Hidup di dunia perkuliahan membuat saya menemukan banyak sekali jenis manusia yang sedang berkembang, apalagi saya berada di kampus negeri yang mana pastinya lebih berpotensi mengumpulkan banyak jenis populasi dari daerah-daerah yang jauh dari pusat kota. Teman saya ada yang dari Pangkalan Bun, Kupang, bahkan Jayapura. Oleh karena itu, saya semakin menyadari bahwa tipikal manusia berbeda-beda entah dari kemampuan kognitif, afektif, maupun psikomotoriknya.
Banyaknya jenis orang selain bisa mengetahui perbedaan macam-macam manusia juga mengetahui kesamaan dari setiap insan. Di masa perkuliahan menurut saya banyak sekali variasi perkembangan karakter manusia.Â
Ada yang sudah siap untuk menghadapi pasca kampus, ada yang sudah punya pengalaman banyak sedari SMA, ada yang malas untuk berbuat apa-apa, dan masih banyak lagi. Akan tetapi, ada satu ciri khas yang membuat saya merasa hal ini perlu dipikirkan ulang, di mana hampir semua mahasiswa itu: tidak percaya diri alias insecure.
Generasi Milenial
Saya meyakini faktor generasi milenial merupakan faktor kuat mengapa mahasiswa sekarang penuh dengan insekuritas. Pertama, keberadaan media sosial sangat berpotensi orang-orang untuk menampilkan apa yang mereka lakukan. Tidak sombong, melainkan apa salahnya untuk orang mempublikasikan hal-hal yang mereka sukai. Atau jika orang-orang ini adalah "orang baik", sekarang banyak sesuatu yang bilamana ingin mendapatkan sesuatu perlu posting twibbon di Instagram.
Sifat dasar manusia pastinya adalah ingin lebih dari yang lain secara tidak sadar. Bilamana posting-an tersebut membuat mereka merasa di bawah, di awal-awal pasti mereka tidak apa-apa. Yang menjadi masalah adalah bila posting tersebut hadir berkali-kali.Â
Coba kita sebut kalau twibbon adalah satu-satunya jenis posting tersederhana yang dilakukan orang (karena kewajiban, siapa tahu dia males bermain Instagram atau tahu untuk tidak menyakiti orang lain).Â
Posting tersebut menunjukkan dirinya mendaftarkan berkas beasiswa tertentu dengan minimal IPK sekian; akan terdapat beberapa orang yang merasa insecure karena artinya orang tersebut memiliki IPK yang cukup tinggi (sekian tersebut). Itu baru posting-an tersederhana, belum yang memang ingin pamer.
Usia Pancaroba
Jelas masa-masa ini merupakan masa paling kritis dalam kehidupan. Apa lagi bila memasuki fase quarter-life crisis. Masa-masa ini pastinya membuat manusia ingin mencapai hal-hal yang lebih dan lebih. Inilah usia-usia akhir untuk memenuhi bekal dalam menghadapi dunia kerja yang sangat keras (walaupun saya belum bekerja, hanya sok tahu saja..).
Seringkali di awal masa orientasi di kampus terdengar "kampus ini adalah laboratorium kehidupan, lakukan kesalahan sebanyak-banyaknya untuk mencapai kebenaran yang hakiki". Mungkin inilah yang membuat orang-orang aktif di mana-mana, sehingga banyak sekali potensi insekuritas muncul yang dikarenakan akademis, lomba, organisasi, dan masih banyak lagi. Yang lebih membuat insecure adalah mahasiswa multi tasking yang bisa melakukan semua hal bersamaan dan berprestasi! Gila!
Potensi Insekuritas
Berikut ini beberapa potensi insekuritas di dunia kampus (usia milenial) yang coba saya rangkum:
1. Akademis (berkaitan dengan IPK dan IP serta jumlah lulus mata kuliah, pemilahan tim)
2. Organisasi/Kepanitiaan (berkaitan dengan jabatan, pengaruh terhadap dunia kampus, kenalan)
3. Lomba (berkaitan dengan juara, keikut-sertaan, pemilahan tim)
4. Keuangan (berkaitan dengan penampilan dan konsumsi pribadi/kelompok, membuat peer group)
5. Pergaulan (berkaitan dengan komunikasi, cukup ada hubungan yang kuat dengan poin ke-4)
6. Pandangan Hidup (berkaitan dengan poin ke-5, membuat orang putus asa bilamana tidak sama dengan mayoritas orang)
Upaya Menanggulangi
Bagi saya insekuritas tidak bisa ditanggulangi dengan begitu saja, saya juga pernah mengalaminya dan saya merasa saya tidak pantas untuk menulis upaya menanggulangi insekuritas di sini karena banyak sumber di internet dan mesin google yang membahas ini semua secara lebih mendalam dan akurat.Â
Cara seperti menyendiri dan menangis, berbicara kepada orang lain, sampai ke psikolog, semuanya di bahas di sana. Akan tetapi, cukup perlu diperhatikan bilamana Anda mengajak orang lain untuk mendengarkan cerita Anda, tidak semuanya bisa melakukan dengan baik karena mendengarkan itu juga perlu energi!Â
Proses berpikir, menahan emosi, dan mungkin memberi advice apalagi jika sesama milenial (mahasiswa/i) yang diajak berbicara, rasanya mungkin saja kalian punya insekuritas yang sama! Atau, jika Anda adalah sosok yang religius, pastinya kembali berpasrah kepada Tuhan merupakan pilihan yang sangat tepat.
Bila mana Anda sedang merasa insecure atau punya gangguan mental/sakit mental, Anda bisa hubungi hotline-hotline di google seperti dari Kementerian Kesehatan, Komunitas Peduli Skizofernia Indonesia, dan masih banyak lagi.
Semangat! Kalian orang hebat!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H