Mohon tunggu...
Reza Falintina Anggraini
Reza Falintina Anggraini Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Policy Mix: Kunci Pemulihan dan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia di Tengah Krisis Global

18 November 2024   23:51 Diperbarui: 19 November 2024   00:20 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Ekonomi Indonesia, seperti banyak negara lainnya, telah menghadapi tantangan besar sejak merebaknya pandemi COVID-19 yang mengubah tatanan perekonomian global. Pemulihan ekonomi Indonesia pasca-pandemi diperkirakan memerlukan langkah-langkah strategis yang tak hanya bergantung pada kebijakan moneter atau fiskal secara terpisah, tetapi juga kebijakan yang
terintegrasi dan saling melengkapi - dikenal dengan istilah policy mix. Dalam konteks ini, kebijakan fiskal yang dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia melalui stimulus fiskal, serta kebijakan moneter dari Bank Indonesia dalam penurunan suku bunga dan pelonggaran kebijakan likuiditas, memainkan peran penting dalam mempercepat pemulihan ekonomi.

Namun, keberhasilan pemulihan ekonomi Indonesia tidak hanya tergantung pada kebijakan satu sektor saja. Policy mix yang tepat, yakni kombinasi antara kebijakan fiskal dan moneter yang efektif, akan menjadi tonggak pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam menghadapi tantangan global dan domestik, serta memastikan kestabilan perekonomian dalam jangka panjang. Penerapan kebijakan yang holistik dan sinergis ini menjadi semakin penting mengingat ketidakpastian ekonomi global yang masih terasa, terutama dengan adanya dampak lanjutan dari krisis kesehatan dan gejolak geopolitik yang memengaruhi perdagangan internasional.

Melalui kebijakan policy mix, Indonesia diharapkan dapat memitigasi dampak krisis dan menciptakan fondasi yang lebih kokoh untuk pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Namun, untuk mencapai tujuan tersebut, sejumlah tantangan harus dihadapi dalam implementasi kebijakan ini. Artikel ini akan membahas bagaimana kebijakan policy mix dapat menjadi tonggak penting dalam pemulihan ekonomi Indonesia, serta berbagai tantangan dan implikasi yang muncul dari penerapannya. 

Indonesia, seperti banyak negara lainnya, mengalami kontraksi ekonomi yang signifikan akibat pandemi COVID-19. Berbagai sektor ekonomi seperti pariwisata, perdagangan, industri manufaktur, serta UMKM terdampak keras. Pemerintah Indonesia, melalui kebijakan fiskal, meluncurkan berbagai stimulus untuk mengatasi dampak krisis tersebut. Sementara itu, Bank Indonesia mengambil langkah-langkah kebijakan moneter, seperti penurunan suku bunga dan kebijakan pelonggaran likuiditas, untuk merangsang perekonomian.

Namun, meskipun kebijakan fiskal dan moneter ini sudah diimplementasikan secara terpisah, pemulihan ekonomi Indonesia masih menghadapi banyak tantangan. Beberapa di antaranya adalah ketidakpastian ekonomi global, fluktuasi harga komoditas, serta lonjakan utang pemerintah yang
disebabkan oleh pembelanjaan besar-besaran untuk stimulus. Untuk itu, dibutuhkan sinergi yang lebih baik antara kebijakan fiskal dan moneter untuk memastikan bahwa pemulihan ekonomi Indonesia dapat berlangsung secara berkelanjutan. Tanpa adanya kebijakan yang terintegrasi dan saling mendukung, Indonesia mungkin kesulitan untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang optimal.

Dalam menghadapi situasi ini, kebijakan policy mix menjadi pilihan yang rasional dan strategis. Policy mix mengacu pada koordinasi antara kebijakan fiskal (belanja pemerintah dan perpajakan) dan kebijakan moneter (suku bunga dan pengelolaan likuiditas) untuk menciptakan kondisi ekonomi yang stabil dan mendukung pertumbuhan. Meskipun kebijakan ini dapat efektif, tantangannya terletak pada bagaimana merancang dan mengimplementasikan kebijakan yang saling mendukung tanpa menambah beban pada sektor-sektor yang sudah tertekan.

