Mohon tunggu...
Reza Febriana
Reza Febriana Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ahok adalah Black Swan

25 November 2016   16:51 Diperbarui: 25 November 2016   17:20 1530
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Hanya butuh satu anomali untuk meruntuhkan semua perkiraan" Black Swan

anomali/ano·ma·li/ n 1 ketidaknormalan; penyimpangan dari normal; kelainan; 2 Ling penyimpangan atau kelainan, dipandang dari sudut konvensi gramatikal atau semantis suatu bahasa; 3 Tek penyimpangan dari keseragaman sifat fisik, sering menjadi perhatian ekplorasi (misalnya anomali waktu-lintas, anomali magnetik) KBBI Luring

Sehabis Jessica siapa lagi kalau bukan Ahok yang menemani panasnya layar televisi atau telepon genggam anda sehari-hari.  Sebagaimana sumber mata air air mineral yang tak ada habisnya keluar dari pegunungan, sejak Oktober gempuran massa dari maya dan nyata terus-menerus menyerang Ahok.

Serangan bertubi-tubi bagi pasangan Ahok-Djarot tidak terlepas dari kasus yang sedang membelitnya. Kasus yang bermula dari pidato Ahok di Pulau Pramuka, kini berdampak dapa pemberitaan di bebagai sudut negeri ini. Entah memang masih murni kasus Ahok, atau sudah mengarah pada politisasi, yang saya tau kasus ini makin bergulir bak bola panas.

Dampaknya tak main-main elektabilitas pasangan petahana yang dari awal pertarungan digadang-gadang paling tinggi ini, langsung terjun bebas ke urutan terakhir. Bahkan Lingkaran Survey Indonesia baru-baru ini merilis bahwa elektabilitas pasangan ini terjun bebas ke angka 10,6 persen.

Berdasarkan survey tersebut masyarakat merasa tidak percaya lagi dengan kredibilitas pasangan Ahok-Djarot, semenjak status tersangka resmi disandang Ahok. Sungguh luar biasa dampak kasus ini, pasangan Ahok-Djarot yang awalnya memiliki elektabilitas sebesar 59,3 persen di bulan Maret, kini hanya tersisah 10,6 persen.

Jika memperhitungkan survey elektabilitas tersebut, sudah dapat dipastikan jika pasangan ini akan gagal dalam Pilkada 2017. Bahkan jika Pilkada berlangsung dua putaran, pasangan ini dipastikan kalah dalam putaran pertama.

Nah sekarang kita dikejutkan kembali oleh hasil survey Indikator. Berdasarkan survey tersebut sebanyak 69 persen warga Jakarta merasa puas dengan kinerja Ahok-Djarot. Jadi intinya meskipun banyak warga Jakarta yang tidak menyukai Ahok akibat kasusnya, tetapi tidak dapat dipungkiri jika Ahok-Djarot telah membuat warga Jakarta puas.

Ahok adalah angsa hitam yang luar biasa, dengan adanya kasus yang mengikutsertakan seluruh Indonesia dan  menjatuhkan elektabilitasnya, masyarakat DKI tetap tidak meragukan apa yang sudah ia kerjakan selama menjabat. 

Bila Ahok benar tidak pantas untuk DKI karena dugaan kasus penodaan agama yang ditujukan padanya bagaimana mungkin masyarakat masih bisa menaruh harapan kepada beliau. Mari kita nantikan sejauh mana anomali ini akan berlangsung.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun