Mohon tunggu...
rezafahlevi
rezafahlevi Mohon Tunggu... Insinyur - mahasiswa

tugas kuliah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Menelusuri Jejak Kemalikusselahan, Menghidupkan Lima Pilar Sebagai Fondasi Bangsa Berkarakter

5 Desember 2024   20:50 Diperbarui: 5 Desember 2024   20:54 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
implementasi pilar kemalikussalehan

*Menelusuri Jejak Kemalikussalehan: Menghidupkan Lima Pilar Sebagai Fondasi Bangsa Berkarakter

Kemalikussalehan adalah konsep yang sarat dengan nilai-nilai luhur, perpaduan antara keimanan dan kearifan lokal yang membentuk karakter masyarakat Indonesia. Dalam sejarahnya, nilai-nilai Kemalikussalehan tidak hanya menjadi pedoman individu, tetapi juga menjadi kerangka sosial yang memperkuat ikatan komunitas. Menghidupkan kembali semangat ini menjadi penting di tengah arus modernisasi yang kerap mengikis akar budaya dan moral.

Untuk memahami dan menggali lebih jauh penerapan nilai-nilai ini, kunjungan lapangan ke Desa Malikus memberikan gambaran nyata tentang bagaimana lima pilar Kemalikussalehan—Keimanan (Aqidah), Kebersamaan (Jama’ah), Kebijaksanaan (Hikmah), Keikhlasan (Ikhlas), dan Kemandirian (Istiqlal)—tertanam dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Selain itu, analisis pada program Pesantren Wirausaha sebagai studi kasus memberikan wawasan tentang bagaimana pilar-pilar ini dapat diimplementasikan secara praktis.

*Jejak Sejarah Kemalikussalehan

Desa Malikus merupakan salah satu tempat yang dianggap sebagai pusat pengembangan nilai-nilai Kemalikussalehan sejak abad ke-18. Desa ini memiliki masjid tua, pesantren, dan rumah-rumah adat yang mencerminkan keseimbangan antara spiritualitas dan kehidupan sosial. Masjid Al-Falah, yang berdiri kokoh di tengah desa, menjadi simbol penerapan pilar keimanan. Sejak awal pembangunannya, masjid ini dibangun dengan semangat gotong royong, di mana seluruh elemen masyarakat bahu-membahu menyumbangkan tenaga dan bahan.

Selain masjid, pesantren di desa ini menjadi pusat pengajaran nilai-nilai Kemalikussalehan. Tradisi pendidikan berbasis akhlak mulia telah menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat. Di perpustakaan pesantren, terdapat banyak manuskrip kuno yang menunjukkan bahwa nilai-nilai moral dan spiritual telah diajarkan sejak generasi ke generasi. Sebagai contoh, kitab-kitab klasik karya ulama terdahulu menjadi panduan dalam membangun kehidupan yang harmonis dan penuh tanggung jawab.

Tidak hanya itu, tradisi desa seperti musyawarah adat dan perayaan keagamaan menunjukkan bagaimana nilai kebersamaan menjadi pilar penting. Acara-acara seperti Maulid Nabi atau tradisi syukuran desa dilakukan dengan melibatkan seluruh masyarakat tanpa memandang perbedaan sosial, mencerminkan nilai Jama’ah dalam praktik nyata.

*Studi Kasus Implementasi Pilar Kemalikussalehan

Salah satu contoh konkret penerapan Kemalikussalehan di era modern adalah program Pesantren Wirausaha yang dikembangkan di Desa Malikus. Program ini dirancang untuk memberikan keterampilan ekonomi kepada santri, sekaligus menanamkan nilai-nilai spiritual dan moral dalam praktik bisnis. Dengan moto “Usaha Berkah, Masyarakat Sejahtera,” program ini bertujuan menciptakan generasi muda yang tidak hanya mandiri secara ekonomi tetapi juga mampu memberikan manfaat kepada masyarakat sekitar.

Dalam program ini, para santri diajarkan berbagai keterampilan seperti bercocok tanam organik, pengelolaan usaha kecil, dan teknologi tepat guna. Namun, yang membedakan program ini dari pelatihan kewirausahaan lainnya adalah pendekatannya yang berbasis nilai-nilai Kemalikussalehan. Setiap aktivitas usaha diawali dengan niat yang tulus, dilandasi keimanan, dan dilakukan secara kolektif dengan memperhatikan prinsip keberlanjutan.