1. Kebijakan Fiskal yang Efektif sebagai Stimulus Ekonomi
Kebijakan fiskal Indonesia selama pandemi difokuskan pada pemberian stimulus yang besar
untuk menjaga daya beli masyarakat dan mendukung sektor-sektor yang terdampak krisis, seperti sektor kesehatan, pendidikan, dan UMKM. Pemerintah Indonesia juga meluncurkan
berbagai program bantuan sosial, insentif pajak, serta pembiayaan untuk sektor usaha. Semua langkah ini bertujuan untuk menjaga stabilitas ekonomi domestik di tengah krisis global yang melanda. Namun, agar kebijakan fiskal ini berhasil dalam jangka panjang, dibutuhkan pengelolaan yang efisien dan tepat sasaran. Salah satu contoh kebijakan fiskal yang berhasil adalah program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang dirancang untuk memberikan bantuan kepada masyarakat dan sektor-sektor yang terpuruk akibat pandemi. Dalam hal ini, integrasi antara kebijakan fiskal dengan kebijakan moneter yang mendukung sangat diperlukan untuk memastikan bahwa stimulus yang
diberikan pemerintah dapat berjalan dengan maksimal.

2. Kebijakan Moneter yang Mendukung Pertumbuhan
Di sisi lain, kebijakan moneter Bank Indonesia juga sangat berperan dalam mendukung pemulihan ekonomi Indonesia. Dengan menurunkan suku bunga acuan dan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, Bank Indonesia berusaha merangsang permintaan domestik dan menjaga daya saing ekspor Indonesia. Selain itu, kebijakan pelonggaran likuiditas, seperti pelonggaran ketentuan cadangan wajib minimum (GWM), bertujuan untuk memberikan lebih banyak ruang bagi sektor perbankan dalam menyalurkan kredit ke sektor riil. Kebijakan moneter yang terkoordinasi dengan kebijakan fiskal dapat mempercepat pemulihan ekonomi. Penurunan suku bunga akan menurunkan biaya pinjaman bagi konsumen dan pelaku usaha, yang pada gilirannya dapat meningkatkan investasi dan konsumsi. Namun, kebijakan ini juga harus memperhatikan kondisi inflasi dan stabilitas nilai tukar agar tidak menimbulkan dampak negatif bagi perekonomian.

3. Sinergi antara Kebijakan Fiskal dan Moneter
Sinergi antara kebijakan fiskal dan kebijakan moneter yang terkoordinasi menjadi kunci
keberhasilan policy mix. Sebagai contoh, kebijakan fiskal yang ekspansif dapat diperkuat
dengan kebijakan moneter yang mendukung, seperti suku bunga rendah dan peningkatan
likuiditas. Kebijakan ini dapat mendorong sektor riil untuk berinvestasi lebih banyak,
mempekerjakan lebih banyak orang, serta mempercepat pemulihan konsumsi domestik yang sangat penting dalam periode krisis. Sebaliknya, kebijakan fiskal yang tidak seimbang atau tidak terkoordinasi dengan kebijakan moneter yang ketat dapat menyebabkan ketidakseimbangan makroekonomi, seperti inflasi tinggi atau defisit anggaran yang tidak terkendali. Oleh karena itu, penerapan policy mix yang efektif membutuhkan koordinasi yang baik antara pemerintah dan Bank Indonesia, serta kebijakan yang adaptif terhadap perubahan kondisi ekonomi domestik maupun global.

Kebijakan yang perlu dilakukan antara lain:

1. Pemulihan Ekonomi yang Berkelanjutan
Jika kebijakan policy mix diterapkan dengan baik, Indonesia dapat mengatasi dampak jangka pendek
dari krisis dan membangun fondasi ekonomi yang lebih kuat untuk masa depan. Sinergi kebijakan
fiskal dan moneter yang baik dapat menciptakan iklim investasi yang kondusif, meningkatkan daya
beli masyarakat, serta memfasilitasi ekspansi sektor-sektor yang berpotensi memberikan dampak positif terhadap perekonomian secara keseluruhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun