Penulis : Whitney Salsabila Elang Pamungkas, Muhammad Rizhal Firmansyah, dan Rahma Amrina Rosyada
Ketidaksetaraan gender merupakan topik yang telah lama diperbincangkan di Indonesia. Ketidaksetaraan gender di Indonesia disebabkan karena adanya budaya patriarki yang telah lama melekat dalam budaya Indonesia.
Apa itu budaya patriarki? Menurut (Halizah and Faralita 2023) Istilah patriarki dapat digunakan untuk menggambarkan sistem sosial, dimana laki-laki sebagai kelompok dominan, mengontrol kekuasaan atas perempuan.
Gender sendiri berasal dari bahasa latin "genius" yang berarti spesial atau jenis. Gender mengacu pada karakteristik dan perilaku laki-laki dan perempuan yang dibentuk oleh lingkungan sosial dan budaya mereka. Perbedaan gender tidak terlalu menjadi masalah kecuali ada diskriminasi atau ketidakadilan. Namun, perbedaan gender sering kali menyebabkan ketidaksetaraan gender, dan kaum perempuan yang paling banyak.
Istilah patriarki sendiri dipakai untuk mendeskripsikan sistem sosial dimana laki-laki sebagai kelompok yang lebih dominan mengendalikan kekuasaan terhadap kaum perempuan. Terdapat kepercayaan di masyarakat bahwa kaum laki-laki lebih tinggi kedudukannya dibandingkan dengan kaum perempuan, serta perempuan dikuasai oleh laki-laki.
Di negara kita banyak sekali yang membicarakan topik kesetaraan gender di kota maupun desa. Seringkali masyarakat di negara ini tidak sadar atas tindakan yang mereka lakukan yang berakibat munculnya kesetaraan gender di dalam masyarakat.
Misalnya dalam lingkungan keluarga yang terjadi di desa, di dalam kehidupan sehari-hari saja anak perempuan dituntut untuk bisa memasak, bersih-bersih rumah. Sementara anak laki-laki justru sebaliknya mereka tidak dituntut untuk itu, orang desa menggangap bahwasanya tidak seharusnya laki-laki melakukan pekerjaan itu. Melihat dari hal tersebut menunjukkan bahwa terjadi ketidaksetaraan terhadap gender, dimana perempuan sendiri paling dirugikan.
Budaya patriarki di Indonesia memiliki akar sejarah yang dalam, yang dipengaruhi sistem feodal, kolonialisme, dan interpretasi agama yang patriarkis telah membentuk struktur sosial yang mendukung dominasi laki-laki. Dalam masyarakat patriarki laki-laki dianggap sebagai penggambil keputusan utama, sedangkan perempuan seringkali tidak terlibat dalam menggambil keputusan. Selain itu di dalam agama sering kali menempatkan laki-laki di atas perempuan.
Dampak dari budaya patriarki sangat luas dan kompleks, beberapa dampak utama meliputi, pertama ketidaksetaraan dalam pendidikan dan pekerjaan. Dalam pendidikan perempuan seringkali mempunyai kesempatan pendidikan yang lebih rendah dibanding laki-laki. Hal ini terlihat dari angka putus sekolah di kalangan perempuan. Banyaknya perempuan yang putus sekolah, membuat perempuan sering kali menghadapi keterbatasan akses terhadap peluang kerja.
Dampak yang kedua kekerasan terhadap perempuan, kekerasan dalam rumah tangga. Komnas Perempuan mencatat dari tahun 2004 hingga 2021, ada lebih dari 544 ribu kasus dari KDRT, dan sebagian besar pelakunya adalah suami (Modiano 2021). Faktor yang menyebabkan kekerasan yakni adanya budaya patriarki yang menempatkan laki-laki lebih unggul dibanding dengan perempuan, adanya pelabelan negatif yang merugikan seperti laki-laki lebih kuat dan perempuan lemah, dan yang terakhir istri menolak untuk melayani kebutuhan seksualnya yang berujung suami frustasi dan melakukan kekerasan kepada sang istri.
Upaya untuk mengatasi ketidaksetaraan di Indonesia dalam budaya patriarki, pertama pendidikan yang menjadi kunci utama dalam mengubah pandangan masyarakat. Program-program pendidikan yang mendorong kesetaraan gender perlu diperkenalkan sejak dini, baik sekolah formal maupun nonformal. Pendidikan yang inklusif yang berspektif gender dapat membantu anak-anak memahami pentingnya kesetaraan laki-laki perempuan, serta memahami stereotip gender yang ada (Anon 2023).
Upaya yang kedua yaitu perlunya ada kebijakan pemerintah yang tegas dan berkomitmen terhadap kesetaraan gender. Implementasi undang-undang yang mendukung perlindungan perempuan dan pemberdayaan gender harus diperkuat. Misalnya, program pemberdayaan ekonomi untuk perempuan, akses terhadap layanan kesehatan yang adil, serta perlindungan hukum terhadap kekerasan berbasis gender.
Kesimpulan dari budaya patriarki yang masih mengakar di Indonesia yang menjadi salah satu faktor utama penyebab ketidaksetaraan gender. Meskipun ada kemajuan dalam beberapa aspek, tantangan besar masih ada terutama dalam bidang pendidikan, pekerja, dan perlindungan terhadap kekerasan. Upaya untuk mengatasi ketidaksetaraan gender harus dilakukan secara kolektif, melibatkan seluruh masyarakat, serta memerlukan dukungan dari pemerintah untuk menciptakan lingkungan yang adil dan setara bagi semua gender.
DAFTAR PUSTAKA
Anon. 2023. "Peran Pendidikan Dalam Mewujudkan Kesetaraan Gender." Retrieved (https://www.kompasiana.com/1c_155_amaliarahmi3341/6490051f4d498a28461d9de2/peran-pendidikan-dalam-mewujudkan-kesetaraan-gender-mengubah-masa-depan-yang-adil).
Halizah, Luthfia Rahma, and Ergina Faralita. 2023. "Budaya Patriarki Dan Kesetaraan Gender." Wasaka Hukum 11(1):19--32.
Modiano, Jovanka Yves. 2021. "Pengaruh Budaya Patriarki Dan Kaitannya Dengan Kekerasan Dalam Rumah Tangga." Sapientia Et Virtus 6(2):129--40. doi: 10.37477/sev.v6i2.335.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H