Mohon tunggu...
RezaApa
RezaApa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

ruang berkata

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Suara Kebenaran yang Tak Akan Mampu Kau Redam

14 Desember 2022   22:57 Diperbarui: 14 Desember 2022   23:04 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

HAM (hak asasi manusia) merupakan suatu hak dasar manusia yang sudah ada semenjak manusia itu ada. Hak asasi manusia meliputi segala bentuk hak yang harus didapatkan manusia seperti, hak untuk hidup, belajar, bersuara dan berpendapat, berkumpul dan berserikat, beragama, menikah dan lain-lainnya. Di Indonesia sendiri memiliki undang-undang yang berisi pembelaan HAM, undang-undang ini tercantum pada  UUD 1945 pasal 28 A -- J. Indonesia memiliki banyak sekali kasus HAM yang tidak memiliki kejelasan siapa yang salah dan siapa yang benar. Kasus yang bersangkutan dengan HAM biasanya memiliki banyak lika-liku dalam sidang, bahkan tidak heran juga hasil sidang yang diputuskan menimbulkan banyak kontroversi di masyarakat luas. Yang lebih parah adalah bahkan di Indonesia ada kasus HAM yang sampai sekarang tidak menemui kejelasan. Pemerintah Indonesia sering kali menuntuk hak asasi manusia warga Palestina, sehingga pemerintah juga berkewajiban untuk membereskan pelanggaran HAM di negerinya sendiri seperti kasus hilangnya Widji Thukul dan kasus pembunuhan Munir Said Thalib.

Hilangnya Widji Thukul

"Jika kau menghamba kepada ketakutan, kita memperpanjang barisan perbudakan."

- Widji Thukul -

            Widji Widodo atau yang dikenal dengan Widji Thukul adalah seorang penyair dan aktivis pergerakan HAM di era penindasan zaman orde baru. Widji Thukul lahir di tengah-tengah keluarga sederhana sebagai anak pertama dari 3 bersaudara pada 26 Agustus 1963. Widji Thukul putus sekolah karena kesulitan ekonomi, ia menyambung hidup dengan berjualan koran hingga menjadi calo karcis bioskop. Dengan putusnya pendidikannya, ia lebih aktif menjadi aktivis dengan keikutsertaanya dalam demonstrasi memprotes pencemaran lingkungan akibat limbah dari PT. Sariwarna Asli Solo pada 1992, ia juga ikut serta dalam demonstrasi Kedungombo, dan sejumlah demonstrasi besar lainnya yang terjadi di Solo kala itu.

Setelah keikutsertaannya, ia menobatkan diri sebagai aktivis pembela kaum buruh dan bergabung dengan Partai Rakyat Demokratik (PRD). Hilangnya Widji Thukul tidak lepas dari rekam jejaknya sebagai aktivis dan penggerak perjuangan aktivis HAM di Indonesia kala itu. Awal mula Widji Thukul menjadi orang yang dianggap berbahaya oleh pemerintah tidak lepas dari peristiwa Kerusuhan Dua Puluh Tujuh Juli (Kudatuli) yang terjadi di Jakarta pada 27 Juli 1996. Peristiwa tersebut terjadi karena kantor DPP PDI dengan ketua umum Megawati Soekarnoputri yang direbut oleh Ketua Umum versi Kongres di Medan, Soerjadi dengan bantuan aparat.

Namun, Partai Rakyat Demokratik yang dijadikan kambing hitam atas kejadian tersebut. Alhasil Budiman Sudjatmiko dituduh sebagai penggerak PRD. Sehingga banyak aktivis dan anggota PRD yang melarikan diri, ditahan, bahkan diculik, tak terkecuali Widji Thukul. Dalam pelariannya ia beberapa kali bertemu dengan istrinya di Pasar Klewer dengan menggunakan nama samaran Paulus, Aloysius, dan Martinus Martin.

 Pada 23 Juli 1998, Widji Thukul menghilang bak ditelan bumi. Hingga saat ini, 23 tahun sudah berlalu, nasib Widji Thukul tidak mendapat kejelasan. Pada tahun 2000, KontraS mengumumkan hilangnya Widji Thukul Bersama dengan puluhan aktivis HAM lainnya. Fajar Merah, anak Widji Thukul melanjutkan perjuangan ayahnya dengan menggunakan lirik-lirik perjuangan, seperti lagu dengan judul "Sajak Suara", "Kidung Harapan", dan "Kebenaran Akan Terus hidup" adalah salah satu karya Fajar Merah yang mengilhami saya untuk membuat artikel ini.

