Dalam upaya mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, pemerintah Indonesia terus mengembangkan program tabungan dan investasi, seperti tabungan rencana, obligasi ritel, dan sukuk negara. Program ini bertujuan untuk meningkatkan literasi keuangan masyarakat, memperluas akses investasi, serta menggalang dana pembangunan infrastruktur. Namun, efektivitas program ini menjadi sorotan utama, mengingat tantangan yang masih ada dalam pelaksanaannya.Â
Program tabungan dan investasi pemerintah merupakan langkah strategis untuk menggalang partisipasi masyarakat dalam pembangunan ekonomi. Dengan memberikan produk investasi yang aman dan terjangkau seperti Obligasi Negara Ritel (ORI) atau Sukuk Tabungan, pemerintah berhasil menarik minat kalangan menengah untuk menyimpan dana mereka di instrumen yang produktif.
Namun, efektivitasnya masih terbatas karena tingkat literasi keuangan masyarakat Indonesia masih rendah. Berdasarkan survei Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tahun 2022, tingkat literasi keuangan masyarakat baru mencapai 49,68%. Hal ini menunjukkan bahwa banyak masyarakat yang belum sepenuhnya memahami manfaat investasi dibandingkan hanya menyimpan dana dalam bentuk tabungan konvensional.
Selain itu, distribusi akses produk ini belum merata. Kalangan masyarakat di daerah pedesaan masih menghadapi kendala, baik dalam hal akses teknologi digital maupun pemahaman produk investasi. Akibatnya, hanya masyarakat perkotaan atau mereka yang sudah akrab dengan teknologi yang dapat memanfaatkan program ini secara optimal.
Keterbatasan literasi keuangan dan akses investasi ini memiliki beberapa implikasi penting:
Rendahnya Kontribusi Terhadap Investasi Domestik:
Meski program ini menarik perhatian kelas menengah, total kontribusi tabungan dan investasi masyarakat terhadap pembangunan masih di bawah potensi. Hal ini memaksa pemerintah mengandalkan sumber dana eksternal atau pinjaman asing, yang dapat meningkatkan risiko utang.Ketimpangan Ekonomi Regional:
Ketidakmerataan akses terhadap produk tabungan dan investasi dapat memperbesar kesenjangan ekonomi antara daerah perkotaan dan pedesaan. Padahal, daerah pedesaan memiliki potensi besar untuk menjadi penggerak ekonomi jika dikelola dengan baik.Efek Terbatas pada Pertumbuhan Inklusif:
Pertumbuhan ekonomi yang dihasilkan dari dana yang terkumpul belum dirasakan secara langsung oleh masyarakat luas. Banyak proyek infrastruktur yang dibiayai melalui obligasi atau sukuk negara lebih terkonsentrasi di wilayah yang sudah maju.
Untuk mengatasi tantangan tersebut, pemerintah perlu mengambil beberapa langkah strategis:
Peningkatan Literasi Keuangan:
Pemerintah harus menggandeng institusi pendidikan, komunitas lokal, dan lembaga keuangan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai manfaat investasi. Kampanye yang bersifat inklusif dan menggunakan bahasa sederhana akan membantu menjangkau masyarakat di daerah terpencil.Digitalisasi yang Lebih Inklusif:
Akses terhadap produk investasi harus diperluas melalui teknologi digital yang ramah pengguna. Pemerintah juga harus meningkatkan infrastruktur digital di wilayah pedesaan agar masyarakat di sana dapat mengakses produk investasi dengan mudah.-
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!