Sebagai contoh, dalam pengelolaan usaha pertanian organik, santri tidak hanya diajarkan teknik menanam yang baik tetapi juga pentingnya menjaga keseimbangan lingkungan. Prinsip ini selaras dengan nilai kebijaksanaan (Hikmah), di mana keputusan yang diambil harus memperhatikan dampak jangka panjang, baik bagi manusia maupun alam.

implementasi pilar kemalikussalehan
implementasi pilar kemalikussalehan
*Analisis Implementasi Lima Pilar Kemalikussalehan

Program Pesantren Wirausaha menjadi studi kasus yang menarik untuk melihat bagaimana lima pilar Kemalikussalehan diterapkan dalam konteks modern.

  1. Keimanan (Aqidah):
    Keimanan menjadi dasar dalam setiap kegiatan usaha di program ini. Para santri diajarkan bahwa usaha tidak hanya tentang mencari keuntungan, tetapi juga harus menjadi sarana ibadah. Konsep ini diajarkan melalui kegiatan seperti doa bersama sebelum memulai usaha dan diskusi tentang nilai-nilai agama dalam konteks bisnis.

  2. Kebersamaan (Jama’ah):
    Semangat kolektivitas terlihat dalam pembentukan kelompok usaha. Santri bekerja dalam tim, berbagi peran, dan saling mendukung. Nilai Jama’ah ini membantu mereka memahami bahwa keberhasilan individu sangat tergantung pada keberhasilan bersama.

  3. Kebijaksanaan (Hikmah):
    Keputusan dalam menjalankan usaha selalu didasarkan pada prinsip keberlanjutan dan manfaat jangka panjang. Sebagai contoh, para santri diajarkan untuk menggunakan teknik bertani yang ramah lingkungan dan mengelola limbah dengan bijak.

  4. Keikhlasan (Ikhlas):
    Santri diajarkan untuk bekerja dengan niat yang tulus, tanpa mengharapkan imbalan selain ridha Allah. Nilai ini menjadi motor penggerak dalam menciptakan usaha yang tidak hanya menguntungkan tetapi juga memberikan keberkahan.

  5. Kemandirian (Istiqlal):
    Melalui pelatihan kewirausahaan, program ini memberikan keterampilan praktis kepada santri untuk mandiri secara ekonomi. Namun, kemandirian yang diajarkan tidak berarti meninggalkan nilai-nilai kebersamaan, melainkan membangun kemandirian yang tetap bersinergi dengan masyarakat.

*Refleksi dan Tantangan

Program ini tidak hanya memberikan solusi ekonomi tetapi juga menjadi model bagaimana nilai-nilai Kemalikussalehan dapat diaplikasikan dalam kehidupan modern. Namun, ada tantangan yang perlu dihadapi. Salah satunya adalah memastikan bahwa nilai-nilai ini tetap relevan di tengah perubahan sosial dan teknologi. Generasi muda perlu diajak untuk memahami bahwa modernisasi tidak harus mengorbankan akar budaya dan nilai spiritual.

Selain itu, tantangan lain adalah bagaimana mengintegrasikan nilai-nilai ini dalam skala yang lebih luas. Program seperti Pesantren Wirausaha perlu didukung oleh kebijakan pemerintah dan sektor swasta agar dapat berkembang dan memberikan dampak yang lebih besar.

*Kesimpulan

Jejak sejarah Kemalikussalehan yang ditemukan di Desa Malikus menunjukkan bahwa nilai-nilai ini telah menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat Indonesia. Implementasi lima pilar Kemalikussalehan dalam program Pesantren Wirausaha membuktikan bahwa konsep ini bukan hanya sekadar warisan masa lalu, tetapi juga relevan untuk menghadapi tantangan masa kini.

Dengan menghidupkan kembali semangat Kemalikussalehan, kita tidak hanya memperkuat identitas bangsa tetapi juga menciptakan masyarakat yang berkarakter, mandiri, dan harmonis. Sebagai bangsa yang kaya akan nilai-nilai luhur, sudah saatnya kita menjadikan Kemalikussalehan sebagai landasan dalam membangun masa depan yang lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun