yang tidak terlalu yakin dengan apa yang dikatakan pemerintah amerika”
Sempat terbersit dipikiran saya dan temans (waktu itu) mungkin karena si mister tersebut mencari perhatian kepada peserta kursus untuk menutupi kelemahannya saat mengajar bahasa inggris yang dimata para peserta agak “kurang mumpuni”, atau si mister sudah “merasa” bahwa ada peserta tidak terlalu suka dengan cara mengajarnya, sehingga mengangkat cerita kejadian tersebut semata untuk mendapat simpati agar dapat terus mengajar dalam kursus dimaksud.
Seingat saya ada dua atau tiga kali guru bahasa inggris tersebut mengulang-ulang keheranannya terhadap tragedi 11 september yang dianggapnya ganjil. Akhirnya ada peserta yang kurang simpatik dan tidak suka urusan politik dibicarakan dalam kursus tersebut mengusulkan agar si mister diganti karena terkesan kurang fokus dengan materi yang diberikan. Dengan beberapa pertimbangan, memasuki bulan ke dua kursus akhirnya seluruh peserta bersepakat untuk minta pengganti guru bahasa inggris yang lain. Panitia menyetujui usulan peserta kursus dan si mister pun diganti dengan native speaker yang lain yang memang dirasa kemudian oleh peserta lebih baik dalam penyampaian materi. Sejak itu pula saya tidak pernah lagi bertemu guru bahasa inggris tersebut, namun apa yang dikatakannya dalam kelas di kursus tiga tahun yang lalu masih membekas dan menginspirasi menjadi tulisan ini.
11 September 2011
Hari ini, telah sepuluh tahun tragedi 11 september 2001 berlalu, keluarga yang ditinggalkan para korban yang disebut berjumlah 3.000 orang masih berkabung. Terlepas dari apa yang disampaikan guru bahasa inggris saya yang berkebangsaan amerika tiga tahun yang lalu, kontroversi terhadap tragedi 11 september 2011 nyata masih berkembang. Seperti juga kejadian mei 1998 di jakarta yang menorehkan sejarah gelap indonesia, masih menjadi kontroversi tentang pelaku sebenarnya.