Pendidikan vokasi adalah jenis pendidikan yang dirancang untuk mempersiapkan individu agar siap memasuki dunia kerja, sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan industri (Sukoco et.al, 2019). Pendidikan vokasi, yang berfokus pada keterampilan praktis, sering kali dipandang sebelah mata dibandingkan pendidikan akademik. Banyak orang tua dan siswa masih memandang perguruan tinggi sebagai satu-satunya jalur menuju kesuksesan. Padahal, pendidikan vokasi dapat menjadi solusi untuk mengurangi pengangguran dengan mencetak tenaga kerja yang siap pakai.
Di negara-negara maju seperti Jerman, sistem pendidikan dual (kombinasi pendidikan akademik dan vokasi) telah berhasil mengurangi tingkat pengangguran dengan mengintegrasikan pelatihan di tempat kerja dan pembelajaran di institusi pendidikan. Namun, di Indonesia, pendidikan vokasi sering kali dipandang sebagai pilihan kedua, bukan jalur utama.
Ekspektasi Tinggi terhadap Gelar Akademik
Masalah lain yang turut memperburuk pengangguran lulusan perguruan tinggi adalah ekspektasi tinggi terhadap gelar akademik. Banyak lulusan memiliki harapan yang tidak realistis terhadap pekerjaan yang mereka inginkan, baik dari segi gaji, posisi, maupun lingkungan kerja.
Ketidakseimbangan antara harapan dan kenyataan ini sering kali membuat lulusan enggan menerima pekerjaan di bawah standar mereka. Akibatnya, mereka memilih untuk tetap menganggur daripada mengambil peluang yang ada, meskipun peluang tersebut dapat memberikan pengalaman berharga untuk karier jangka panjang.
Kurangnya Soft Skills
Selain keterampilan teknis, banyak lulusan perguruan tinggi juga kekurangan soft skills yang penting untuk dunia kerja, seperti kemampuan komunikasi, kerja sama tim, manajemen waktu, dan pemecahan masalah. Perguruan tinggi sering kali terlalu fokus pada prestasi akademik dan mengabaikan pengembangan karakter serta kemampuan interpersonal mahasiswa.
Padahal, Kemampuan soft skill memiliki peran penting dalam menentukan kesuksesan seseorang di dunia kerja, terutama bagi lulusan perguruan tinggi. Individu yang memiliki penguasaan soft skill yang baik mampu berpikir secara mandiri, menyelesaikan masalah, memimpin tim melalui kerja sama, memberikan masukan yang konstruktif, memotivasi rekan kerja, dan menjadi teladan bagi seluruh tenaga kerja (Cahyono & Gunawan, 2024).
Dampak Sosial dan Ekonomi
Pengangguran di kalangan lulusan perguruan tinggi memiliki dampak luas, baik secara sosial maupun ekonomi. Dari segi individu, pengangguran dapat menyebabkan stres, kehilangan rasa percaya diri, dan keterbatasan dalam mencapai kemandirian finansial. Secara sosial, tingkat pengangguran yang tinggi dapat memicu ketimpangan, meningkatnya angka kriminalitas, dan ketidakstabilan sosial.
Dari sudut pandang ekonomi, pengangguran lulusan perguruan tinggi adalah pemborosan besar sumber daya manusia. Padahal, mereka seharusnya menjadi motor penggerak inovasi dan pertumbuhan ekonomi. Ketika sumber daya ini tidak dimanfaatkan secara optimal, negara kehilangan potensi besar untuk berkembang.