Menurut model Social Construction oleh Alexandrov Maxym, Konstruktivisme, terutama dalam pendekatan identitas negara yang diwakili oleh Alexander Wendt (1999) dan Peter Katzenstein (1996a), telah menjadi bagian penting dari teori hubungan internasional yang sebelumnya didominasi oleh pendekatan rasionalis. Pendekatan konstruktivis ini sering dianggap sebagai tantangan serius terhadap dominasi teori rasionalis, dengan klaim bahwa kerangka teoritis berbasis identitas negara dapat menawarkan alternatif yang relevan untuk teori pilihan rasional. Konsep identitas memungkinkan perubahan kepentingan aktor untuk diintegrasikan ke dalam kerangka penelitian. Menurut logika konstruktivis, kepentingan negara dibentuk oleh identitas, sementara identitas negara (dan dengan itu, kepentingannya) dapat berubah seiring interaksi. Konstruktivisme bukanlah pola yang diinduksikan dari fakta empirik. Ia justru sebaliknya merupakan gagasan yang kontruksi dari interaksi di antara banyak aktor. Bila dilema  keamanan diinduksikan dengan metodologi Positivisme dari fakta empirik seharusnya Amerika tidak hanya terancam oleh nuklir Korea Utara dan Iran, namun juga oleh nuklir Israel maupun Inggris. Faktanya Amerika hanya terancam oleh Korea Utara dan Iran namun tidak oleh Inggris dan Israel, ini adalah indikasi yang menunjukkan betapa dilema keamanan merupakan kontruksi gagasan bukan induksi dari fakta empirik. Hal yang sama juga berlaku pada konsep balance of power, ia juga bukan seperti yang dikatakan para ilmuan positivis sebagai pola yang  diinduksikan dari fakta empirik, namun balance of power tidak lebih dari sekedar kesepakatan di antara banyak aktor yang kemudian menjdadi variabel yang berkorelasi positif dengan tingkah laku negara-negara sehingga tidak berperang.Â
Konstruktivisme menjelaskan realitas hubungan internasional sebagai hasil dari berbagi gagasan di antara para aktor dalam dunia empiris. Para aktor dalam menentukan tindakan mereka tidak dipandu oleh kepentingan semata, melainkan oleh gagasan yang mereka kembangkan sendiri. Pada dasarnya, kepentingan itu sendiri, jika ditelusuri lebih jauh, berasal dari gagasan-gagasan tersebut.Â
Perbedaan dengan Teori Realisme, Liberalisme, dan Marxisme
Realisme lebih menekankan kekuasaan dan keamanan negara sebagai aktor utama dalam sistem internasional yang anarkis, berfokus pada kepentingan materi.
Liberalisme mengutamakan interdependensi ekonomi dan peran aktor non-negara, melihat hubungan internasional sebagai jaringan kompleks.
Marxisme berfokus pada aspek ekonomi dan material, menolak pandangan konflik negara yang dominan dalam realisme dan liberalisme.
Persamaan
Konstruktivisme dengan Realisme
Keduanya mengakui bahwa sistem internasional bersifat anarkis, meskipun mereka menafsirkan maknanya secara berbeda dan baik konstruktivisme maupun realisme menganggap negara sebagai aktor utama dalam hubungan internasional, meskipun konstruktivisme juga menekankan identitas dan norma.
Konstruktivisme dengan Liberalisme
Keduanya mengakui bahwa sistem internasional bersifat anarkis, meskipun mereka menafsirkan implikasinya secara berbeda. Konstruktivisme dan liberalisme juga menekankan bahwa pentingnya aktor non-negara, seperti organisasi internasional dan masyarakat sipil, dalam mempengaruhi dinamika global.