Dampak akulturasi terhadap siswa sekolah dasar (SD) dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, terutama  perkembangan sosial, budaya, dan jati diri siswa. Globalisasi, salah satu pendorong utama akulturasi budaya, berdampak besar pada kehidupan sehari-hari siswa, khususnya di sekolah. Akulturasi budaya dapat mempengaruhi perkembangan sosial siswa sekolah dasar.Â
Melalui interaksi sosial dan kegiatan belajar, siswa semakin mengenal budaya dunia, sehingga mempengaruhi perilaku dan pemikirannya. Siswa di sekolah ini cenderung mengalami perubahan dalam cara mereka berkomunikasi dan berinteraksi dengan teman sebayanya baik dalam situasi formal maupun informal.
Akulturasi juga mempengaruhi perkembangan budaya siswa terutama dalam hal menerima atau menolak nilai-nilai baru. Siswa yang berpartisipasi dalam program berbasis budaya kreatif menunjukkan peningkatan keterampilan berpikir kreatif. Â
Hal ini disebabkan oleh pengaruh lingkungan yang kaya budaya yang memungkinkan siswa  mengeksplorasi  identitas budaya yang berbeda dan memahami nilai-nilai baru tanpa meninggalkan budaya aslinya. Akulturasi budaya pada siswa sekolah dasar dapat berdampak pada perkembangan jati diri dan perilakunya.Â
Proses ini membantu siswa beradaptasi dengan budaya  baru dan memungkinkan mereka mengintegrasikan unsur-unsur budaya tersebut ke dalam kehidupan sehari-hari. Lebih jauh lagi, akulturasi dapat memperkaya pengalaman belajar, memfasilitasi interaksi sosial, dan meningkatkan rasa toleransi terhadap budaya lain. (Suryana, Y.  (2017).
Akulturasi budaya yang terjadi melalui globalisasi dapat menggerogoti identitas budaya siswa jika mereka tidak memahami secara utuh asal-usul dan nilai-nilai budaya lokal. Menurut Gusdwisari (2020), pendidikan global harus mampu menyeimbangkan pengaruh global dan memahami nilai-nilai budaya lokal.Â
Istiqamah dan Delfiyan Widiyanto (2020) juga menemukan bahwa tanpa persiapan yang matang, siswa dapat kehilangan jati diri bangsanya, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi perilaku dan pemikirannya di masa depan.Â
Siswa yang tidak siap menghadapi dampak akulturasi kemungkinan besar akan mengalami kebingungan identitas sehingga dapat mempengaruhi kepercayaan dirinya terhadap lingkungan sekolah. Penting untuk mengatasi permasalahan tersebut melalui pendekatan pendidikan holistik yang memadukan nilai-nilai budaya lokal dengan wawasan global agar peserta didik dapat beradaptasi terhadap perubahan tanpa kehilangan jati diri aslinya.
Menurut teori Behaviorisme, perkembangan siswa sangat dipengaruhi oleh interaksinya dengan lingkungan dan budaya sekitar. Siswa belajar melalui pengalaman dan penguatan yang dapat timbul dari budaya yang dialaminya. Â Proses belajar ini melibatkan rangsangan dari lingkungan yang memicu respon tertentu. Budaya berperan penting dalam membentuk perilaku siswa karena norma, nilai, dan kebiasaan budaya berperan sebagai penguat dalam proses pembelajaran.Â
Misalnya, siswa yang tumbuh dalam budaya yang menghargai kerja sama dan kolaborasi, lebih cenderung berperilaku kooperatif dalam lingkungan pembelajaran. Â Identitas siswa dihadapkan pada nilai-nilai dan perilaku yang dihargai dalam budayanya, mereka menyesuaikan perilaku dan identitas dirinya agar selaras dengan harapan masyarakat.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menetapkan kerangka dasar  sistem pendidikan di Indonesia, termasuk apa saja peran pendidikan  dalam pengembangan karakter peserta didik dan  nilai-nilai kebangsaan yang ditetapkan. Dampak positif dari pendidikan yang baik dapat berupa akulturasi budaya, integrasi nilai-nilai budaya yang berbeda, dan memperkaya identitas siswa.Â