Salah satu bentuk dalam menangani atau meminimalisir konflik yang tak kunjung selesai ini diperlukan pengungkapan sejarah masa lalu yang sesuai dalam kasus Tiongkok bersikeras mengklaim wilayah Laut Cina Selatan miliknya. Strategi ini kemungkinan dapat menenggarai konflik ini secara intens dengan dihubungkan pada sejarah yang telah ungkapkan.Â
Selain itu, dengan memperkuat bukti dan memperlihatkan sisi sejarah Laut Cina Selatan yang telah hilang dengan bentangan lautan yang luas ini maka dimungkinkan dapat memberi bantuan sisi positif bagi enam negara yang berkonflik di wilayah tersebut. Apalagi Tiongkok masih bersikukuh mengklaim atas Laut Cina Selatan yang tidak ada dasar hukum yang disepakati dunia Internasional maka tak terhindarkan setiap negara akan melakukan genjatan senjata. Sehingga perlu hati-hati di dalam merumuskan perdamaian yang akan dilaksanaka. Bahkan, Indonesia yang bukan sebagai negara penutut menjadi turut terlibat dalam sengketa Laut Cina Selatan ini sehingga pemerintah Indonesia turun tangan ketika Tiongkok mengeluarkan sembilan garis putus-putus yang telah mengusik wilayah batas teritorial Indonesia. Oleh karena itu, Indonesia mencoba untuk melakukan aksi perdamaian di ranah ASEAN untuk meminimalisir konflik yang terjadi, sehingga perlu diperkuat dalam promotor perdamaian untuk menenggarai konflik antara enam negara sebagai penggugat dan Indonesia sebagai pencetus forum perdamaian tersebut. Dengan upaya mengungkap sisi lain dari Laut Cina Selatan serta untuk menjaga kedaulatan wilayah, Indonesia dapat melindungi wilayah yang telah diklaim tersebut dengan tetap bersikukuh mempertahankannya demi menjaga kedaulatan negara secara penuh. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H