Mohon tunggu...
Reza Imansyah
Reza Imansyah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Teknik Sipil Universitas Indonesia

Seorang mahasiswa teknik sipil yang sangat menyayangi ilmunya. Suka menguak sisi lain Indonesia, khususnya dalam sosial, budaya, dan politiknya. Menulis menjadi bagian dari hidup. Dan akan terus hidup walau saya mati. Saya yakin.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Orang Indonesia Sudah Tidak "Gila Bola"?

3 Agustus 2020   16:00 Diperbarui: 3 Agustus 2020   21:03 503
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Persentase Gila Bola di Berbagai Negara (validnews.id, 2018)

Kejadian Istanbul di tahun 2005 atau Moskow 2008 masih erat dalam benak saya. Ketika Gerrard cs berhasil membalikan keadaan di babak kedua, John Terry terselip di kotak penalti, atau mungkin ketika Messi mencetak gol dengan kepalanya di Roma. 

Apalagi jika berbicara kontestasi yang lebih besar, Piala Dunia. Tandukan Zidane kepada Materazzi, gol last minute Iniesta, dan masih banyak lagi kejadian menarik lainnya menghiasi masa lampau banyak orang di dunia, khususnya Indonesia.

Dari yang saya ketahui, orang Indonesia itu gila bola sekali. Di tahun 2010an, semua toko perbelanjaan menggunakan Zakumi, maskot Fifa World Cup 2010 di depan tokonya. 

Istilahnya, orang gak hits kalau tidak mengikuti zaman Piala Dunia. Di semua pusat perbelanjaan pasti mengadakan nonton bareng pertandingan Piala Dunia, apapun match-nya.

Sayangnya, sepertinya gila bola tidak dapat didefinisikan lagi pada zaman sekarang. Entah mengapa, tidak ada media-media yang begitu menggebu-gebu mempublikasikan mengenai pertandingan sepak bola. 

Padahal, di masa pandemi ini, banyak sekali kejadian sepak bola yang mengubah sejarah. Contohnya Ciro Immobile yang berhasil mematikan dominasi Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo dalam Sepatu Emas Eropa. Atau Liverpool yang berhasil merengkuh gelar Juara Liga Inggris setelah 30 tahun.

Mungkin kita, sebagai generasi milenial, mengetahui hal itu semua karena media sosial seperti Twitter dan Instagram. Akan tetapi, esensi pertandingan sepak bola itu adalah pertandingannya sendiri. Apakah sepak bola sekarang dilihat hanya dari hasilnya? Bukan esensi pertandingannya?

Persentase Gila Bola di Berbagai Negara (validnews.id, 2018)
Persentase Gila Bola di Berbagai Negara (validnews.id, 2018)
Menyiarkan Pertandingan Sepak Bola

Di awal dasawarsa ini, banyak sekali televisi nasional yang menayangkan liga-liga top Eropa. TvOne dengan Liga Spanyolnya, terkadang Indosiar menyiarkan Liga Italia, ANTV bangga dengan Liga Super Indonesia, dan pastinya RCTI bersama MNC Group lainnya selalu dengan penuh sukacita memberikan tayangan Liga Primer Inggris. 

Entah apa yang terjadi, sekarang media-media besar tersebut tidak menayangkan lagi pertandingan sepak bola dalam rangkaian program mereka.

Saya merasa orang Indonesia masih gila bola, ditunjukkan dengan banyaknya orang yang masih menggunakan jersey di kehidupan sehari-hari (walaupun tidak semeriah dahulu); atau membicarakan topik ini. Namun seiring dengan tidak adanya pertandingan yang ditayangkan secara gratis melalui media nasional, jumlah penggila bola pastinya berkurang.

Ada kemungkinan berbagai polemik PSSI di awal dasawarsa ini yang membuat orang Indonesia semakin malas untuk menyimak sepak bola. Masyarakat semakin menyadari sepak bola di Indonesia hanya dimanfaatkan secara politik dan ternyata arahnya ke ekonomi. 

Bilamana hal itu tidak menguntungkan sedikit (apalagi dibanding acara kompetisi penyanyi dangdut), langsung digeser.

Tragedi Tabloid Bola

Per 26 Oktober 2018, Tabloid Bola yang sangat up to date memberikan informasi dan publikasi tentang sepak bola tidak lagi naik cetak. Hal ini merupakan pukulan telak bagi masyarakat yang punya dua kemungkinan: malas baca atau sudah tidak gila bola. 

Menurut saya, dengan tidak adanya hasrat masyarakat yang mengarah ke sepak bola, justru merupakan kemunduran zaman. Mengapa? Karena di faktor positif lain secara sekilas tidak ada peningkatan hasrat masyarakat.

Dengan berkurangnya minat kepada sepak bola (atau menyimak tentang sepak bola), tidak membuat masyarakat semakin cerdas mengatur waktu, membaca, atau hal-hal positif lainnya. 

Yang saya takutkan adalah masyarakat mengurangi minat kepada sepak bola karena lebih menginginkan hiburan lain yang sebenarnya tergolong negatif. Terutama dalam konteks media.

Semakin banyaknya vlogger dan juga tayangan yang tidak mendidik di televisi membuat arah minat masyarakat terhadap media menjadi tergeser. Padahal gila bola menunjukan adat yang lebih baik dibandingkan itu semua. Apalagi, tragedi Tabloid Bola ini semakin memperlihatkan orang Indonesia itu minim literasi.

Nonton Bola Berbayar

Masih adanya animo masyarakat Indonesia terhadap sepak bola malah dimanfaatkan secara ekonomis oleh beberapa media besar. Tidak lagi menayangkan secara gratis di media mereka dengan berharap mendapat keuntungan dari sponsor, mereka malah membuat tayangan tersebut menjadi berbayar. 

Sesekali mungkin ada seperti Final Piala FA kemarin yang ditayangkan di RCTI, tetapi sisanya harus menggunakan media berbayar. Atau jika tidak berbayar, masyarakat harus memiliki jaringan WiFi dan laptop/komputer supaya bisa melakukan live streaming menonton sepak bola yang mempertontonkan klub Eropa kesayangannya.

Bagaimana para kabar mantan penggila bola di daerah yang tidak terjangkau jaringan internet, hanya mengandalkan televisi. Rasanya tidak ada lagi cerita menonton sepak bola sekampung dengan satu buah televisi. 

Cerita-cerita itu disingkirkan dengan tayangan tidak berbobot di televisi nasional. Semakin jauh nampaknya kesenjangan sosial dan ekonomi di tengah masyarakat Indonesia.

Bola adalah hidup bagi banyak rakyat Indonesia. Kalau tidak bisa mengandalkan Tim Nasionalnya atau PSSInya, setidaknya berilah hiburan yang gratis nan menyenangkan untuk membuat para penggila bola bisa menikmati pertandingannya, tidak hanya postingan result di Instagram 433 atau brfootball.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun