Sudah 4 tahun berlalu, pertengahan bulan September tahun 2019 menjadi salah satu memori yang berkesan di hidup saya. kenangan saya mendaki gunung untuk pertama kalinya, yaitu mendaki Gunung Gede. Gunung Gede-Pangrango menjadi salah satu destinasi terfavorit di Jawa Barat bagi para pendaki, karena track yang tidak begitu sulit untuk pemula.
Pada hari jumat sekitar pukul 9 malam, saya berangkat dengan teman-teman dari Sispala yang juga pertama kalinya mendaki. pada saat itu kami merasa senang karena menjadi sebuah pengalaman yang baru, sebab mendaki gunung membutuhkan proses yang cukup matang dan tidak boleh sembarangan asal mendaki.
Ada 3 jalur untuk mendaki Gunung Gede, kami mengambil via Gunung Putri. Selama perjalanan menuju ke basecamp Gunung Gede via Putri, kami semua menikmati perjalanan dengan melihat keindahan gedung-gedung tinggi di Jakarta hingga kemacetan di wilayah Bogor.
Suhu yang awalnya panas berubah menjadi dingin ketika mendekati basecamp, saat itu juga jam menunjukan pukul 11 malam. Ketika sampai di basecamp yang sudah kami sewa, kami bergegas untuk beristirahat agar besok pagi ketika mendaki memiliki tenaga yang cukup untuk sampai ke alun-alun Surya Kencana atau biasa disebut Surken dan puncak Gunung Gede.
***
Sekitar pukul 6 pagi kami semua sudah bangun dan melakukan sedikit persiapan sebelum memulai perjalanan menuju surken, cuaca cerah dicampur dengan suhu yang cukup dingin membuat badan kami terasa menggigil saat itu. Setelah persiapan selesai kami lanjut untuk sarapan dan kumpul untuk berdoa sebelum melakukan pendakian.
Sekiranya semua sudah siap, kami berangkat dari basecamp menuju pos 1 yang bernama Legok Leunca dengan estimasi waktu 1 jam. Jalur pendakian cukup ramai karena waktu itu kami mendaki saat weekend. Selama di jalur pendakian menuju pos 1 saya menikmati pemandangan terasering dan kebun sayuran milik warga sekitar yang menjadi salah satu mata pencaharian di kaki Gunung Gede.
Setelah sampai di pos 1, kami semua istirahat sejenak untuk mengisi tenaga sebelum lanjut ke pos 2. Saya juga mengobrol dengan pendaki lain dengan maksud untuk menambah teman. Saya dan teman-teman melanjutkan perjalanan menuju pos 2 yang bernama Buntut Lutung dengan estimasi waktu 90 menit. Selama di jalur menuju pos 2 tidak banyak kejadian seru karena sudah memasuki hutan-hutan dan vegetasinya cukup tebal. Jalur pendakian pun masih belum terlalu menanjak sehingga masih bisa untuk santai-santai.
Kami sampai di pos 2 hanya istirahat sebentar saja karena medan yang dilalui sebelumnya tidak terlalu menguras tenaga. Di pos 2 juga tidak terlalu ramai, mungkin para pendaki lain juga langsung melanjutkan perjalanan supaya menghemat waktu. Jalur menuju pos 3 juga tidak terlalu menanjak sehingga kami bisa istirahat sejenak ketika sudah merasa capek. Estimasi waktu menuju pos 3 yaitu 90 menit, pos 3 ini bernama Lawang Sekateng.
Selama di jalur menuju pos 3, banyak pendaki yang beristirahat dipinggir jalur karena kebanyakan tidak istirahat di pos 2. Saya juga tidak banyak mendapatkan kejadian seru di perjalanan menuju pos 3 ini. Hanya beberapa kali saya bergurau dengan teman supaya tidak bosan.
Ketika sampai di pos 3 Lawang Sekateng, kami istirahat cukup lama karena medan dari pos 3 menuju pos 4 nanti akan cukup sulit. Saya memasak indomie karena itu makanan paling simpel dan mudah dibuat saat pendakian.
Dengan tenaga yang sudah terisi kembali, kami melanjutkan perjalanan menuju pos 4 yang bernama Simpang Maleber. Nah, jalur pos 4 ini terkenal dengan jalurnya yang cukup ekstrim, karena jalurnya sangat menanjak dan sedikit berpasir. Selama di jalur pendakian pos 4 banyak kejadian lucu dan sedikit membahayakan. Medan pos 4 ini membuat lutut kaki dan dada kita hampir bersentuhan karna saking menanjaknya. Dengan melewati medan seperti itu sudah pasti sangat melelahkan ya.
Tetapi, karena saya sudah tidak sabar untuk melihat alun-alun Surya Kencana yang terkenal akan keindahannya dan sering disebut juga Surganya Edelweiss. Dengan sedikit perjuangan, akhirnya kami sampai di pos 4 Simpang Maleber.
Ketika di pos 4 sebenarnya saya dan teman-teman sudah cukup kelelahan karena sangat menguras tenaga. Tiba-tiba kami diberitahu oleh pendaki lain kalo Surken tinggal sedikit lagi, entah kenapa saya jadi semangat lagi untuk melanjutkan perjalanan. Padahal aslinya dari Simpang Maleber menuju Surken masih kurang lebih 1 jam lagi. Kemudian, Saya dan teman-teman bergegas untuk melanjutkan perjalanan menuju Surken dengan semangat 45.
Akhirnya, sekitar pukul 2 siang kami sampai di pintu masuk alun-alun Surya Kencana. Surya Kencana adalah padang savana yang luas dan terletak tidak jauh dari puncak Gunung Gede. Keindahan alun-alun Surya Kencana benar-benar membuat saya dan teman-teman kagum akan keindahan alam diatas gunung tersebut. Bagaimana tidak, bunga edelweiss bermekaran dimana-mana, bunga edelweiss adalah tumbuhan yang hanya hidup diatas 2000 mdpl. Disini juga terdapat mata air yang sangat jernih dan biasanya digunakan oleh para pendaki untuk memasak.
***
Kita beruntung karena cuaca saat itu cerah sehingga suasananya cocok untuk berfoto-foto. Setelah puas mengambil foto dan menikmati keindahan alun-alun Surya Kencana, kami langsung menuju ke bagian barat untuk mendirikan tenda karena tidak terasa hari sudah menjelang sore. Sekitar pukul 4 sore kabut sudah mulai turun dan suhu mulai menurun menjadi cukup dingin.
Saat malam hari, bintang-bintang terlihat jelas seperti berada diatas kepala. Semua pendaki yang ada disana juga pasti merasakan hal yang sama. Mau di siang atau malam hari, alun-alun Surya Kencana memiliki fenomena nya sendiri. Apalagi kalau menjelang matahari terbit dan dilihat dari puncak Gunung Gede, sudah pasti rasa lelah yang kalian rasakan selama perjalanan akan terbayarkan bukan?
Ini menjadi salah satu kenangan yang tidak akan saya lupakan, karena banyak cerita dan pengalaman yang saya dapatkan ketika melakukan sebuah perjalanan. See you again Gunung Gede…
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H