Pembunuhan Munir Said Thalib

"Membangun sebuah bangsa adalah membangun sebuah peradaban"

- Munir Said Thalib -

Di beberapa kasus yang ada, kasus pembunuhan Munir adalah yang membuatku tertarik untuk menggali "siapa itu Munir?" Munir dengan nama asli Munir Said Thalib adalah seorang aktivis HAM berdarah Arab-Jawa kelahiran Malang pada 8 Desember 1965. Ia lulus dari Ilmu Hukum di Fakultas Hukum Universitas Brawijaya pada 1989. Munir adalah aktivis HAM yang juga mendirikan sebuah lembaga yang dikenal Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) pada 20 Maret 1998. Ia merupakan pengacara bagi buruh PT. Catur Putra Surya (CPS) yang difitnah telah melakukan rapat gelap dan diduga mengajak buruh lain untuk mogok kerja atas imbas upah yang tidak sesuai dengan surat edaran baru yang dikeluarkan oleh Gubernur KDH TK 1 Jawa Timur. Kasus ini merupakan salah satu pemicu hilangnya, penganiayaan dan tewasnya Marsinah, tokoh aktivis dan juga buruh di PT. Catur Putra Surya.

Pada 7 September 2004, Munir berencana melanjutkan studi S2 nya di Universitas Utrech, Belanda. Perjalanan Jakarta-Amsterdam ia tempuh dengan pesawat komersil Garuda Indonesia dengan nomor penerbangan GA-974 dengan transit di Singapura. 3 jam setelah lepas landas dari Singapura, ia merasa sakit dan bolak-balik toilet dan 2 jam sebelum mendarat di Amsterdam ia ditemukan tewas akibat keracunan Arsenikum yang dikenal beracun. Tanggal 7 September diperingati oleh para aktivis HAM sebagai Hari Pembela HAM Indonesia. Hingga saat artikel ini terbit, setelah 17 tahun lamanya, kasus Munir Said Thalib ini masih belum ada kejelasan, bahkan beberapa orang yang menjadi tersangka otak pembunuhan Munir Said Thalib dibebaskan oleh pengadilan.

            Menurut saya sebagai penulis artikel ini, HAM di Indonesia harus segera diurus dan diselesaikan dengan seadil-adilnya. Berjalannya Hak Asasi Manusia juga tidak terlepas dari Kewajiban Asasi Manusia. Satu-satunya yang bisa membatasi Hak Asasi Manusia adalah Kewajiban Asasi Manusia. Kewajiban Asasi Manusia adalah Batasan seseorang menggunakan Hak Asasinya agar tidak melanggar hak asasi orang lain. Terciptanya Hak Asasi Manusia dan Kewajiban Asasi Manusia bertujuan agar kehidupan manusia bisa sama rata dan terwujudnya keadilan yang hakiki.

            Berani benar nampaknya masih harus ditanamkan kepada para muda-mudi Indonesia, tentu saja hal tersebut untuk kemajuan bangsa Indonesia. Keberanian tersebut juga sebagai dasar untuk melawan ketidakadilan dan mendukung suara para aktivis yang memperjuangkan HAM. Mulai dari pelanggaran HAM dari era 1965 hingga saat ini harus segera bisa terselesaikan. Semoga mereka yang dicurangi, dibungkam dan dihilangkan terus hidup dalam jiwa kami sang penerus. Dengan ini, penulis berharap agar sajak dibawah ini dapat menggugah keberanian penulis, kami, dan kita semua.

Sajak perjuangan dari penulis

"Berdiri tegak dengan seruan lantang atas nama kebenaran atau diam angkat tangan dan ditindas ketidakadilan?"

- Reza Andreawan Putra Ariyanto -

            Kebenaran, kebenaran, dan kebenaran

Benar tapi tak ada yang berani berteriak lantang

Benar tapi masih banyak yang takut melawan

Jangan pernah takut untuk kebenaran

Hidup dalam pelarian, tunggang langgang

Bercerai dengan rumah dan hilang dalam kesunyian

Kami tak pernah diam untuk kebebasan

Terus melawan walau racun menjadi alat untuk membungkam

Suara kami akan terus keras dan tak pernah padam

Perjuangan kami akan terus ada. Berlipat ganda untuk melawan!

Kebenaran, kebenaran, dan kebenaran

Wahai kalian para muda-mudi pemberani, teruskan suara perjuangan ini!

Dalam kubur kami mengutuk ketidakadilan dan terus menyanyikan lagu kebebasan!

Jika kau menyerah, lalu pada siapa nasib bangsa ini kau serahkan!

9 Desember 2021

Suara yang ingin bebas dari penjara ketidakberanian

 

Reza Andreawan Putra Ariyanto

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun