Mohon tunggu...
Reza Deniarti
Reza Deniarti Mohon Tunggu... Guru - Saya seorang Mahasiswi yang kurang aktif dalam organisasi kampus, karena di luar kampus saya di sibukkan dengan mengajar sebagai guru agama dan berdagang untuk mencari uang tambahan

Hobi: Menulis Cerpen dan berdagang Kepribadian: Introvert Menyukai humor dan fantasi.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Stop Ghibah karena Takut Dosa Jariyah

9 Juni 2023   13:00 Diperbarui: 9 Juni 2023   13:03 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Tanpa kita sadari ghibah menjadi hal yang lumrah dan menyenangkan, terutama bagi kaum akhwat yang suka 'ngerumpi'. Mereka berasumsi bahwa orang yang tidak senang di ajak ghibah secara spontan akan di jauhi dan di bilang 'gak asik'.


Abu Hamid Al-Ghazali berpendapat jika dalam kondisi di mana seorang Muslim tidak bisa meninggalkan pembicaraan ghibah karena terpaksa, dan tidak mampu mencegah atau sudah dicegah tetapi tidak diterima, maka cara untuk mengelaknya adalah dengan berzikir kepada Allah SWT dalam hati, atau memikirkan hal lain supaya tidak mendengarnya. Ketika datang kesempatan untuk keluar dari perkumpulan yang masih melakukan ghibah, maka wajib meninggalkannya.


Allah SWT mengingatkan manusia agar tidak saling curiga dan menggunjing dalam surah Al-Hujurat ayat 12 yang berbunyi:

Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang."(QS. Al-Hujurat: 12)


Beberapa pendapat para ulama tentang ghibah, diantaranya Imam Al-Raghib berpendapat bahwa ghibah adalah seseorang menceritakan aib orang lain tanpa ada keperluan. Sedangkan menurut Syekh Salim al-hilali berpendapat bahwa ghibah merupakan berbicara sesuatu yang ia benci dibelakang saudaramu.


Oleh karena itu kita harus siap menghadapi orang yang mau ajak ghibah agar kita terhindar dari dosa jariyah (berkelanjutan) dengan beberapa cara seperti :


1. Berpikir positif


Jangan mudah percaya jika tidak tahu kebenarannya. Hendaknya kita berprasangka baik terlebih dahulu terhadap orang yang di bicarakan ketika kita di hadapkan dengan orang yang membicarakan keburukan irang lain.


2. Menjaga Lidah


Sungguh bahaya lisan dan mulut kita. Ketika kita tahu bahwa membicarakan hal buruk, sebaiknya kita diam. Karena seseorang dapat ghibah karena dirinya tidak dapat menjaga lisan dengan perkataan yang baik.


3. Sadar Bahwa Gosip Hal Buruk


Ghibah merupakan akhlak mazmumah (tidak terpuji) dan akan mendapat dosa jariyah (berkelanjutan). Maka sebaiknya kita menyadari bahwa hal tersebut bukanlah perbuatan baik.


Dengan kita menyadari hal tersebut, Allah akan membantu kita untuk lebih mudah menghindarinya. Kita juga harus merasa bahwa setiap perbuatan kita ada yang mengawasi dan di catat oleh Malaikat Roqib (mencatat amal bak), Malaikat Atid (mencatat amal buruk) dan akan di pertanggungjawabkan oleh Allah SWT kelak di akhirat.


4. Introspeksi Diri


Intropeksi diri merupakan salah saru cara untuk mencegah kebiasaan ghibah. Cukup dengan membayangkan posisi kita yang di bicarakan oleh orang lain.


Dengan begitu, sebelum menggunjingkan orang lain lihatlah diri sendiri apakah sudah baik dari pada orang lain. Karena hakikatnya kita pasti memiliki kesalaham atau aib tersendiri. Maka jangan mengumbar aib orang lain jika aib kita tidak ingin di umbar oleh orang lain.


5. Berkumpul dengan orang sholeh


Sebaiknya kita bijak dalam memilih pergaulan untuk terhindar dari hal-hal yang akan membawa kita menuju arah negatif. Pergaulan merupakan sumber ghibah yang paling besar. Oleh karenanya, untuk terhindar dari dosa tersebut, sebaiknya kita bergaul dengan orang sholeh.


6. Tabayyun


Tabayyun merupakan perbuatan kita yang dapat memilah mana yang merupakan berita benar dapat diterima, sedangkan berita palsu harus di tolak dan tidak dapat diterima.
Cara bertabayyun adalah dengan mengembalikan permasalahan kepada Allah, Rosul, dan orang yang pandai. Kemudian dengan bertanya atau berdiskusi dengan orang yang menjadi objek dalam masalah tersebut, jangan langsung menilai oranglain buruk.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun